Tiap kali menunggui odong-odong sewaannya, ia mengaku tak jarang diserang rasa kantuk. Terlebih di usianya yang tidak lagi bersahabat dengan angin malam, kerap kali kesehatannya terganggu. Hanya saja, ia terus bersemangat jika ingat tanggung jawabnya sebagai seorang ayah, suami dan kepala rumah tangga.
Ada penuturan tersendiri dari Papuq Supatmo. Ia mengaku tak sepenuhnya bekerja sebagai penarik odong-odong. Penyebanya, tak jarang anak-anak usia dini dititipkan kepada dirinya. Lantaran itu, ia mengaku sering merasa menjadi guru taman kanak-kanak.
Merasakan peran sebagai guru TK, jelasnya, adalah sisi lain yang dirasakan pada dirinya sangat menyenangkan. Praktis, potongan-potongan dialog bersama anak kecil kerap kali terjadi dalam dirinya setiap kali mengoperasionalkan odong-odong sewaannya itu.
Kegigihan Supatmo patut ditiru. Meski tidak mendapatkan hasil yang banyak, namun semangatnya tetap berkobar. Lima anaknya juga terus memberikan semangat selama ini. Mereka juga tak jarang membantu orangtuanya ketika sakit.
‘’Saya suka sesak napas. Kalau sudah begini, anak-anak yang saya minta bantu untuk keluar,” ucapnya.
Sebenarnya, usaha yang dilakoni Supatmo ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelum menarik odong-odong, ia pernah melakoni beberapa usaha. Sebut saja seperti menjual kerupuk. Ia bahkan pernah melakoni beberapa usaha lain untuk membantu biaya anak dan biaya tambahan kebutuhan sehari-hari. (*)