Kisah Shafirra Aqilla, Bocil Pendaki Gunung Rinjani

Persiapan Matang, Sukses Gapai Puncak Gunung Rinjani

PUNCAK RINJANI: Shafirra Aqilla Rachman, bocah 11 tahun asal Kota Mataram yang berhasil menaklukan puncak Gunung Rinjani (3726 Mdpl). (IST/RADAR LOMBOK)

Siapa bilang anak usia 11 tahun hanya bisa main gadget atau rebahan selama liburan sekolah? Adalah Shafirra Aqilla Rachman, bocah cilik (Bocil) yang mengisi liburannya dengan mendaki salah satu gunung tertinggi di Indonesia, Gunung Rinjani.

 GUNUNG Rinjani, dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (Mdpl), bukanlah gunung sembarangan. Medannya dikenal berat dan menantang, terlebih pada jalur Leter E menuju puncak, yang kerap mencatat insiden pendakian.

Namun dengan semangat dan persiapan yang matang, Shafirra ternyata berhasil menaklukkan medan tersebut, dalam pendakian yang berlangsung selama tiga hari dua malam.

Keputusan Shafirra untuk mendaki, lahir bukan karena dorongan sesaat. Sejak berusia 6 tahun, ia telah menyimpan cita-cita untuk mencapai puncak Gunung Rinjani.

Impian itu akhirnya terwujud pada Jumat, 28 Juni 2025, tepat saat jalur pendakian kembali dibuka pasca penutupan akibat kecelakaan tragis yang melibatkan pendaki asal Brasil, Juliana Morins.

Ayah Shafirra, Abd. Rachman yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Kota Mataram, awalnya sempat ragu saat anak perempuannya menyampaikan niat hendak mendaki Gunung Rinjani.

Namun setelah melihat kesungguhan dan kesiapan yang ditunjukkan sang anak, dia pun akhirnya mengizinkan, dengan syarat Shafirra harus berada di bawah pengawasan ketat Tim Trekking Organizer (TO) selama pendakian.

“Rasanya berat memberikan izin. Tapi semangat dan tekadnya membuat saya percaya, bahwa dia mampu menjaga dirinya,” ujar Rachman.

Dia bahkan turut mengantar Shafirra sampai ke titik awal pendakian di Pintu Pendakian Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Didampingi tiga teman remaja, dua siswa SMA, dan satu siswa SMP, serta pemandu profesional, Shafirra pun memulai petualangannya. Meski menghadapi tantangan berat, termasuk kelelahan, hingga harus tertidur di jalur pendakian, namun dia tetap melanjutkan perjalanan hingga akhirnya menjejakkan kaki di puncak Gunung Rinjani.

“Saya sangat terharu. Melihat anak seusianya bisa bertahan dalam kondisi seperti itu adalah kebanggaan tersendiri bagi kami sebagai orang tua,” ungkap Rachman.

Menurutnya, pencapaian Shafirra ini menjadi simbol keteguhan hati, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Tak hanya sekadar mendaki gunung, tetapi dia telah menunjukkan kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan.

Shafirra juga membuktikan, bahwa anak-anak pun mampu menghadapi tantangan besar selama diberikan ruang, kepercayaan, dan pendampingan yang tepat.

Lebih dari sekadar rekor pribadi, kisah Shafirra menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya, untuk berani bermimpi dan mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. (SUDIRMAN – KOTA MATARAM)