Kisah Perjuangan Nasrin, Dari Tukang Sapu Hingga Jadi Owner Jamu Sasambo

Jamu Sasambo
SUKSES: Nasrin H Mukhtar memperlihatkan sertifikat yang diperolehanya atas kiprahnya memberikan pelatihan wirausahawan muda. (Lukmanul Hakim/ Radar Lombok)

Memanfaatkan bahan baku lokal, Nasrin H Mukhtar membuat jamu yang dikenal dengan nama  jamu Sasambo.  Karena kesuksesannya itu, membawa Nasrin menjadi pembicara diberbagai seminar untuk berbagi kunci sukses berwirausaha.


LUKMANUL HAKIM – MATARAM


Jamu Sasambo sekarang sudah cukup populer di kalangan masyarakat. Ternyata jamu Sasambo karya dari Nasrin ini tidak hanya dipasarkan di Provinsi NTB saja, melainkan di sejumlah daerah, bahkan sudah menembus pasaran sejumlah negara. Sebut saja, Jepang, Belanda dan beberapa negara Asia lainnya.

Kesuksesan Nasrin menjual jamu Sasambo, tentu saja jauh sebelumnya dilalui dengan cukup berat. Begitu meluluskan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kampung halamanya di Kilo, Kabupaten Dompu, Nasrin kemudian meninggalkan keluarga untuk merantau di Makasar, Sulawesi Selatan.

Sesampai di Makasar, Nasrin mendapatkan kesempatan bekerja sebagai tukang sapu  di sebuah perkantoran. Pekerjaan sebagai tukang sapu dilakoninya hingga 2 tahun, kemudian beralih mencari pengalaman baru dengan menjadi sales jamu.

Nasrin cukup lama menjadi karyawan di perusahan Jamu Cap 3 di Makasar hingga mengantarkannya menjadi salah seorang jajaran manejemen jamu yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur tersebut. Setelah cukup lama bekerja sebagai karyawan, Nasrin kemudian memutuskan untuk berhenti dan memulai usaha sendiri tepatnya pada tahun 1993.

Berawal dari sinilah, Nasrin memulai meracik sendiri jamu yang kemudian dinamakan  “Jamu Sasambo”.  Nama Sasambo, diambil dari tiga suku  di Provinsi NTB yakni suku Sasak di Pulau Lombok, Suku Samawa di Sumbawa dan Suku Mbojo di Bima dan Dompu.

Berbekal pengalaman jualan jamu, Nasrin memulai usaha membuat jamu. Ketika itu hanya memiliki modal utama Rp 1,5 juta. Modal  itu pun tidak seluruhnya digunakan sebagai  bahan baku membuat jamu. Untuk sewa rumah/kantor Rp 1 juta di Mataram dan Rp 500 ribu digunakan untuk membeli bahan baku membuat jamu.

Pengalaman sebagai sales di lapangan memudahkan Nasrin untuk memasarkan produknya. Perlahan tapi pasti, jamu Sasambo karya Nasrin cukup diminati masyarakat di Pulau Lombok dan juga Pulau Sumbawa. Alhasil, usaha jamu Sasambo, ala Nasrin berkembang tumbuh pesat. “Dulu modalnya hanya Rp 500 ribu untuk beli bahan baku jamu. Alhamdulillah berkembang pesat dan mampu meraup keuntungan perbulan Rp 15 juta di tahun 1990-an,” tutur Nasrin.

Baca Juga :  Melihat Aktivitas Penambangan Batu Apung di Sirkuit Motocross 459 Lantan

Kini, usaha jamu Sasambo, Nasrin kian melambung. Pasaran tidak hanya menyasar di Pulau Lombok, melainkan sudah merambah ke benua berbagai negara. Produk jamu Sasambo yang dihasilkan juga semakin banyak dan bervariasi berbahan baku lokal  provinsi NTB berbahan alami dari tumbuhan dan rempah – rempah. Seperti bahan akar alang-alang, meniran, kayu songga,daun apokat,daun sirih,temulawak,daun kelor  hingga lebih dari 30 bahan alami lainnya. Termasuk juga dengan madu asli Kilo, Dompu.

Sementara itu, jamu Sasambo yang sudah diproduksi adalah jamu sehat lelaki, sehat wanita, sehat  pinggang, pegal linu, teh Moringa dan Markani maniki. Yang cukup populer dan diminati sejumlah negara adalah teh Moringa yang berbahan baku daun kelor.  Teh ini  sudah dipasarkan hingga kenegara Jepang, Belanda dan beberapa negara Asia lainnya. ”Alhamdulilah sekarang penjualan jamu semakin banyak termasuk permintaan dari beberapa negara sudah mulai kami kirimkan,” ujarnya.

Dengan berbagai keberhasilannya tersebut, Nasrin tidak lantas lupa  berbagi pengalaman dan ilmu berwirausaha yang baik untuk meraih kesuksesan di hari tua. Nasrin juga masuk dalam kepengurusan organisasi yakni Tangan Di Atas (TDA) yang kini sebagai ketua wilayah secara aktif memberikan motivasi kepada kalangan muda, baik itu pelajar dan mahasiswa untuk menjadi entrepreneurship muda yang mandiri dan tangguh bersaing di era pasar global yakni Masyrakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Menurut Nasrin, peluang menjadi wirausaha baru  masih terbuka luas. Terlebih lagi potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Provinsi NTB sangat melimpah untuk diolah untuk usaha yang bernilai ekonomi tinggi, belum lagi didukung sektor pariwisata NTB yang kian berkembang pesat.  Karena itu, sudah semestinya generasi mudah untuk tidak takut untuk memilih wirausaha sebagai jalan utama menuju masa depan yang lebih baik. “Masalah gagal itu hal yang biasa. Dari kegagalan itulah membawa kita menuju yang namanya keberhasilan dan kesuksesan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Ngobrol Bareng Neni Emardianti, Satpam Perempuan di Islamic Center

Menurut Nasrin, menjadi wirausaha itu sangat mudah. Namun perlu keberanian untuk langsung memulai. Keberanian untuk langsung memulai sebuah usaha menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan pendampingan serta pelatihan bagi generasi muda yang terjun di dunia wirausaha tersebut. “Selain keberanian, mereka para pemula ini hendaknya diberikan pelatihan dan pendampingan oleh pemerintah daerah,” kata Nasrin.

Untuk membuka usaha baru, hendaknya jangan berpikir modal besar. Karena modal besar tidak menjamin akan berhasil. Sebaiknya untuk memulai usaha itu dari hal yang terkecil. Dengan modal sekedar, generasi muda bisa membuka usaha. Terlebih lagi usaha dengan modal kecil tapi untung besar juga cukup banyak yang bisa digarap.

Ia memisalkan menjual kopi dengan modal sedikit dan membutuhkan peralatan seadanya, akan bisa mendatangkan keuntungan secara kontinyu. Tapi sekali lagi, modal utamanya itu harus memiliki keberanian, percaya diri dan langsung memulai usaha tersebut tanpa banyak berpikir yang panjang. Banyak lagi usaha lainnya yang bisa dikembangkan oleh generasi muda, utamanya usaha yang cukup dengan modal kecil awalnya.

Selain itu, Nasrin juga mendorong mahasiswa dan generasi muda pada umumnya untuk tidak berpikir ketika lulus kuliah akan menjadi PNS dan bekerja di kantoran. Terlebih lagi, persaingan yang begitu ketat, sementara lowongan kerja yang diperebutkan itu puluhan ribu orang. Lebih baik, berpikir untuk mengasah kemampuan dan keberanian untuk memulai sebuah usaha kecil-kecilan, namun memberi dampak besar untuk jangka panjangnya.

“Menjadi pengusaha itu bisa diwariskan kepada keturunan. Tapi kalau jadi PNS dan karyawan kantoran itu tidak bisa diwariskan kepada keturunan. Maka robah pola pikir dari sekarang untuk menjadi wirausaha entrepreneurship muda yang handal,” jelasnya.

Nasrin juga mendorong agar pihak kampus dan pemerintah daerah, hendaknya terjun langsung memberikan pelatihan dan langsung praktek bagi mahasiswa dan generasi muda pada umumnya untuk menjadi wirausaha yang handal.“Selain pelatihan, juga langsung mengaktualisasikan ilmu dalam pelatihan dan pendampingan itu. Sehingga mereka benar-benar langsung mengalaminya menjadi wirausaha,” pesannya.(*)

Komentar Anda