Kisah Penjual Lumut Untuk Umpan Memancing Di Dam Pandanduri

PENJUAL LUMUT
PENJUAL LUMUT: Salah satu pedagang lumut untuk umpan memancing, Samsul alias Ancul, memperlihatkan lumut yang menjadi usaha kesehariannya sejak beroperasi Bendungan Pandanduri. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

Sejak beroperasi Bendungan Pandanduri, Samsul alias Ancul, merupakan salah satu warga yang mampu meraup untung dari usahanya menjual lumut di sekitar bendungan, yang kini ramai dengan kedatangan para pemancing ini. Pelanggannya tak hanya warga Lotim saja, tetapi juga dari Kota Mataram.


JANWARI IRWAN – LOTIM


KESULITAN ekonomi dan mendapatkan pekerjaan di Kabupaten Lotim, tidak lantas membuat Samsul, pria asal Desa Terara, Kecamatan Terara ini kemudian menjadi putus asa. Dengan modal hanya sebesar Rp 50 ribu perhari, dia terus mencari lumut, meski panas dan hujan mengguyurnya, demi tidak mengecewakan para pelanggannya.

Untuk mendapatkan lumut yang digunakan sebagai umpan memancing itu, dia bersama teman-temannya mulai keluar rumah dan bekerja mencari lumut sekitar pukul 04.00 Wita. Tujuannya, mulai dari Kokok Putiq, bahkan hingga ke Sembalun. Meski terkadang lumut yang dia cari tidak ada, namun semangat untuk mendapatkan lumut yang banyak, tidak pernah surut.

[postingan number=5 tag=”features”]

“Karena lumut ini permintaan pelanggan, jadi saya harus mencari sebanyak-banyaknya demi tidak mengecewakan pelanggan yang dia miliki sejak setahun lalu,” kisahnya.

Diceritakan, usaha menjual lumut di sekitar Bendungan Pandanduri ini telah dia lakoni sejak bendungan beroperasi. Hal itu dipicu dari banyaknya ikan yang ada di Bendungan Padanduri, namun hanya bisa dipancing dengan menggunakan umpan lumut. Karena itu, dia pun mencoba mencari lumut dan dijual kepada para pemancing di bendungan dengan harga Rp 5 ribu per kantong plastik.

“Kalau kita menggunakan umpan yang lain, ikan-ikan yang ada di bendungan itu tidak mau makan umpan. Makanya saya mencari lumut, dan Alhamdulillah bisa mendapatkan untung,” ujar Samsul bangga.

Baca Juga :  Gaji Kecil, Bidan Ancam Gunakan Cara “Politis”

Sebelum menjadi pencari lumut, Samsul sendiri mengaku pernah menjadi buruh bangunan, yang katanya rejekinya terkadang ada, dan kadang juga tidak. Setelah beralih profesi menjadi penjual umpan lumut, bahkan per bulan pendapatannya bisa mencapai sekitar Rp 9 juta. “Kalau menjadi buruh bangunan kan kadang ada, kadang tidak. Sehingga saya tetap mencari lumut saja,” jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, usaha lumut yang ditekuni mulai dikenal luas para pemancing di Bendungan Pandanduri. Bahkan para pemancing mulai datang dengan sendirinya untuk membeli umpan lumut, yang ternyata tak hanya dari wilayah Lotim, atau Loteng saja, tetapi juga dari Kota Mataram.

“Pelanggan saya bukan dari kalangan masyarakat biasa saja. Namun pejabat juga banyak yang datang kesini membeli lumut saya. Bahkan dari Mataram juga datang kesini,” tuturnya seraya mengakui, kalau per hari dia mendapatkan penghasilan dari menjual lumut, mulai dari Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.

Untuk memenuhi pesanan pelanggannya yang saat ini mencapai sekitar 70 orang pemancing, Ancul, sapaan akrabnya, harus mendapatkan lumut sebanyak 4 bak (ember besar) perhari. “Kadang-kadang banyak juga pelanggan saya yang tidak kebagian membeli, karena tidak jarang teman-teman pemancing banyak yang membeli,” jelasnya.

Sementara Mamiq Eli, salah satu pelanggan Ancul asal Loteng, kepada Radar Lombok menyampaikan, bahwa saat ini agak sulit mendapatkan lumut untuk memancing. Selain itu, alasan waktu yang terbatas, juga menjadi pertimbangan para pemancing untuk mencari lumut sendiri.

Baca Juga :  Mengintip Modus Jukir Raup Keuntungan

“Alasan kita membeli umpan lumut ini. Dari pada kita lelah keliling mencari kesana kemari, dan belum tentu kita dapat (lumut). Dengan harga cuma sekitar Rp 10 ribu, kita sudah mendapatkan dua kantong  plastik lumut. Lebih baik kita membeli sama dia yang sudah jelas tersedia,” terangnya.

Jenis lumut yang dijual Ancul ini lanjutnya, terdiri dari dua jenis. Ada lumut yang kasar, dan ada juga lumut yang lembut. ”Jadi tergantung kita (pemancing), mau pilih umpan lumut yang kasar atau lembut,” paparnya.

Melihat 4 bak lumut dagangan Ancul, menurutnya itu tak seberapa (masih sedikit), dibandingkan dengan kebutuhan para pemancing yang banyak. Bahkan menurutnya, lumut sebanyak 4 bak ini akan habis diborong sekitar pukul 14.00 Wita, setelah pemacing dari kalangan para guru dan pegawai pulang kerja.

“Apalagi hari Jum’at seperti sekarang ini (kemarin, red), terlambat sedikit saja, lumut sudah habis terjual. Karena itu, tak heran kalau banyak pemancing yang memesan sehari sebelumnya, dan janji akan diambil usai sholat Jumat. Dan itu terjadi nyaris setiap hari, kecuali sedang angin besar,” tuturnya.

Sementara Kepala Desa Terara, Ikhwan mengatakan sejak adanya Bendungan Pandanduri, diakui memang banyak usaha-usaha baru yang dikembangkan warganya. Karena itu dia sangat bersukur dengan adanya bendungan yang dibangun pemerintah tersebut. ”Dahulu hanya satu orang saja yang menjual umpan lumut di Terara ini. Tapi sekarang sudah bertambah banyak, bahkan telah  tersebar hingga ke Desa Suradadi juga,” pungkasnya. (*)

Komentar Anda