Rasa syukur tetap terpancar, saat menerima beberapa kerabat teman yang berdagangan saat membuka ziarah haji, Muna’ah mengakui, sebagai pejual terong tidak mendapatkan untung terlalu banyak. ‘’Setiap hari hanya bisa mendapatkan Rp 25 ribu, kadang sepi tidak mendapatkan untung. Tapi tetap saya niatkan untuk ibadah,” ucapnya.
Sementara itu, Inaq Mimah, 65 tahun merupakan pedagang kangkung. Ia adalah sosok perempuan tangguh yang tidak pernah mengeluh. Ia mengaku selalu ikhlas menjalani hidup sebagai pedagang sayur. Setiap hari ia memulai aktivitas mulai pukul 03.00 Wita. Ia butuh mempersiapkan barang dagangan lalu salat subuh. Sehabis itu ia akan berangkat ke pasar.
Ia akan berangkat bersama dua sahabatnya dalam kloter utuh Kota mataram pada tanggal 21 Juli mendatang. Untungnya berjualan sayur tidak banyak. Dengan modal sekitar Rp 50 ribu per hari, ia bisa dapat untung sekitar Rp 30 ribu.
Dari keuntungan ini, ia menyisihkan Rp 10 ribu untuk haji. Selama bertahun-tahun, ia bisa mengumpulkan belasan juta. “Setelah terkumpul anak-anak yang melunasi BPIH-nya,” ungkapnya.