Kiprah Ruth Seran Ajarkan Anak-anak Ekas Buana Lima Bahasa Asing

BELAJAR: Ruth Sera atau Noy, yang merupakan penggagas dan mentor Kelompok Belajar Tree of Hope, ketika memberikan pembelajaran kepada anak-anak di Desa Ekas Buana. (M.GAZALI/RADAR LOMBOK)

Kelompok Belajar “Tree of Hope” di Desa Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru, merupakan wadah belajar bahasa asing bagi anak anak di desa setempat. Melalui program ini, diharapkan warga sekitar punya kemampuan mumpuni penguasaan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. Terlebih, pantai Ekas merupakan kawasan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan asing. Demikian Lombok juga akan menjadi tuan rumah MotoGP.


M.GAZALI – LOMBOK TIMUR


SIANG itu, puluhan anak-anak terlihat sedang berkumpul di bawah pohon Ketapang yang  teduh di pinggiran pantai Ekas, Desa Ekas Buana. Mereka duduk bersila beralaskan tikar, menunggu kedatangan mentornya. Sesekali mereka tampak bernyanyi dan berdialog menggunakan bahasa asing. Mereka itu adalah anak-anak yang tergabung dalam kelompok belajar “Tree of Hope”.

Kelompok belajar Tree of Hope ini digagas oleh Ruth Seran, atau biasa disapa Noy. Program  ini digagas  sebagai bentuk  kepedulian Noy terhadap minimnya kemampuan anak-anak sekitar dalam berbahasa asing. Dari sana wanita kelahiran Provinsi NTT ini menggagas kelompok belajar tersebut.

“Kelompok belajar ini lebih menitik beratkan belajar sambil bermain. Termasuk juga  edukasi menjadi fokus utama. Dan mereka belajar gratis,” kata Noy mengawali pembicaraan dengan Radar Lombok, Rabu kemarin (17/3).

Lewat kelompok belajar ini, anak-anak setempat diajarkan lima bahasa asing, yaitu Inggris, Italia, Spanyol, Korea dan Jepang. Pola pembelajaran tidak seperti belajar formal biasanya. Melainkan anak diberikan kebebasan untuk berkreasi untuk mempermudah hafalan kata-kata dan kalimat lima bahasa asing tersebut.

Baca Juga :  Sensasi Bermain Paintball Di Lanud Rembiga Kota Mataram

Anak-anak pun begitu menikmati proses pembelajaran, meski dilakukan di ruang terbuka, dan dengan fasilitas seadanya. “Tidak hanya anak-anak yang begitu antusias. Tapi orang tuanya juga sangat mendukung kelompok belajar ini. Mereka juga memberikan support. Apa yang dibutuhkan juga dibantu oleh orang tua dari anak-anak,” imbuh dia.

Kegiatan belajar mulai berlangsung sekitar pukul 14.00 Wita, atau tepat setelah anak-anak pulang sekolah. “Aanak-anak kita fokuskan menghafal kata-kata dan kalimat sehari-sehari yang menjadi modal utama mereka berinteraksi dengan orang asing,” terang Noy.

Begitu pun diluar kegiatan, dalam aktivitas sehari-hari anak juga diharuskan menggunakan bahasa asing ketika melihat benda-benda yang ada disekitarnya. Entah itu berkaitan dengan animal (nama binatang),  human body, maupun sayuran. Dengan cara seperti itu, diyakini mereka akan bisa dengan begitu cepat mengaplikasikan dan menguasai bahasa asing. “Tidak sekedar mengucapkan dan menghapal. Tapi kalimat bahasa asing itu juga harus diketahui artinya dalam bentuk bahasa Indonesia,” terang Noy.

Karena kesungguhan selaku mentor, dibarengi dengan kemauan anak yang begitu tinggi, program yang digagasnya itu perlahan kini sudah mulai membuahkan hasil. Lima bahasa asing yang diajarkan sudah bisa diaplikasikan, baik itu perkata maupun dalam bentuk kalimat. Terutama Bahasa Inggris  yang paling cepat dihafal dan dipahami. “Pembelajaran bahasa asing ini memang membutuhkan proses. Karena tidak segampang yang kita pikirkan. Apalagi mereka ini kita ajarkan lima bahasa asing,” tambahnya.

Baca Juga :  Mengenal Kylie Julia Ahmad, Finalis Puteri Muslimah Indonesia Award 2022 Asal NTB

Namun dibalik semua itu, dukungan dan support dari orang tua dan warga setempat yang menjadi pemecut semangat dan motivasi untuk  dirinya pribadi, bagaimana supaya anak-anak di Desa Ekas memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berbahasa asing. Sehingga mereka nantinya paham betul dan tau bagiamana berkomunikasi yang baik dengan tourist.

“Bagaimana pun mereka ini jangan sampai menjadi penonton dirumah mereka sendiri. Apalagi Ekas adalah tujuan wisata bagi orang luar. Terlebih dengan adanya gelaran MotoGP nanti. Mau tidak mau mereka tentu dituntut untuk menggunakan bahasa asing,” sebut Noy.

Sementara itu, Salwa dan Wizatul yang merupakan leader group dari kelompok belajar ini mengaku sangat senang dengan adanya kelompok  belajar yang digagas oleh Noy selaku mentor. “Dari lima bahasa asing yang diajarkan, kami sudah memahami, meskipun belum semuanya. Namun paling tidak kami sekarang sudah punya dasar dan berani berbicara bahasa asing,” jelasnya. (*)

Komentar Anda