KIHT Dipastikan April 2023 Mulai Operasional

KIHT di eks Pasar Paok Motong Lombok Timur akan beroperasi setelah lebaran. (RATNA / RADAR LOMBOK )

MATARAM – Proyek pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di eks Pasar Paokmotong, Lombok Timur, hampir rampung. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB H Pathul Gani memastikan peresmian KIHT akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Insyaallah selesai lebaran kita selesaikan operasionalnya, pada April mendatang. Sekarang kita siapkan perangkat-perangkat untuk pada saatnya operasional,” kata Pathul Gani, kemarin.

Gani menyebut pengelolaan KIHT akan dikembalikan kepada para pengurus, orientasinya supaya bisa mengarah ke pembentukan koperasi. Dengan begitu mereka bisa dengan leluasa mengelola KIHT sendiri.

“Disitulah nanti ada intervensi dari Pemerintah melalui Dinas terkait yang menangani koperasi,” ujarnya.

Adapun tenaga kerja yang terserap pada lima lokal di kawasan KIHT, Gani menyebut masing-masing lokal memiliki kapasitas minimal 100 orang dan maksimal mencapai 300 orang pekerja yang akan dipekerjakan. Bisa saja 400 orang, tapi pemerintah ingin jangan terlalu padat. Untuk tahap pertama 100 orang per lokal. Kalau seluruh lokal terisi bisa mencapai 500 orang tenaga kerja yang diserap pada tahap awal di KIHT.

Baca Juga :  Triwulan II-2022, Ekonomi NTB Tumbuh 5,99 Persen

Pada tahap awal operasional akan dilakukan bimtek yang melibatkan 100 orang pekerja, baru kemudian memberi peluang kepada para pelaku usaha KIHT yang saat ini sedang antre untuk bisa memanfaatkannya.

Nantinya ada 16 pelaku usaha yang akan menempati kawasan KIHT, termasuk didalamnya ada pihak Bea Cukai, laboratorium, tenaga ahli hingga kegiatan pembinaan.

“Nanti di KIHT akan lengkap, fasilitas labnya ada,” ucapnya.

Selama ini yang dikhawatirkan masyarakat adalah adanya asap dan suara bising dari KIHT, padahal dalam proses melinting atau membuat rokok biasanya para pekerja melakukannya dengan sunyi. Mereka fokus pada pekerjaannya. Karena upah pekerja dihitung seberapa banyak rokok yang bisa dibuat. Seperti yang ada di Pulau Jawa upah melinting dihargakan Rp30 per biji.

“Bisa dikali saja berapa lintingan yang didapat per hari, itulah yang menjadi upah mereka,” bebernya.

Baca Juga :  PLN Terus Dorong Pemanfaatan FABA PLTU

Gani memastikan rokok yang dihasilkan para pengusaha lokal tidak kalah dengan rokok komersial yang sudah beredar. Konsumen pun diminta membandingkannya dari segi rasa. Menurutnya kalau rasanya lebih nyaman maka dipastikan konsumen akan beralih ke rokok lokal produksi dalam daerah.

Sebelumnya Gubernur NTB H Zulkieflimansyah berharap dengan keberadaan KIHT di eks Pasar Paok Motong, Lombok Timur makin banyak pengusaha rokok lokal yang berani membangun usaha rokok.

“Saatnya petani tidak lagi menjual bahan baku (tembakau) dengan murah dan membelinya dengan mahal. Industrialisasi tembakau untuk pabrik rokok harus bangkit lagi”, ujarnya.

Gubernur mengatakan, industri rokok harus dimulai dengan keberanian setidaknya agar masyarakat mendapatkan pilihan merk rokok. Terlebih, harga rokok yang beredar di pasar kian mahal padahal bahan bakunya dari Lombok yang dibeli murah.

“Kesejahteraan petani tembakau jika hasil panennya dijual murah dan membeli rokok bermerk dari luar daerah,” tutupnya. (cr-rat)

Komentar Anda