SELONG – Akibat banjir bandang yang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Keruak, Jerowaru dan Sakra Barat beberapa waktu lalu menimbulkan kerugian materil yang tidak sedikit.
Dari data sementara kerusakan yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur (Lotim), jumlah kerugian mencapai Rp 28 miliar. ” Taksiran ini dihitung dari konstruksi bangunan fisik seperti jalan dan jembatan yang rusak serta tanaman padi beserta fasilitas lainnya,” kata Kepala BPBD Lotim Napsi kepada Radar Lombok sesaat setelah rapat di aula kantor Camat Keruak Kamis kemarin (23/11).
Napsi mengaku hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan. Masih ada beberapa data kerusakan yang belum valid. Jadi, SKPD diberikan kesempatan untuk melakukan pengecekan. ” Apapun kondisi data besok (hari ini,red) maka akan kita sepakati. Karena sejauh ini masih ada beberapa SKPD yang belum sepakat dengan angka yang ada,”jelasnya.
Jumlah warga terdampak maupun kerusakan akibat banjir dibeberkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lotim, Lalu Ruslan, warga yang menjadi dampak banjir ini di wilayah Keruak, Jerowaru dan Sakra Barat sebanyak 1.304 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 4.289. Jumlah rumah rusak baik sedang, ringan dan berat 770 unit. Sedangkan jembatan ada 15 unit, 4 diantaranya putus.
Terpisah Bupati Lotim, Ali BD mengatakan, akan segera melakukan perbaikan baik itu rumah, jembatan jalan dan fasilitas umum lainnya yang rusak. Sementara warga yang rumahnya rusak parah dan berada di lokasi yang rawan banjir, Pemkab Lotim juga bersedia untuk menyiapkan tempat tinggal baru. Namun itu semua tergantung kemauan dari warga itu sendiri.
‘’ Tergantung keadaan masing-masing, kalau mereka mau dibangun kan ditempat semula, kita bangunkan. Tapi kalau tempatnya berbahaya, kita bisa siapkan tempat lain. Yang penting kita siap untuk merelokasi warga, jika itu harus,” kata Ali BD.
Dijelaskan, anggaran untuk perbaikan sendiri tidak perlu dipersoalkan. Karena semuannya sudah dipersiapkan oleh pemerintah. Perbaikan diupayakan bisa segera mungkin dilakukan. Tapi semua itu tentu melalui sejumlah proses yang terlebih dahulu. ” Kita upayakan seceptanya. Tap ada proses. Karena prosesnya itu beda,” tutupnya.
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa turun meninjau lokasi yang terkena banjir di desa Sepit Kecamatan Keruak Kamis kemarin (23/11). Dia juga menyerahkan bantuan sosial.
Ia menjelaskan kehadirannya ke lokasi banjir untuk melihat langsung kondisi masyarakat setelah terjadinya musibah banjir beberapa hari lalu. Sebelum dirinya datang, tim dari Kemensos sudah datang terlebih dahulu.” Sebelum saya datang, bantuan sudah datang terlebih dahulu,” ujarnya.
Selain datang untuk memberikan bantuan, ia juga datang untuk menyampaikan bela sungkawa kepada para korban kepada ahli waris yang keluarganya meninggal dunia. Dia lalu menyerahkan santunan kematian kepada keluarga korban dimana besarannya Rp 15 juta per orang. Santunan juga akan diberikan kepada korban yang mengalami luka-luka.
Untuk Jaminan Hidup (Jadup) para korban akan diberikan dan sangat tergantung kepada SK bupati Lombok Timur. SK bupati berlaku paling lambat 7 hari setelah bencana. Sedangkan masa pemberian Jadup 14 hari. ” SK dari Bupati Lotim itu masih kita tunggu karena Jadup bergantung di SK bupati. Kalau data sudah ada dan ada SK resmi sudah dikeluarkan oleh bupati, maka korban yang terdampak berhalangan untuk bekerja berhak untuk menerima Jadup,” jelasnya. Khofifah mendorong Pemkab Lombok Timur segera mendirikan kampung siaga bencana.
“Perubahan iklim tidak mudah diprediksi. Apalagi sebelumnya sudah pernah terjadi banjir. Tentu diperlukan kesiapsiagaan kita semua agar hal ini tidak terjadi kembali. Minimal sebagai upaya deteksi dini bencana,”katanya.
Sebagai langkah awal, jelasnya, masing-masing pemkab didampingi tim dari Kemensos segera menentukan lokasi kampung siaga bencana.Nantinya Taruna Siaga Bencana (TAGANA) sebagai fasilitator dan warga setempat sebagai relawan terlatih.
Jumlah kampung siaga bencana di Indonesia saat ini mencapai 498 dan akan terus ditambah jumlahnya. Pada tahun 2017 ditargetkan akan ada 100 kampung siaga bencana lagi yang berdiri di berbagai wilayah rawan bencana.”Daerah SAepit ini merupakan daerah yang tidak terpredeksi akan terjadi bencana banjir, karena dikenal dengan daerah kering. Tapi ketika terjadi intensitas hujan yang cukup tinggi ternyata membawa korban,”ujarnya.(cr-wan/lie/ami)