MATARAM — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Tim Siaga Bencana dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) meninjau langsung lokasi bencana banjir bandang yang melanda Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima.
Selain meninjau dampak bencana, tim juga menyalurkan bantuan bagi para korban terdampak. Pihak BPBD NTB memperkirakan total kerugian akibat banjir bandang di dua kecamatan tersebut mencapai Rp 81 miliar.
“Berdasarkan laporan yang kami terima, terdapat 10 desa terdampak bencana dengan total kerugian mencapai Rp 81 miliar,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ir. H. Ahmadi, Rabu (5/2).
Ahmadi merinci kerusakan akibat banjir dan tanah longsor di dua kecamatan ini meliputi 12 unit rumah rusak berat dengan masing-masing nilai kerugian sekitar Rp 100 juta. Selanjutnya 3 unit jembatan putus, masing-masing ditaksir mengalami kerugian Rp 20 miliar. Jalan sepanjang 1.000 meter rusak dengan nilai kerugian Rp 100 juta. Pipa air minum mengalami kerusakan dengan nilai Rp 200 juta. Bronjong sungai rusak dengan nilai Rp 600 juta.
Kemudian 200 hektare sawah tergenang dengan nilai kerugian Rp 30 juta per hektare, sehingga totalnya mencapai Rp 6 miliar. Kerugian lainnya sebesar Rp 1,5 miliar. “Total dampak kerugian akibat banjir bandang ini mencapai Rp 81 miliar,” ujar Ahmadi.
Pemprov NTB sebelumnya telah menggelar rapat koordinasi untuk membahas langkah-langkah tanggap darurat, termasuk pencarian korban hilang dan penyaluran bantuan bagi warga terdampak.
BPBD NTB telah bergerak ke Posko Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang Kabupaten Bima dan Pos Kesehatan untuk berkoordinasi lebih lanjut. Selain itu, bantuan logistik juga telah didistribusikan dan diterima langsung oleh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bima.
Bantuan yang telah disalurkan kepada korban terdampak meliputi kebutuhan pokok dan bahan bangunan, di antaranya mie instan, air mineral, minyak goreng, garam dan gula, ikan asin dan sarden. Termasuk juga bahan bangunan seperti atap seng dan paku untuk pembangunan hunian sementara (Huntara) bagi warga yang kehilangan tempat tinggal.
“Kami memastikan bahwa bantuan terus disalurkan kepada masyarakat terdampak agar mereka bisa segera bangkit dari musibah ini,” tambah Ahmadi.
Setelah meninjau lokasi kejadian, BPBD NTB mencatat bahwa tingginya curah hujan serta buruknya kondisi drainase menjadi penyebab utama banjir bandang di wilayah Kecamatan Wera dan Ambalawi.
“Kami sedang melakukan kajian mendalam terkait penyebab banjir ini agar bisa diambil langkah-langkah strategis untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Pemprov NTB terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mendapatkan dukungan tambahan dalam penanganan pascabencana dan pemulihan infrastruktur yang terdampak.
Penjabat (Pj) Gubernur NTB, Hasanudin, menginstruksikan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkup Provinsi NTB untuk segera melakukan langkah penanganan darurat.
Langkah-langkah yang menjadi prioritas utama antara lain penyediaan makanan, air bersih, penanganan kesehatan, serta pemulihan aliran listrik di wilayah terdampak.
“Saya sampaikan tadi dalam rapat, BTT (Belanja Tidak Terduga) memang diperlukan karena ini harus segera kita atur,” ujar Pj Gubernur NTB, Hasanudin.
Dalam arahannya, Hasanudin meminta agar dilakukan pendataan menyeluruh terhadap warga terdampak, termasuk kondisi infrastruktur yang mengalami kerusakan.
“Lakukan pendataan menyeluruh, lakukan pembersihan sisa banjir, pastikan ketersediaan air bersih, konsumsi, dan penerangan (listrik),” tegasnya. (rat)