Kepanikan Warga Lombok Diguncang Gempa 6,4 Skala Richter (Bagian 2)

Ya Allah...Ya Allah..Gempa..Gempa..

Menurut Kapolsek, itu hanya bentuk ketakutan masyarakat yang berlebihan. Sehingga semua orang asing yang dilihat langsung dicurigai sebagai orang jahat (maling). “Namun untuk mengantisipasi, anggota kami tetap berkeliling patroli, menjaga Kamtibmas,” jelas Sumedane.

Sementara terkait isu bakal terjadi gelombang tsunami, Observer Gempa bumi BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Fahad Arafat, yang stand by (bersiap) di lokasi pengungsian menegaskan, bahwa gempa yang terjadi itu tidak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. “Memang telah terjadi gempa susulan sebanyak 281 kali, dengan magnitude terbesar 5,7 skala ricther. Namun sejauh ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” jelas Fahad Arafat.

Sedangkan pantauan Radar Lombok di salah satu lokasi pengungsian yang ada di Lapangan Anyar, banyak warga pengungsi yang masih mengalami kekurangan makanan dan minuman, tenda, obat-obatan, air bersih dan kelangkaan bahan bakar kendaraan bermotor.

Baca Juga :  Melihat Kerja Perajin Terompet di Lombok Barat Jelang Tahun Baru

Meskipun ada bantuan logistik yang berdatangan, tetapi belum semua pengungsi bisa tersentuh. Seperti yang dialami warga Dusun Greneng, yang bahkan hingga tengah malam bantuan logistik belum mereka terima. Padahal, ada sekitar 130 kepala keluarga (KK) yang berasal dari dusun tersebut, dan telah berada di lokasi pengungsian sejak siang.

Lukman selaku Ketua RT dari Dusun Gereneng, mengaku sempat mendatangi titik pusat logistik yang ada di Kantor Camat Bayan. Namun sesampai di Kantor Camat Bayan, ternyata bantuan logistik telah kosong. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KLU, Iwan Maret Asmara, yang dijumpai Lukman mengatakan, kalau logistik telah tersuplai ke Pemerintah Desa Anyar, sehingga warga disarankan datang kembali keesokan harinya.

Baca Juga :  Gelar Kegiatan Sosial, Keliling Berikan Terapi Gratis

BACA JUGA: Kepanikan Warga Lombok Diguncang Gempa 6,4 Skala Richter (Bagian 3-Habis)

Mendengar itu, Lukman pun mencoba menghubungi salah satu Staf Pemdes Anyar, hanya saja belum ada yang terkonfirmasi. Akhirnya Ketua RT ini pun kembali ke lokasi pengungsian dengan tangan kosong. Raut wajahnya terlihat sangat kecewa, karena di tenda pengungsian warganya sedang menunggu dibawakan makanan dan minuman, walau hanya sekedar untuk mengganjal perut malam itu saja. “Semoga ini bisa menjadi perhatian bersama,” ujarnya pasrah. (*)

Komentar Anda
1
2
3