Kepala Kantor SAR Mataram Dijabat Putra Daerah

SIAGA NATARU: Kakan SAR Mataram, Lalu Wahyu Efendi (dua dari kanan) saat masih menjabat Kakan SAR tipe B Maumere, melakukan pemantauan siaga Nataru di Kabupaten Sikka NTT. (Foto : Dok. Pribadi)

MATARAM–Setelah dilantik Rabu, 25 Januari 2023 lalu, di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Lalu Wahyu Efendi, S.Sos.,MM, putra daerah NTB, resmi menjabat sebagai Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Mataram.

Pelantikan dan serah terima jabatan (Sertijab) dilakukan langsung oleh Kepala Basarnas RI, Marsekal Madya TNI, Henri Alfiandi.

Untuk waktu yang lama, 2018 hingga 2022, Wahyu Efendi menjabat posisi sebagai Kepala Kantor SAR Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY). Untuk selanjutnya menjabat sebagai Kepala Kantor SAR tipe B Maumere, Provinsi NTT.

Namun kurang dari setahun sejak Juni 2022, Wahyu Efendi kembali mendapat promosi jabatan sebagai Kepala Kantor SAR Mataram, Provinsi NTB..

Kakan SAR Mataram, Lalu Wahyu Efendi foto bersama istri beberapa saat usai dilantik di Gedung Basarnas RI Kemayoran Jakarta. (Foto : Dok. Pribadi)

Resmi menjabat Kepala Kantor (Kakan) SAR Mataram yang baru, Wahyu Efendi, tentu saja punya sederet rencana mitigasi dan penanganan bencana di NTB. Dimana menurutnya kalau melihat riwayat kejadian dan karakteristik daerah, maka kecelakaan pelayaran dan kasus terseret arus yang paling diwaspadai. Selain gempa bumi yang pernah memporak porandakan Pulau Lombok.

“Gempa dan kecelakaan pelayaran akan jadi atensi kami ke depan, jika dilihat dari segi wilayah perairan. Karena NTB memiliki banyak pelabuhan, mulai dari Lembar, Kayangan, Poto Tano sampai Sape,” kata Wahyu Efendi, Minggu (29/1).

Baca Juga :  4 Orang Terseret Arus di Buwun Sejati Narmada, 1 Orang Meninggal

Bertugas di daerah sendiri, bagi Wahyu Efendi setidaknya dimudahkan, karena sudah mengenal karakteristik wilayah. Itu yang membedakan dari daerah lain. Selebihnya, menurut pria kelahiran Ampenan, Mataram, 44 tahun lalu ini, tantangannya hampir serupa.

“Sebelum bertugas per tanggal 7 Februari 2023 nanti, kami sudah memetakan kejadian paling dominan di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dua di antaranya adalah kejadian terseret arus sungai dan kecelakaan pelayaran. Banyak kejadian orang dewasa dan anak anak hilang dan meninggal terseret arus sungai. Juga tidak sedikit terjadi seperti nelayan hilang akibat terseret gelombang laut,” tutur Wahyu Efendi.

Menurutnya, mitigasi kejadian kejadian seperti ini penting memperhatikan imbauan intansi berwenang seperti BMKG.

“Kecelakaan di laut dan sungai kita harapankan dapat terminimalisir. Tentu saja dengan memperhatikan imbauan dari BMKG. Kami juga selalu berkoordinasi dengan KSOP terkait dengan potensi gelombang dan keadaan cuaca. Khususnya masyarakat nelayan untuk tidak melaut dalam kondisi cuaca buruk,” saran Wahyu Efendi.

Baca Juga :  Mulang Pekelem di Danau Segara Anak Rinjani, Tim SAR Disiagakan

Sama dengan mitigasi kejadian gempa, dampaknya harus diminimalisir. Dalam hal ini partisipasi pihaknya tetap pada Tupoksi pencarian dan pertolongan. Mengenai mitigasi dan pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan, tentu tidak sendiri. Pihaknya akan intens koordinasi dengan stakeholders lainnya.

“Yang perlu ditingkatkan adalah mitigasi bencana, dengan melibatkan stakeholders terkait. Sering-sering melakukan simulasi dan sosalisasi terhadap masyarakat, kira-kira mana daerah-daerah yang rawan terjadi bencana,” tandasnya.

Selain itu, sarana dan prasarana (Sarpras) juga penting diperhatikan, karena akan menentukan kecepatan dan ketepatan penanganan peristiwa bencana massal maupun perorangan.

Ia mengakui, jangkauan wilayah di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa belum terlalu maksimal, karena pihak SAR Mataram hanya punya beberapa titik pos untuk quick response. “Tapi secara umum Sarpras kita lebih dari cukup,” pungkasnya. (rl/gt)

Komentar Anda