Kepala Daerah Keluhkan Ketersediaan Oksigen

RAKOR : Gubernur NTB, Zulkieflimansyah saat memimpin rakor bersama kepala daerah soal ketersediaan oksigen di setiap rumah sakit kabupaten/kota, Senin (9/8).(FAISAL HARIS/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Pemerintah kabupaten kota se-NTB mengeluhkan soal ketersediaan oksigen di setiap rumah sakit di daerah masing-masing. Hal ini disampaikan pada saat rapat Koordinasi Satgas Oksigen bersama Pemprov NTB melalui virtual yang dipimpin langsung oleh Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, Senin (9/8). Dalam kesempatan itu, Gubernur mempersilakan semua kepala daerah menyampaikan permasalahan yang dialami di daerah masing-masing soal penanganan Covid-19, terlebih soal ketersediaan oksigen.

Dalam ini, Wakil Bupati Lombok, H Rumaksi menyampaikan soal permasalahan distribusi oksigen ke Lombok Timur yang masih terbatas. Pasalnya oksigen yang didistribusikan masih jauh dari kebutuhan. Untuk itu, pihaknya berharap kepada Gubernur untuk memberikan perhatian soal pendistribusian oksigen dan jangan sampai terlambat lagi. Sebab, jika terlambat akan mengganggu penanganan pasien Covid-19 dengan gejala berat di rumah sakit. “Jadi kami mohon kepada Pak Gebernur supaya dalam pendistribusian oksigen dapat diatasi. Jangan sampai terlamat lagi,” ucapnya dalam rapat.

Rumaksi juga minta untuk jumlah oksigen yang didrop ke Lombok Timur supaya ditambah. Pasalnya jumlah yang didrop selama ini sangat sedikit. Sementara jumlah pasien yang harus ditangani dalam penggunaan oksigen cukup banyak. “Kita minta juga untuk menambahan oksigen yang didrop ke Lombok Timur bisa ditambah dari jatah yang selama ini diberikan Provinsi.
Mohon Lombok Timur ini diperhatikan,” sambungnya.

Senada juga dikeluhkan Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid, bahwa sebetulnya permasalah oksigen ini juga sama dialami oleh Kabupaten Lombok Barat. Ketersediaan oksigen hanya aman hingga lima hari ke depan, baik di RSUD Tripat Gerung maupun RS Awet Muda Narmada. Tapi pihaknya tidak bisa mempredisikan kasus Covid-19 akan terjadi hingga satu dua hari kedepan. Apakah menurun atau malah sebaliknya akan meningkat maka tentu kebutuhan oksigen harus diantisipasi dari sekarang. “Untuk itu mohon dalam hal pengawalan pendistribusian oksigen ini,” katanya.

Menurut Fauzan, kondisi yang pernah dialami rumah sakit di Lombok Barat sempat dibikin kewalahan soal ketersediaan oksigen. Pada malam Jumat lalu, ketersediaan oksigen di semua rumah sakit di Lombok Barat pada pukul 02:00 Wita dini hari sempat habis. Sementara pendistribusian oksigen terlampat dari jadwal biasanya. “Biasa distribusi oksigen datang jam 4 sore, tetapi sampai jam 10 malam belum juga datang. Tapi alhamdulillah kami kontrol di puskesmas masih ada cadangan oksigen. Kemudian itu yang kami pindahkan ke rumah sakit dan alhamdulillah sekitar jam 2-3 malam kembali datang,” tuturnya.

Baca Juga :  Anomali Cuaca, Tembakau Rusak, Petani Resah

Atas kejadian tersebut, Fauzan meminta kepada Gubernur dapat mengatur soal pendistribusian oksigen kabupaten, tidak hanya difokuskan ke kota saja. Sementara kabupaten tidak diatur dalam pendistribusian oksigen. “Intinya Pak Gubernur, masalah oksigen ini tolong diatur juga. Jangan kami kabupaten dibiarkan rebutan di distributor. Lombok Barat rebutan dengan Mataram, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Bima di distributor. Jadi tolong diatur, mungkin bisa dilakukan oleh provinsi dalam menginterpesi kepada para penyedia yang berhubungan dengan oksigen ini,” harap Fauzan.

Soalan sama juga disampaikan Sekda Kabupaten Sumbawa, H Hasan Basri, permasalah oksigen dirasakan sama seperti yang dirasakan daerah lainnya. “Saya kira sama dengan daerah lain. Kami juga mendapatkan oksigen kurang lebih 100 tabung per hari yang kita berikan kepada dua rumah sakit. Yaitu RS Manambai dan RSUD Sumbawa,” katanya.

Hasan juga menuturkan, meski pihaknya telah memproduksi oksigen tiga tabung per tiga jam, kemudian di RS Manambai sekitar 20 sampai 30 tabung oksigen perh ari. “Dalam waktu dekat ini kita juga ada kerja sama dengan swasta untuk produksi tabung oksigen dan sekarang kontenernya sudah ada di pelabuah Badas. Insyallah dalam bulan ini sudah dapat beroprasi dan insyallah ketika sudah beroparasi nanti dapat berproduksi 100 tabung per hari,” tuturnya.

Sementara Bupati Dompu, Kadir Jaelani mengatakan, pada kondisi normal kebutuhan oksigen di daerahnya sangat cukup. Namun dengan kondisi sekarang ini kebutuhan oksigen naik hingga tiga kali lipat dari kebutuhan normal yang mengakibatkan ketersediaan oksigen mulai menipis. “Jadi kita masih kekurangan oksigen Pak Gubernur,” tuturnya.

Ia menyebutnya, dari tabung yang dimiliki sekarang sekitar 130 tabung  tanpa oksigen. Sementara kemampuan dalam memproduksi oksigen dengan kebutuhan belum dapat terpenuhi. Meski kemampuan produksi oksigen maksimal 25 sampai 27 tabung dalam satu hari, sementara kebutuhan oksigen sekitar 60 tabung besar per hari. “Jadi kita masih kekurangan 35 sampai 37 tabung per hari,” sebutnya.

Untuk mengantisipasi kekurangan oksigen, pihaknya melakukan pembelian oksigen dari pelaku industri pengisian di Kota Mataram dengan harga Rp 135 ribu per tabung. Tetapi yang dapat dipenuhi per hari hanya 20 tabung. “Tetapi 4 hari terakhir ini tidak ada kiriman dari Mataram Pak Gubernur,” keluhnya.

Baca Juga :  22 Pembalap Dipastikan Berlaga di MotoGP Mandalika

Kadir juga menuturnya, kasus yang dirasakan pada Juli lalu, pada saat itu pihaknya memutuskan 90 tabung oksigen tetapi pihaknya mampu menyiapkan hanya 69 tabung oksigen. “Dan ini merupakan puncak kebutuhan oksigen tertinggi dari bulan Juli sampai 8 Agustus 2021. Dalam dua minggu terakhir tren penggunaan oksigen semakin menurun tetapi tren ketersediaan oksigen semakin berkurang,” katanya.

Meski sejak tanggal 2 Agustus hingga saat ini pihaknya membutuhkan rata-rata 40 tabung per hari. “Namun yang bisa dipenuhi hanya 25 tabung per hari,” sambungnya.

Menenggapi permasalahan oksigen, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah menegaskan kepada seluruh stakeholder terkait, agar terus berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk dapat mengefisiensikan penggunaan oksigen, agar kebutuhan oksigen tetap dapat dikendalikan. “Efisiensi oksigen harus segera dikoordinasikan agar optimal pemanfaatannya,” tegasnya.

Direktur RSUD Provinsi NTB, dr H Lalu Herman Mahaputra menjelaskan pentingnya manajemen efisiensi oksigen. “Seluruh rumah sakit harus dapat memahami bagaimana kebutuhan oksigen di rumah sakitnya masing-masing,” kata Herman.

Pria yang karib disapa dr Jack ini menambahkan, manajemen efisiensi ini antara lain melakukan koordinasi dengan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) untuk pemberian oksigen pasien. Kemudian mengoptimalkan penggunaan dan distribusi oksigen kosentrator dan memonitor kebutuhan oksigen secara ketat. Bila kondisi membaik segera hentikan pemberian dan melakukan skrining ketat di IGD untuk menentukan kriteria pasien butuh perawatan atau isoman. “Kita sudah melakukan itu di RSUD Provinsi NTB sebagai salah satu RS rujukan dan begitu banyak pasiennya. Saya pikir rumah sakit lain juga harus bisa,” ungkap dr Jack.

Kebutuhan oksigen di Provinsi NTB per bulan terhitung 283.196 Kg atau 35.490 tabung besar. Sementara ketersediaan tabung per bulannya terhitung 220.000 Kg atau 27.500 tabung besar. Hal ini terus diatensi Pemprov NTB dengan menerapkan strategi, yakni efisiensi penggunaan, memastikan distribusi tepat waktu dan mengoptimalkan oksigen kosentrator atau oksigen generator.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr H Lalu Hamzi Fikri merincikan soal efisiensi penggunaaan oksigen adalah cara terbaik dalam mengoptimalkan penggunaan. “Seberapa jumlah oksigen yang ada, harus adanya manajemen efisiensi penggunaan oksigen,” jelas Kadikes NTB. (sal)

Komentar Anda