Kenali Gejala Autisme untuk Deteksi Dini

GELAJA DINI: Mengenali gejala autisme sejak dini akan membantu orangtua melakukan penanganan atau terapi bagi anaknya.

Autisme adalah gangguan perkembangan yang bisa diamati pada batita. Biasanya, anak mengalami gangguan dalam interaksinya dengan orang lain. Ada kesulitan dalam berkomunikasi, pola bermain, dan pola emosi yang berbeda pula. Autisme termasuk gangguan PDD (Pervasive Developmental Disorder).

Yang pasti, autisme bukanlah suatu penyakit, namun hingga kini belum bisa ‘disembuhkan’. Anak akan tumbuh dewasa dengan beberapa ciri autisme yang terus dialaminya. Walau begitu, dengan bantuan terapi sesuai kebutuhannya, ia lebih bisa beradaptasi dengan lingkungannya.  Untuk mengenali apakah anak penyandang autisme atau tidak, ada ciri-cirinya. Menurut   Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi

Psikolog Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, ciri-cirinya misalnya  bayi usia 6 – 12 bulan perlu dicermati bagaimana dia berinteraksi. Jika ada ciri-ciri berikut ini, sebaiknya berkonsultasi pada ahlinya, yakni tidak merespon senyuman mama, tidak bereaksi ketika namanya dipanggil, sangat sulit dialihkan jika sudah mengagumi benda tertentu, ekspresi muka kurang hidup, serta sangat mudah marah.

Pada anak yang lebih besar, coba konsultasi kepada ahli jika menemukan banyak tanda berikut ini:  Gerakan tubuh sama dan berulang-ulang seperti tak ada bosannya (terkadang gerakannya tampak aneh!), ada keterlambatan bicara (misalnya, di usia 18 bulan belum mengucapkan 1 kata pun), mengatakan hal yang sama berulang-ulang (walau sangat tidak relevan dengan apa yang sedang terjadi).

Baca Juga :  Kenali Gejala Diabetes

Selanjutnya  sangat sensitif, mudah terganggu oleh bunyi-bunyian tertentu atau sentuhan, atau justru sangat tidak sensitif misalnya, kepala terbentur keras, tapi seperti tak mengalami kesakitan, maunya main dengan benda itu-itu saja, minimnya kontak mata, serta  tidak tertarik dengan orang lain. ''

Autisme terjadi akibat genetik atau teratogen (hal-hal yang menyebabkan kecacatan janin, seperti rokok, alkohol, atau obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil tanpa konsultasi pada dokter), atau karena stres kehamilan yang berat. Namun, semua penyebab ini masih terus diteliti kebenarannya,'' jelasnya. 

Bagaimana orang tua menangani anak? Sebaiknya, selalu cermati perkembangan si kecil. Bila ada perbedaan dengan anak lain, cek dulu tahap perkembangan yang seharusnya dialaminya. Jika sangat berbeda, konsultasikan segera pada ahlinya. Kalau sudah didiagnosis mengalami autis, orang tua harus berbagi tugas sehingga tak terlalu lelah menangani anak. Bila mungkin, cari juga bantuan lain. Misalnya, asisten rumah tangga atau keluarga. 

Perlukah dibawa ke psikolog? Pemeriksaan pertama bisa dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang. '' Biasanya, ada di rumah sakit yang cukup besar. Di sini, anak bisa diperiksa oleh beberapa ahli untuk mendiagnosis apakah keterlambatan yang dialami termasuk dalam autisme, golongan PDD lain, gangguan perkembangan lain, atau hanya kurang stimulasi. Setelahnya, akan diberikan saran untuk pengembangan anak.

Baca Juga :  Mengenal Gejala dan Penyakit Keputihan

Jika ia penyandang autisme, membutuhkan banyak ahli untuk membantunya berkembang lebih adaptif, seperti psikolog anak, psikiater anak, dokter saraf, dokter ahli pencernaan, dan berbagai ahli terapi.

Psikolog Stefani Pekasa MPSi mengatakan,  sepintas anak autis terlihat sangat normal, tetapi memiliki tingkah laku yang berbeda dari anak-anak lain. Penyebabnya tak lain karena sistem syaraf pusat berkembang tidak sempurna sehingga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa, proses belajar, serta berkomunikasi. Butuh ketekunan serta kesabaran ekstra bagi para orangtua yang memiliki anak autis. “Jangan menyerah, ada fase dimana mereka down, tapi mereka harus bangkit kembali dan konsisten dengan diet dan terapi. Komitmen orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap prognosa positif seorang anak berkebutuhan khusus,” pungkasnya.

Ketua Yayasan Anak Mandiri Rovanita Rama mengingatkan berbagai gejala anak dengan autis  harus sedini mungkin diketahui oleh orangtua, agar anak mendapat terapi yang tepat untuk membantu tumbuh kembangnya. Tanpa terapi, anak autis tidak akan bisa tumbuh seperti anak-anak lain. Secara fisik mereka mungkin anak tumbuh seperti anak biasa, tapi perilaku dan cara berkomunikasi mereka tidak akan pernah sama.  Pada sisi lain, anak autis yang mendapat penanganan yang tepat oleh para ahli dan bimbingan orangtua, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang membanggakan.(prt/jpnn)

Komentar Anda