Kemenparekraf Hapus Festival Tambora dari Kalender Event Nasional

TARI KOLOSAL: Tari Kolosal Doro Mantika, dengan 350-an penari, memeriahkab pembukaan puncak acara kepariwisataan Festival Pesona Tambora 2019, yang berlangsung di Doro Ncanga, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Kamis (11/4). (DOK / RADAR LOMBOK)

MATARAM – Dinas Pariwisata Provinsi NTB mengajukan sedikitnya 10 event masuk sebagai kalender event pariwisata NTB tahun 2023. Dari jumlah tersebut hanya 4 yang berhasil masuk dalam kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) 2023 oleh Kementarian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

“Tim kurator Provinsi sudah mengirim 10 festival yang bisa masuk KEN ke Pusat. Dari 10 yang dikirim, sebanyak 4 event yang lolos kurasi dari Kemenparekraf,” kata Sekretaris Dinas Pariwisata NTB Izzudin Mahili, Kamis (2/2).

Empat festival yang dimaksud, diantaranya Festival Pesona Bau Nyale yang digelar di Kabupaten Lombok Tengah, Senggigi Sunset Jazz di Kabupaten Lombok Barat dan juga Gili Festival di Kabupaten Lombok Utara, serta Festival Perang Topat di Kabupaten Lombok Barat. Sementara Festival Tambora di Kabupaten Dompu yang dicoret dari KEN, lanjut Izzudin adalah sepenuhnya berada pada kewenangan Kemenparekraf RI.

Izzudin menjelaskan indikator yang menentukan lolos dan tidaknya event lokal masuk ke KEN pertama penonton event harus betul-betul wisatawan. Jika sifatnya hanya lokal content, maka hal itu menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Baca Juga :  Akhir Oktober Pabrik Pakan Bakal Beroperasi

KEN oleh Kemenparekraf akan mengambil event-event yang memang punya daya ungkit ekonomi atau wisatawan yang datang berkunjung banyak. Artinya parameter berfikirnya sudah nasional bahwa festival ini layak menjadi event nasional.

Sementara realita yang ada, rata-rata festival yang diselenggarakan selama ini seperti Festival Moyo dan Tambora hanya bersifat lokal konten. Oleh karena itu, ada beberapa catatan penting yang diberikan Kemenparekraf untuk Pemerintah Daerah. Pertama terkait dengan konten daripada event itu sendiri. Artinya jangan sampai konten yang ditampilkan membuat jenuh penonton yang menyaksikan. Dengan catatan serangkaian atraksi dalam event itu tetap membranding Tambora-nya.

“Jangan setiap tahun itu-itu saja. Dalam rangkaian event harus ada inovasi dan variasinya,” terangnya.

Selain itu, dalam menyelenggarakan event kedepan persiapannya harus dilakukan jauh-jauh hari dan sebaik-baiknya, sehingga event yang dihelat betul-betul bisa mendatangkan wisatawan. Berikutnya terkait waktu pelaksanaan event. Mestinya event tersebut dilaksanakan saat low season. Karena percuma jika diadakan saat hight season. Wisatawan memang akan datang untuk berlibur dan jumlahnya sedang tinggi-tingginya.

Baca Juga :  Gencarkan Pelatihan Kerja untuk Mengurangi Pengangguran

“Lebih kepada bagaimana wisatawan yang sedikit pada waktu low season. Mengalami peningkatan wisatawan, jadi timing (waktu) terhadap event-event ini lebih banyak diatur saat low season,” ujarnya.

Tidak kalah penting adalah branding terhadap event tersebut. Harus gencar dilakukan saat pra event dan post event. Rata-rata persiapan penyelenggaraan event selama ini tidak panjang alias kurang persiapan. Sehingga wisatawan pra event dan setelah event juga kurang.

Sebagai contoh walaupun Festival Bau Nyale masuk ke dalam KEN, namun tidak terlepas dari catatan. Salah satunya ada bagian-bagian dari rangkaian Festival Bau Nyale yang tidak membranding Puteri Mandalika-nya.

Kendati Festival KEN Tambora tidak lagi masuk KEN, Dispar NTB mengaku optimis dapat menarik lebih banyak wisatawan yang datang ke NTB. Diharapkan empat event yang masuk KEN ini dapat mendatangkan lebih banyak penonton atau wisatawan dari nusantara maupun mancanegara, sehingga ada daya ungkit terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

“Makanya ke depan kita harus persiapkan dengan lebih serius lagi. Ini menjadi pembelajaran bersama,” tutupnya. (cr-rat)

Komentar Anda