Di Lombok Tengah, Wali Paer Tengaq Masyarakat Adat Sasat (MAS) Lombok Tengah H. Lalu Samsir mengatakan pergantian nama BIL tanpa adanya koordinasi, dan terkesan secara tiba-tiba dan tidak melibatkan semua pihak terutama yang ada di Lombok Tengah.” Terkait dengan pergantian nama bandara, saya sebagai wakil wali Paer Tengaq MAS Lombok Tengah perlu menegaskan bahwa sampai saat ini tidak pernah diundang dalam pembahasan nama bandara. Makanya, kami menganggap bahwa hal Ini sangat kental unsur kepentingan politiknya,” ungkap H Lalu Samsir, Minggu (9/9).
Ia mengaku heran dengan perubahan nama bandara. Perubahan nama bandara seharusnya melalui pembahasan oleh semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. “ Kedepan semua perwakilan MAS NTB akan segera menyikapi persoalan ini. Sehingga kita berharap masyarakat jangan cepat emosi dalam menyikapi persoalan ini,” ungkapnya.
Ia menganggap wajar jika Pemkab dan warga Lombok Tengah marah dan kecewa karena merasa tidak dilibatkan. Mereka menganggap ini bentuk pelecehan.
“ Makanya saya curiga perubahan nama bandara ini unsur politiknya besar dan kita harus jujur, jangan semua mau dipolitisir. Boleh kalau TGB yang disalahkan, namun jangan kita salahkan nama Maulana Syeikh,” jelasnya.
Tokoh adat lainnya, H. Lalu Putria menganggap statemen Sekda NTB Rosiadi Sayuti yang menyampaikan bahwa telah melakukan komunikasi dengan dirinya sebelum bulan puasa terkait perubahan nama bandara tidak benar ada. Ia meminta agar Sekda NTB tidak mengeluarkan statemen yang tanpa memiliki dasar. Putria mengaku sampai saat ini tidak pernah diundang oleh Sekda. “Pernyataan beliau (Rosyadi_red) bahwa saya pernah hadir pada sekitar bulan Juni itu tidak benar dan ini bisa saya buktikan bahwa saya hanya pernah komunikasi sama beliau dulu sekitar bulan September 2013 ketika ada rencana pengusulan,” ungkapnya saat dihubungi Radar Lombok.
Pria yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Lombok Tengah ini mengaku masih menyimpan pesan singkat atau SMS dari Sekda NTB. (zwr/met)