
MATARAM – Polda NTB membongkar kuburan Brigadir Muhammad Nurhadi yang berada di tempat pemakaman umum (TPU) Peresak, Dusun Jejelok, Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat untuk diautopsi.
Brigadir Muhammad Nurhadi salah satu Anggota Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda NTB meninggal beberapa waktu lalu di Gili Trawangan, Lombok Utara.
Pembongkaran dilakukan untuk menjawab penyebab pasti kematian, yang saat ini menuai kontroversi dari berbagai pihak. Tidak sedikit yang merasa kematiannya ada kejanggalan, meskipun beberapa waktu lalu sudah dimakamkan secara kedinasan dan pihak keluarga menolak autopsi. “Hari ini (1/5) kami dari Polda NTB melaksanakan ekshumasi (penggalian jenazah dari kuburan untuk tujuan forensik) tehadap korban anggota paminal yang meninggal di Gili Trawangan. Pelaksanaan ekshumasi ini untuk mengetahui penyebab kematian yang bersangkutan,” ungkap Kabid Humas Polda NTB Kombes Pol Mohammad Kholid, kemarin.
Autopsi berlangsung di TPU Peresak, Dusun Jejelok, Desa Sembung, Kecamatan Narmada sejak pagi hingga siang. Polda NTB menjamin kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi akan dibuka dengan terang.
Pun tidak akan menutupi penyebab kematiannya. “Hasil autopsi nanti kita sampaikan perkembangan,” sebutnya.
Kholid masih enggan mengungkap hasil penyelidikan yang dilakukan Kepolisian. Termasuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan adanya CCTV yang diamankan di lokasi tempat meninggalnya Brigadir Muhammad Nurhadi. “Itu dalam proses penyelidikan. Olah TKP dan ekshumasi juga sebagai langkah untuk mengetahui kejadiannya seperti apa,” katanya.
Ekshumasi dan autopsi terhadap jenazah Brigadir Muhammad Nurhadi berlangsung sekitar pukul 08.00-11.30 WITA. Pelaksanaan melibatkan tim dari Rumah Sakit Bhayangkara dan dokter forensik dari Universitas Mataram. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami bisa memberikan hasil seterang-terangnya, mudah-mudahan dengan ini kami bisa membantu untuk kasus ini berjalan dengan terang,” kata Kabiddokkes Polda NTB Kombes Pol dr I Komang Tresna.
Dikatakan, autopsi dilakukan secara profesional dan sudah dilakukan berdasarkan kesepakatan semua pihak. Untuk hasil autopsi sendiri, akan keluar sekitar dua minggu ke depan.
“Tentunya kami bekerja secara profesional, juga ada kode etik yang melatarbelakangi kami dan ada persetujuan dari keluarga dan Unram, Ditreskrimum Polda NTB, semua SOP sudah kami penuhi,” ucap dia.
Brigadir Muhammad Nurhadi meninggal Rabu malam (16/4) lalu. Ia ditemukan tenggelam di dasar kolam villa tempatnya menginap bersama sejumlah Anggota Bidpropam Polda NTB, di kawasan Gili Trawangan.
Ia sempat diperiksa tim medis, namun nyawanya tak tertolong. Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi ini awalnya diterima pihak keluarga dan menolak autopsi. Namun belakangan, akun Instagram ikhaiskandar6 memposting foto Brigadir Muhammad Nurhadi dengan narasi kematiannya seolah-olah ada kejanggalan. “Pokok usut sampai tuntas. Ndek terimak ntan mate, ndekn wajar lamun mule tenggelem (Usut sampai tuntas. Tidak terima caranya meninggal, tidak wajar kalau tenggelam),” tulis postingan ikhaiskandar6 dalam Bahasa Sasak.
Dalam postingan itu juga menyebutkan, bahwa tidak ada kematian karena tenggelam mengakibatkan badan luka dan memar. “Kami sekeluarga masih tidak nerima, bahkan jenazahnya langsung dibungkus cepet-cepet seperti ada sesuatu pokokn (kami sekeluarga masih tidak terima, bahkan jenazahnya langsung dibungkus cepat-cepat seperti ada sesuatu pokoknya),” isi lanjutan narasi postingan tersebut.
Radar Lombok mencoba menghubungi akun Instagram ikhaiskandar6 tersebut, namun tidak direspons. Rafika Dewi, kakak korban mengaku awalnya pihak keluarga menolak autopsi. Alasannya karena tidak tega. Namun keluarga akhirnya menyetujui autopsi setelah adanya permintaan dari kepolisian untuk mengungkap pasti penyebab kematian adik kandungnya.
“Karena harus dan permintaan dari pihak kepolisian juga, mau gak mau kita harus autopsi karena undang-undang,” katanya.
Dirinya juga sudah melihat jenazah adiknya dan sempat merasa kaget. Namun, tidak menjelaskan rinci kondisi jenazah. Hanya melihat adanya luka. “Iya, itu sudah seperti yang beredar,” ujarnya.
Ia belum berani memastikan adanya kejanggalan dalam kematian Brigadir Muhammad Nur. Saat ini, pihaknya hanya menunggu hasil autopsi yang dilakukan kepolisian. “Diungkap seterang-terangnya biar kita tahu, karena banyak orang yang pengin tau juga kan, itu aja,” harapnya. (sid)