Keliling Bagikan Masker, Cukup “Dibayar” Pakai Alfatihah

BAGI MASKER: Muhammad Saeni Salim, tukang jahit yang membagikan masker buatannya dengan meminta imbalan surat Alfatihah. (IST/RADAR LOMBOK)
BAGI MASKER: Muhammad Saeni Salim, tukang jahit yang membagikan masker buatannya dengan meminta imbalan surat Alfatihah. (IST/RADAR LOMBOK)

Selalu ada pahlawan yang muncul di tengah suasana sulit, seperti saat Corona mewabah  saat ini. Aeni Salim adalah seorang tukang jahit pakaian yang membuat ribuan masker untuk dibagikan gratis ke pusat kesehatan dan warga umum. Setiap menyerahkan masker, ia hanya minta didoakan dan dihadiahi Alfatihah oleh penerima.

ZULFAHMI-LOMBOK BARAT

Sudah satu pekan ini Saeni khusus membuat ribuan masker di tempat usaha taylor-nya di Desa Beleke Kecamatan Gerung. Setelah banyak, ia langsung yang keliling membagi masker tersebut ke warga dan petugas medis menggunakan sepeda motor miliknya. Belum lama ini ia menyerahkan masker untuk petugas medis yang ada di RSUD Tripat Gerung dan beberapa Puskesmas.

Kepada Radar Lombok kemarin, Saeni menuturkan bahwa aksi sosial ini adalah panggilan kemanusiaan. Ia miris dengan kondisi langkanya masker. Kalaupun ada, harganya melambung tinggi. Padahal masker adalah alat pelindung yang penting untuk saat-saat ini.

Prihatin atas kondisi tersebut, ia kemudian memanfaatkan sisa-sisa kain yang banyak di tempat menjahitnya untuk dibuat menjadi masker. Dalam sehari ia  mampu membuat ratusan lembar masker. “Masker ini saya jahit sendiri, setelah itu saya bagikan sendiri kepada masyarakat yang membutuhkan,” ungkapnya.

UD Rizki Taylor nama usahanya. Karyawannya berjumlah 10 orang. Namun dalam pembuatan masker gratis ini, dia tidak melibatkan pegawainya.”Kalau mereka saya minta buat masker, pekerjaan mereka jelas terganggu,” katanya.

Ia sendirian yang memproduksi masker gratis ini. Selama satu pekan sudah ada sekitar 1.800 lembar masker yang sudah dibagikannya. Saat ditemui kemarin ia mengaku sisa masker tinggal 200 lembar.

Ada yang unik. Tiap membagikan masker, Saeni meminta imbalan. Tapi imbalannya bukan uang, melainkan sekedar surat Alfatihah dan doa agar usaha menjahitnya lancar. Jadilah masker yang dibuatnya bernama ” Masker Alfatihah””Kita sama-sama baca Alfatihah agar kita sama-sama saling mendoakan agar selamat dan sehat,” ungkapnya.

Dirinya terpanggil untuk memberikan bantuan kepada masyarakat ditentang musibah ini. Karena dirinya hanya bekerja sebagai tukang jahit, dan memiliki keahlian menjahit, mungkin dari jalan membuat masker dirinya mendapat pahala dan menjadi ladang amal ibadah bagi dirinya.”Mudahan dengan masker yang dibagi, bisa menjadi ladang ibadah,” imbuhnya.

Melalui aktivitas berbagi masker ini, ia juga ingin mengetuk hati para tukang jahit yang lain untuk membantu masyarakat.”Jangan para tukang jahit memanfaatkan musibah ini untuk mencari keuntungan semata dari membuat masker,” ajaknya.

Ia berharap agar para tukang jahit yang lain juga mau berbagi masker secara gratis, karena membuat masker ini memang tidak membutuhkan modal besar, hanya modal tenaga dan sisa kain.”Bisa dikatakan saya tidak keluar modal, hanya modal tenaga saja,” katanya.

Masker yang sudah dibuat dibagikan, diantaranya ke RSUD Tripat, Polres Lombok Barat, Puskesmas Sekotong, dan warga umum, terutama warga di kampungnya.” Untuk masyarakat di dekat rumah saya kasih masing-masing empat biji masker,” ungkapnya.

Karena ditau membuat masker, pihak RSUD Tripat memesan tambahan masker. Kali ini rumah sakit menawarinya harga masker seribu rupiah per lembar. Namun ia menolaknya.(*)

Komentar Anda