Kegigihan Awidi Memasarkan Kerajinan Ketak Hingga Tembus Pasar Luar Negeri

Mejeng di Asia Eropa Setelah Penat Mengayuh Pedal Sepeda

Beberapa waktu lalu Awidi juga sudah pernah mengikuti Telkom craf di Jakarta. Hampir semua kerajinan terjual habis. Ia pun mendapatkan keuntungan yang lumayan dari omzet biasanya. “Waktu itu ke Jakarta ikut Telkom craf, ternyata laku semua barang yang bawa. Apalagi tas Raisa ini,” katanya.

Widi mengaku, usahanya sempat surut ketika terjadi bom Bali tahun 2003. Bahkan pesanan dari pelanggannya pun menghilang, tetapi tekadnya yang terus ingin sukses. Awidi mencoba kembali lagi menjual kerajinannya keliling ke tempat wisata dan toko oleh-oleh. “Saat bom Bali itu benar-benar turun. Hampir semua perajin gulung tikar, tetapi saya tetap menggelar tikar saya saat itu,” terangnya.

Baca Juga :  Melihat Aktivitas Pejuang Subuh Pemuda Jempong Bersatu

Setelah sukses dengan usaha yang jatuh bangun dijalankan Awidi lantas tak membuatnya lupa dengan para perajin di sekitar lingkungannya. Ia juga membentuk kelompok untuk kerajinan ketak. Kini anggotanya telah mencapai 341 anggota dan di antaranya ada 15 orang pengempul.

Baca Juga :  Mengenal Firman, Perajin yang Memanfaatkan Stik Es Krim

Kelompok tersebut dapat membantu para perajin ketak untuk memasarkan hasil kerajiananya. Saat ini, usaha Awidi semakin meningkat dan berkembang. Penjualannya pun semakin meningkat. “Untuk omzet penjualannya dalam satu hari bisa mencapai sekitar Rp 5 juta hingga Rp 15 juta. Kadang juga tergantung dari banyaknya orderan,” katanya.

Komentar Anda
1
2
3
4