Kebersihan Objek Wisata Jangan Disepelekan

Bukit Nanggi Desa Sembalun
INDAH: Inilah pemandangan dari bukit Nanggi, Sembalun. Pada pagi hari, pandangan dari puncak bukit akan tertutup awan. Bukit ini kian ramai dikunjungi baik warga lokal maupun wisatawan asing. (M.Haeruddin/Radar Lombok)

MATARAM – Kritikan Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arif Yahya atas kondisi kebersihan di destinasi wisata NTB mendapat tanggapan serius dari berbagai pihak. Pasalnya, destinasi yang tidak tertata dengan baik akan membuat wisatawan enggan lagi datang.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB, Lalu Abdul Hadi Faishal mengakui jika kondisi objek wisata NTB masih jauh dari standar. “Kalau pemda tidak mampu, harus ada pihak ketiga yang tangani agar profesional,” ujarnya kepada Radar Lombok, Jumat malam (7/4).

[postingan number=5 tag=”wisata”]

Menurutnya, menangani kebersihan sarana dan prasarana seperti toilet di destinasi wisata tidaklah mudah. Mengingat, banyak orang yang menggunakannya setiap hari. Apabila tidak dijaga dan dipelihara dengan baik maka akan membuat kondisi toilet terkesan bau dan jorok.

Berbeda halnya apabila pemeliharaan diserahkan apda pihak ketiga. Pemerintah daerah bisa komplain apabila perusahaan yang ditunjuk tidak memberikan hasil memuaskan. “Diserahkan pada pihak ketiga memang solusi agar toilet kita bisa berstandar pariwisata,” katanya.

Hadi Faishal bersama PHRI mengaku pernah melakukan kegiatan pembersihan destinasi. Beberapa waktu lalu dimulai dengan Islamic Center (IC) yang telah menjadi objek wisata baru di NTB. Namun hal itu tidaklah cukup, harus ada upaya pemeliharaan dilakukan oleh orang-orang profesional.

Baca Juga :  Mengunjungi Desa Wisata Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara

Persoalan kebersihan, tidak boleh dianggap sepele. Apalagi para wisatawan mancanegara sangat sensitif dengan kebersihan di lokasi wisata. “Khawatirnya kita, banyak wisatawan yang akan kecewa kalau soal kebersihan tidak segera kita selesaikan,” ucapnya.

Ia melihat kebersihan di destinasi wisata rata-rata masih jauh dari harapan. Terutama di objek wisata yang banyak dikunjungi para wisatawan. “Memang sih selama ini ada perhatian, tapi kurang pemeliharaan. Makanya itu penting di-pihakketiga-kan,” tandasnya.

Ketua komisi II DPRD NTB yang membidangi Pariwisata H Hamja  mengingatkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB agar tidak lagi banyak melakukan promosi. Sudah saatnya, pemprov dan pihak-pihak terkait fokus membenahi apa yang sudah ada.

Menurut politisi partai Gerindra ini, destinasi di NTB telah banyak dikenal dan namanya mendunia. Oleh karena itu, dinas terkait

tidak perlu lagi repot-repot banyak melakukan promosi. “Untuk kegiatan promosi, harus dibatasi sekarang. Kita sudah terkenal kok, tinggal perbaiki toilet dan penataan objek wisata,” sarannya.

Selain itu, Hamja menilai penataan lokasi wisata tidak hanya soal toilet. Namun kenyamanan dan ketenangan wisatawan juga kerap kali terganggu oleh para pedagang asongan. Sikap para pedagang asongan selama ini merusak suasana hati para wisatawan.

Baca Juga :  Tirai Mandi Dewi Anjani yang Kini Ramai Dikunjungi

Hamja mencontohkan di pantai Kuta. Disana, para pedagang seperti memaksa pengunjung untuk membeli. Parahnya, setelah dibeli akan datang lagi pedagang lain. “Tertibtkan pedagang asongan, jangan wisatawan dipaksa beli,” kesalnya.

Berdagang memang hak masyarakat setempat. Namun disinilah peran pemerintah daerah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan agar bisa teratur. “Kita saja orang NTB yang ke Kuta dipaksa beli, seperti diperas. Apalagi orang luar daerah atau luar negeri,” ungkapnya.

Selanjutnya masalah keamanan harus tetap menjadi perhatian. Informasi yang diketahui Hamja, seringkali ada pihak-pihak yang menyebarkan informasi bahwa Lombok tidak aman. “Di Bali itu, orang bilang jangan ke Lombok karena banyak maling, banyak begal,” katanya.

Untuk menuju daerah tujuan wisata yang ideal, Hamja menilai tidak akan pernah terwujud apabila ketiga masalah tersebut tidak diatasi. Oleh karenanya, sudah saatnya kebersihan  objek wisata  diutamakan, pedagang asongan dibina dan keamanan dijamin. “Kan bisa bertemu sekali sebulan dengan pedagang-pedagang asongan, bina mental mereka,” saran Hamja. (zwr)

Komentar Anda