KBRI Tripoli: Ermiwati, TKW Asal Lenek Aman di Penampungan

Ermiwati Bt Kemen (JALAL/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Dugaan kasus penyekapan tenaga kerja wanita (TKW), Ermiwati Bt Kemen, warga RT 4, Dusun Karang Bile Barat, Desa Lenek Pesiraman, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur (Lotim), oleh majikannya di Libya, seperti yang pernah diberitakan Radar Lombok, edisi tanggal 1 September 2016 lalu, dibantah tegas pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tripoli, Libya.

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Dirjen Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar Negeri RI, melalui surat bernomor 21220/WN/10/2016/65, tertanggal 18 Oktober 2016, perihal penyampaian perkembangan penanganan TKI atas nama Ermiwati Bt Kemen, menyampaikan bahwa pihak KBRI di Tripoli, Libya, telah melakukan komunikasi dengan Ermiwati pada tanggal 3 Oktober 2016 melalui media sosial Facebook.

“Dalam komunikasi tersebut, yang bersangkutan (Ermiwati, red) mengakui kalau saat ini dirinya memang tidak memiliki nomor telepon yang dapat dihubungi, dan hanya mengandalkan Facebook sebagai alat komunikasi. Itu pun dapat terhubung apabila ada jaringan internet atau wifi,” kata Act. Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Didik Eko Pujianto, dalam surat yang diterima Redaksi Radar Lombok, Kamis kemarin (3/11).

Dalam komunikasi itu lanjut Didik, Ermiwati juga menjelaskan kalau sekarang dia berada di tempat penampungan agen di Souk Khamis, Tripoli. “Selama berada di penampungan, yang bersangkutan mengaku mendapat perlakuan yang baik oleh pihak agen. Ermiwati juga menitipkan pesan kepada pihak keluarga di Indonesia (Lombok TImur), agar tidak perlu khawatir. Karena saat ini dia sedang mengurus kepulangannya kembali ke Indonesia, mengingat kontrak kerjanya juga telah selesai,” jelasnya.

Ketika dikonfirmasikan terkait keterangan orang tua Ermiwati di Radar Lombok, bahwa dia katanya disekap oleh majikan? Kesempatan itu dia juga membantah, dan menjawab tegas, kalau tidak ada tindakan penyekapan oleh majikan terhadap dirinya. “Selama bekerja, Ermiwati mengaku mendapatkan perlakuan yang wajar, dan tanpa ada penyiksaan sama sekali,” urai Didik.

Lebih jauh disampaikan Didik, pihak KBRI di Tripoli dalam melakukan komunikasi dengan Ermiwati tak hanya sekali saja, dua kali, meskipun dengan durasi yang cukup singkat. Itu terjadi karena keterbatasan koneksi wifi di tempat penampungan agen, serta listrik yang sering padam 8 – 10 jam sehari, serta kondisi keamanan di Libya sendiri yang saat ini masih belum stabil.

“Terakhir komunikasi yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2016, yang bersangkutan kalau menemui kesulitan juga telah diminta untuk segera menghubungi pihak KBRI di Tripoli. Sehingga pihak KBRI bisa terus memonitor kondisinya,” ucap Didik.

Seperti diberitakan sebelumnya, ibunda Ermiwati, Kinen alias Inaq Ardi merasa resah karena lama tidak mendengar kabar puterinya yang sedang bekerja menjadi TKW di Libya. Apalagi ketika dia mendengar berita dari teman anaknya, yang juga sedang bekerja menjadi TKW di Timur Tengah, kalau Ermiwati disekap dan tidak diijinkan pulang oleh majikan. Bahkan katanya juga tidak digaji selama dua tahun lebih. Untuk itu dia berharap kepada pemerintah, agar melacak keberadaan anaknya tersebut di Libya, dan bisa memulangkan ke Indonesia (Lombok) dengan selamat.

“Kami sudah bersurat ke DSTT di Selong, dan berharap pemerintah bisa membantu mengurus kepulangan Ermiwati dengan selamat, serta mendapatkan hak-haknya selama dua setengah tahun bekerja di Libya,” harap Aris Munandar, Ketua Forum Pemuda Paer Lenek, yang mengaku memiliki empati terhadap nasib Ermiwati. (gt)

Komentar Anda