SELONG—Kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) di Lotim masih mengkhawatirkan. Bahkan Lotim saat ini masih menjadi kabupaten dengan jumlah penderita DBD tertinggi, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainya di NTB. Jumlah itu terus meningkat, terlebih sejak intensitas musim penghujan terus-menerus mengalami peningkatan, terutama di wilayah Lotim.
Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Lotim, Asrul Sani mengakui kalau saat ini Lotim masih sebagai kabupaten dengan jumlah penderita DBD tertinggi. Namun ia tidak menjelaskan secara detail berepa jumlah warga Lotim yang terjangkit virus nyamuk mematikan tersebut. “Ya kita masih tertinggi. Kalau total data terakhir kita masih belum cek,” ungkap Asrul Sani, Selasa kemarin (20/12).
Dikatakan, penyebaran penderita DBD ditemukan di sejumlah desa. Di setiap desa terdapat sekitar satu sampai dua warga yang menderita DBD. Namun jika dihitung di masing-masing wilayah kecamatan, jumlahnya cukup banyak.
Kecamatan dengan jumlah penderita DBD tertinggi diantaranya adalah Kecamatan Sakra, Terara, dan beberapa kecamatan lainnya. “Kalau di lingkup desa, satu-dua saja penderitanya. Kalau penularan yang besar sekali di tingkat kecamatan,” lanjut Asrul seraya menyampaikan, untuk penanganan sendiri sebagian dari para penderita DBD ini sudah ada yang disembuhkan, dan sebagian lagi masih dalam proses penyembuhan.
Sejauh ini pihak Dikes Lotim telah melakukan segala upaya untuk melakukan pencegahan penyebaran virus DBD ini. Baik itu melalui sosialiasi yang melibatkan semua pihak, termasuk petugas di Puskesmas, hingga upaya terakhir yaitu melalukan pogging atau pengasapan.
Dalam hal ini, kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan sebut dia juga sangat diperlukan. Masyarakat supaya memperhatikan kebersihan lingkungan tempat mereka tinggal masing-masing. Caranya dengan rutin membersihkan lokasi yang biasa dijadikan sebagai tempat nyamuk bersarang. “Kan penyakit DBD ini berasal dari nyamuk itu sendiri,” sebutnya.
Selain penyebaran DBD berasal dari lingkungan setempat, namun ada juga penyebaran virus ini dibawa dari luar daerah. Seperti adanya masyarakat yang melakukan kunjungan keluar daerah, dan di sana mereka terkena DBD. Bahkan salah seorang anak seorang pejabat di Lotim terjangkit virus DBD, setelah dia pergi ke Jawa. “Jadi tidak murni DBD ini berasal dari Lotim,” ulas Asrul Sani.
Sebelumnya, Kabid Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dikes Lotim, Kurnia Kamal, mengatakan, berdasarkan data Dikes, terhitung sejak Januari sampai November 2016, jumlah kasus DBD di Lotim mencapai 800 kasus. Itu yang tersebar di 20 kecamatan di Lotim. Dari jumlah itu, sebanyak 9 orang warga harus meregang nyawa.
Dari 800 kasus DBD, angka tersebut dianggap telah melewati standar nasional yang telah ditentukan pemerintah pusat. Karena untuk standar nasional itu sendiri, incident rate kasus DBD yaitu 50 orang per 100 ribu penduduk.
Sementara Lotim saat ini berada pada angka kejadian 72 orang per 100 ribu penduduk. Begitu juga dengan kematian, Lotim masih diatas standar nasional yang telah ditentukan pusat. Dimana dari 9 orang yang meninggal, menunjukkan incident rate mencapai 1,1 persen. Sementara standar naisonal angka kematian harusnya dibawah 1 persen. (lie)