Jangan Hina Ulama, Negara Bisa Hancur

PIMPIN: Wabup L Pathul Bahri memimpin HSN 2016 di Bencingah Agung Adiguna Alun-Alun Tastura Praya (SAPARUDIN/RADAR LOMBOK)

PRAYA-Pemkab Lombok Tengah memperingati Hari Santri Nasional 2016, pada Sabtu (22/10).

Peringatan ini dilakukan secara sederhana namun khidmat dan penuh ukhuwah islamiyah di Bencingah Agung Adiguna Alun-Alun Tastura Praya. Acara ini dihadiri ribuan santri, ulama dan tuan guru pimpinan pondok pesantren di Lombok Tengah. Wakil Bupati Lombok Tengah, L Pathul Bahri dalam teks sambutannya memaparkan, jika suatu bangsa ataupun daerah tidak mempedulikan orang alim seperti ulama, maka itu adalah awal dari kehancuran. Sebab, ulama adalah pewaris nabi setelah khalifatul rasyidin dan sahabatnya. ‘’Karena itu, barang siapa yang menghina ulama, maka tunggulah azab Allah,’’ paparnya.

Dari itulah, pihaknya mengajak kepada semua komponen untuk menghormati para alim ulama, bukan sebaliknya menciderai ulama dengan pendapat rasional. Allah telah mengirimkan ulama di atas dunia ini, sebagai pembimbing menuju jalan yang benar sesuai tuntutan Alquran dan Hadits. “Ulama wajib kita hormati, sebab ulama adalah orang yang memiliki ilmu agama yang kuat. Dari itulah pemerintah wajib membelanya dan dihormati,” ungkapnya.

Baca Juga :  Ulama Dunia Puji NTB

Di tengah kemajuan zaman ini lanjutnya, tantangan dan ancaman semakin berat. Bahkan para ulama juga menjadi sasaran serangan mereka. Para cecunguk-cecunguk liberal dan kaum munafik, telah secara terang-terangan mencoba menghancurkan kewibawaan ulama kita.

Demi urusan perut, akidah mereka gadaikan kemudian mencoba merobohkan kewibawaan ulama. Sebab dalam hadist dengan tegas disebutkan, jika suatu kaum atau bangsa, tidak menghormati keberadaan ulama, maka ini sama saja artinya ingin merobohkan negaranya sendiri. “Mulianya ulma di hadapan Allah, maka kita wajib memuliakan dan menghormati mereka,” sebutnya.

Kemuliaan ulama bukan hanya karena ilmunya semata, namun kemerdekaan Republik Indonesia juga berkat dari perjuangan para ulama. Sejarah perjuangan 22 Oktober pada saat Resolusi Jihad 1945 melawan penjajah waktu itu, merupakan bukti nyata kalau ulama telah ikut serta mengantarkan negara Indonesia menuju pintu kemerdekaan.

Kebhinekaan dan sikap toleransi di negara ini sedang diuji. Dari itulah keberadaan santri harus mampu menjadi garda terdepan sebagai penyelamat ketika kebhinekaan mulai redup. “Santri harus mampu menjadi imam ketika bangsa dan kedaulatan kita mulai digerogoti,” ucapnya dengan suara bergetar.

Baca Juga :  TGB Serukan Umat Islam Siaga Bela Ulama

Melalui peringatan hari santri ini, pihaknya meminta untuk menghormati para ulama. ‘’Siapapun itu tidak boleh mengkerdilkan nama ulama, melawan ulama sama saja artinya menabuh genderang jihad yang selalu siap disambut dengan hati lapang gembira oleh seluruh umat,’’ tutupnya.

Sementara ketua panitia HSN, Hambali mengatakan, pelaksanaan HSN ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan secara menyeluruh di Lombok Tengah. Sebelumnya, HSN ini dilaksanakan di masing masing satuan kerja (satker). Namun, sesuai dengan hasil kesepakatan dengan semua kepanitiaan, pelaksanaan HSN harus dilaksanakan serentak di Lombok Tengah.

Panitia sendiri lanjutnya hanya menargetkan peserta dari kalangan santri sebanyak 10 ribu orang. Tetapi justeru yang hadir dalam kegiatan ini mencapai 18 ribu orang lebih. “Kami dari panitia sangat kaget sebab peserta yang hadir malah di luar dugaan,” ungkapnya. (cr-ap)

Komentar Anda