Janda di Kota Mataram Meningkat, Selingkuh Jadi Pemicu Utama ?

Ilustrasi Perceraian
Ilustrasi Perceraian

MATARAM–Jumlah perempuan menjanda di Kota Mataram makin berjibun setiap hari. Ini menyusul tingginya angka perceraian di daerah itu.

Pengadian Agama Mataram mencatat, pada tahun 2018 setidaknya ada 1.700 perkara yang ditangani. Setiap hari setidaknya ada lima sampai sepuluh perkara cerai diputuskan oleh majelis.

BACA JUGA: Jumlah Janda di Lombok Tengah Makin Berjibun

Praktis angka itu menunjukkan jumlah angka perempuan yang menjadi janda. Perkara cerai ini nyaris tak terbendung, selalu ada masyarakat yang mengajukan setiap harinya.

Menariknya,  banyaknya  kasus cerai di Kota Mataram itu  didominasi oleh kaum Hawa dengan cerai gugat. Angkanya dua kali lipat dibandingkan dengan kasus talak. 

Baca Juga :  Minta Dinikahi, Janda Beranak Satu Dibunuh

Perbedaan jenis kedua cerai tersebut adalah cerai talak diakomodasi oleh laki-laki yang ingin berpisah dengan istrinya. Sementara untuk cerai gugat adalah keinginan perempuan yang hendak berpisah dengan suaminya. 

Humas Pengadilan Agama Mataram, Muhammad mengatakan penyebab banyaknya pasangan yang mengajukan gugatan cerai khusus di Kota Mataram itu didominasi oleh kasus perselingkuhan. “Di perkotaan ini ada tren perceraian itu karena hadirnya pihak ketiga atau perselingkuhan,” jelasnya.

Penyebab lainnya karena faktor ekonomi, faktor kekerasan dalam rumah tangga dan karena tidak mau dipoligami. “Pokoknya bermacam-macam. Cuma bedanya di Kota Mataram tidak seperti yang terjadi di Lombok Timur. Kalau di Lombok Timur kasus perceraian itu banyak diakibatkan karena ditinggal pergi ke Malaysia,” jelasnya.

Baca Juga :  Jumlah Janda di Lombok Tengah Makin Berjibun

BACA JUGA: Gugat Cerai Didominasi “Janda Malaysia”

Muhammad menegaskan, banyak perceraian ini juga disebabkan masih belum siapnya mental menjadi orang tua. Terlebih perceraian kebanyakan merupakan orang-orang yang saat menikah masih belum beranjak dewasa.

Akibatnya, sangat rentan untuk terjadinya permasalahan keluarga. “Banyak yang menikah di usia dini juga kadang jadi pemicu karena belum siapnya mental mereka” tegasnya. (cr-der)

Komentar Anda