
MATARAM–Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Selasa (24/8/2021) menetapkan TGB HM Zainul Majdi menjadi Wakil Komisaris Utama BSI.
Salah satu yang menjadi poin penting TGB dipercaya sebagai Wakil Komisaris Utama BSI yakni keberhasilan TGB dalam mengonversi PT Bank NTB menjadi PT Bank NTB Syariah pada 2018 saat masih menjadi Gubernur NTB (2008-2018).
Nah, berikut ulasan TGB soal bank syariah dikutip dari Buku Dakwah Nusantara Tuan Guru Bajang Vol 1 Karya Febrian Putra:
Menjadikan Bank Nusa Tenggara Barat menjadi bank Syariah, kata TGB HM Zainul Majdi, merupakan salah satu langkah mengapresiasi nilai yang dimiliki oleh umat Islam. Sebagian orang berpikir bila bank syariah seluruh nasabahnya muslim, kemudian muncul penilaian diskriminasi. Padahal, pusat keuangan Syariah terbesar berpusat di London, Inggris. Dunia barat melihat sistem ini memberikan keberlanjutan bagi nasabahnya akan diterima dimanapun.
“Tidak hanya untung sebentar, kemudian hajar orang. Begitu Eksploitatif. Berbeda dengan sistem syariah ada bagi hasil, untung bersama dan risiko bersama,” tambahnya.
Di Indonesia sendiri, sambung TGB, sistem Syariah sudah memiliki Undang-Undang Perbankan Syariah, Undang-Undang Asuransi Syariah, ada Undang-Undang Sukuk Obligasi Syariah. Hal itu menunjukkan sistem Syariah telah diterima penuh di Indonesia dengan segala aspeknya. Kedudukan sistem Syariah dan konvensional sudah setara. Sistem Syariah tidak sekadar sebagai pelengkap.
“Semestinya kita bangga. Tentu kebanggaan ini tidak sekadar mengatakan sistem Syariah lebih baik. Mari kita bentuk dan wujudkan sistem keuangan Syariah, sehingga umat tidak hanya terpuaskan di seminar atau pengajian dengan ceramah mengenai sistem Syariah,” terangnya.
“Ketika keluar dari seminar bisa berinteraksi langsung. Mau dengan bank Syariah ada, mau berinteraksi dengan asuransi Syariah ada. Jangan kita menghadirkan wacana yang baik namun tidak mampu mewujudkan dalam tataran realitas,” sambungnya.
Bisa sharing bagaimana proses untuk menghadirkan bank Syariah ini, karena di Jawa Timur memulai hal ini?
Peraih Bintang Mahaputra Utama ini menjelaskan, semua proses tersebut dimulai dari kekompakan. Perubahan besar harus memiliki visi yang kuat. Disusul dengan membangun sinergi dengan seluruh stakeholder. Ketika berbicara perbankan Syariah di Nusa Tenggara Barat, ikut melibatkan bupati dan wali kota selaku pemegang saham. Selain itu, ia sebagai kepala daerah berdialog dengan pimpinan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat, tokoh masyarakat, hingga pengusaha yang merupakan nasabah.
“Kita sampaikan bahwa perubahan sistem ini tidak membuat anda rugi. Insya Allah akan mendapat keuntungan dunia yang sepadan ditambah ada keberkahannya,” katanya.
Selain itu yang tidak kalah penting, sambungnya, transformasi dari Bank Nusa Tenggara Barat ditangani oleh kalangan profesional. Ada tiga praktisi keuangan Syariah terbaik Indonesia yang terlibat diantaranya Syafi’i Antonio, Adiwarman Karim, dan Yuslam Fauzi. Ketiga praktisi tersebut tidak hanya kompeten namun berintegritas. Ikhtiar menjadikan perubahan perbankan bukan hanya di ujungnya saja, prosesnya pun harus berubah. Memenuhi kaidah yang terbaik.
“Sehingga semua proses ini nantinya bisa dibukukan sehingga bisa menjadi contoh di daerah lain,” sambungnya. (RL)