MATARAM – Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) NTB mengatensi persoalan kenaikan harga bahan pokok (Bapok), terutama beras. Padahal Bapok yang satu ini mengalami surplus cukup besar.
“Kalau memang surplus, kenapa harus mahal. Itu yang jadi pertanyaan kami,” ujar Ketua IWAPI NTB Hj Baiq Diyah Ratu Ganefi, Senin (23/10). Dikatakannya, IWAPI merupakan orang-orang lapangan yang bekerja langsung ke masyarakat. Anggotanya pun lebih banyak ibu rumah tangga (IRT) dan mereka secara tidak langsung mengatur perekonomian dapur.
“Kami berharap kegiatan pasar murah bisa terus menerus dilakukan. Kalau ada ini secara tidak langsung harga-harga bisa stabil,” sambungnya. Melihat peisoalan Bapok saat ini, pihaknya tidak tinggal diam. Pihaknya akan menyisir dan mendata semua daerah daerah di NTB yang mengalami persoalan Bapok dan memerlukan pasar murah. Data yang dikumpulkan tersebut nantinya akan diberikan ke Pemprov NTB, dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan. Hal ini dinilai akan membantu Pemprov NTB dalam menemukan daerah yang membutuhkan pasar murah.
“Data dari IWAPI memang data hasil turun langsung ke masyarakat di bawah, maupun lingkungan dan kelurahan,” jelasnya. Diyah melanjutkan, hal terpenting bagi masyarakat NTB saat ini adalah beras dan air. Di wilayah-wilayah yang sangat membutuhkan air harus diprioritaskan pemerintah daerah. Sedangkan untuk beras, pasar murah menjadi salah satu solusi tepat agar warga bisa menikmati dengan harga lebih murah.
Menurut perempuan berhijab ini, gerakan-gerakan serupa sangat diharapkan. Sebab selain menjaga stabilitas harga, juga pasokannya aman. Tak hanya itu, pasar murah juga akan ikut membantu mendongkrak ekonomi pengusaha-pengusaha kecil, dan menengah. ”Yang penting sembako murah, aman sudah,” tandasnya. (rie)