IPM NTB 2022 Naik Tertinggi Kedua Setelah Papua

Wahyudin(RATNA / RADAR LOMBOK )

MATARAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB tahun 2022 sebesar 69,46, atau mengalami pertumbuhan sebanyak 1,18 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar 68,65.

“IPM NTB tahun 2022 kenaikannya luar biasa. Naiknya urutan kedua tertinggi di Indonesia dari 34 Provinsi. Pertama Papua yang tertinggi baru NTB, yaitu mencapai 1,18 persen,” kata Kepala BPS Provinsi NTB  Wahyudin, saat press release, Kamis (1/12).

Dari sisi perbandingan antar kabupaten/kota, urutan IPM terendah di Provinsi NTB ditempati Kabupaten Lombok Utara 65,70, sedangkan urutan teratas ditempati oleh Kota Mataram 79,59. Wahyudi menyebut IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori capaian sedang. Di mana jumlah kabupaten/kota di Provinsi NTB dengan status capaian pembangunan manusia yang “tinggi” yakni berkisar antara 70 ≤ IPM < 80) pada tahun 2022 ada sebanyak 3 kabupaten/kota, sedangkan 7 lainnya masih berstatus “sedang” dengan capaian 60 ≤ IPM < 70.

Sejak tahun 2017, IPM Kabupaten Sumbawa Barat mencapai status tinggi dan bersanding dengan Kota Mataram dan  Kota Bima yang telah lama menyandang status tinggi.

Dikatakan Wahyudin, peningkatan capaian IPM Provinsi NTB tahun 2022 ditandai oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh indikator pembentuk IPM, terutama rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita. Seluruh komponen pembentuk IPM Provinsi NTB mengalami percepatan pertumbuhan, kecuali komponen harapan lama sekolah pada dimensi pengetahuan yang pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Ada tiga indikator utama dalam penghitungan IPM, yaitu ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Dua indikator yaitu pendidikan dan kesehatan masih rendah, terutama usia harapan hidup masih 67,07 tahun yang lainnya sudah 68 dan 70 ke atas. Indikator usia harapan hidup saat lahir (UHH) merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2022, UHH Provinsi NTB telah meningkat sebesar 3,25 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,41 persen per tahun.

Pada tahun 2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di Provinsi NTB adalah 63,82 tahun dan pada tahun 2022 mencapai 67,07 tahun. Akibat pandemi Covid -19, UHH Provinsi NTB tahun 2020 dan tahun 2021 mengalami perlambatan, yaitu masing-masing tumbuh 0,35 persen dan 0,27, melambat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2019 yang mencapai 0,62 persen. Kemudian IPM Provinsi NTB tumbuh sebesar 0,57 persen pada tahun 2022.

“Usia harapan hidup sangat tergantung dari kematian bayi. Perkawinan dini sudah pasti besar pengaruhnya terhadap kematian bayi. Kemudian kesehatan lingkungan yakni yang dekat rumahnya dengan kandang,” bebernya

Oleh karena itu, kata Wahyudin, untuk menjaga agar IPM ini tidak mengalami penurunan tapi bagaimana supaya tetap mendongkrak IPM NTB, Pemerintah harus berupaya mengatasi persoalan-persoalan tersebut melalui sejumlah program. Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Capaian kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada masa pandemi Covid -19, HLS Provinsi NTB masih mengalami peningkatan pertumbuhan yang baik, sedangkan RLS Provinsi NTB justru mengalami perlambatan. Selama periode 2010 hingga 2022, HLS Provinsi NTB rata-rata meningkat 1,52 persen per tahun dan RLS Provinsi NTB rata-rata meningkat 2,40 persen per tahun.

Dimensi ketiga yang mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran riil per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan. Pada tahun 2022, pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan masyarakat NTB mencapai Rp10,68 juta per tahun. Capaian ini meningkat sebesar 2,93 persen dibandingkan tahun 2021, seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.

“Pengeluaran per kapita yang disesuaikan Provinsi NTB pada tahun 2021 dan 2022 terus meningkat setelah pada tahun 2020 mengalami penurunan akibat pandemi Covid -19,” ujarnya. (cr-rat)

Komentar Anda