
MATARAM — Kementerian Investasi secara tiba-tiba menetapkan target realisasi investasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar Rp 61,09 triliun untuk tahun 2025. Keputusan ini mengejutkan Pemerintah Provinsi NTB, karena target tersebut ditetapkan tanpa melalui proses rapat koordinasi sebelumnya.
Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Wahyu Hidayat, S.STP, MAP, mengungkapkan bahwa biasanya sebelum penentuan target investasi, Kementerian Investasi menggelar rapat bersama pemerintah daerah untuk menyepakati angka yang realistis.
“Biasanya, sebelum penentuan target, dilakukan rapat bersama Kementerian terkait animasi target,” Ungkap Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi NTB, Wahyu Hidayat, S.STP, MAP usai mengikuti rapat pembahasan Desk Urusan Penanaman Modal melalui virtual, di Mataram, kemarin.
Wahyu menyoroti bahwa target investasi yang besar ini tidak diikuti dengan alokasi anggaran yang memadai untuk mendukung pencapaiannya. Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana dekonsentrasi yang biasanya digunakan untuk memfasilitasi kegiatan promosi investasi tidak tersedia dalam rencana anggaran tahun depan.
“Kami bingung bagaimana pencapaian target investasi ini dapat dilakukan tanpa dukungan anggaran yang memadai,” ujar Wahyu.
Ia menegaskan pentingnya komunikasi dengan berbagai pihak untuk memastikan target tersebut dapat dicapai secara realistis sesuai dengan kondisi wilayah dan potensi investasi yang ada di NTB.
DPMPTSP NTB berencana mengoptimalkan penghitungan investasi di kawasan strategis provinsi, seperti Mataram Raya, yang mencakup tiga kabupaten/kota di sekitarnya. Selain itu, NTB juga akan menggelar forum investasi sebagai upaya menarik investor dan mempromosikan potensi daerah.
Namun, Wahyu mengakui bahwa keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar dalam menjalankan strategi pemasaran dan promosi investasi. “Proses promosi dan pemasaran menjadi tantangan kita ke depan, bagaimana kita dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di NTB,” jelas Wahyu.
Pemerintah NTB juga menyoroti pentingnya kontribusi perusahaan besar dalam mencapai target investasi. Salah satu yang menjadi andalan adalah PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), perusahaan tambang yang selama ini menjadi penyumbang investasi terbesar di NTB.
“NTB akan terus berupaya mengembangkan potensi investasinya melalui pendekatan strategis, baik dalam promosi maupun pengawasan, untuk mencapai target investasi yang telah ditetapkan,” katanya.
Target yang tinggi dan dukungan anggaran yang minim, tantangan bagi Pemprov NTB semakin besar. Pemerintah daerah kini harus mencari solusi kreatif untuk menarik investor tanpa mengandalkan pendanaan dari pusat. (rat)