Inovasi Rahmawati Mengubah Daun Kelor Menjadi Teh

Berawal dari Budidaya, Ternovasi Warna Air Merah

Daun kelor
TUNJUKKAN: Rahmawati saat menunjukan teh yang dibuat dari daun kelor yang ditanam sendiri di pekarangan rumahnya. (M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

Inovasi Rahmawati ini patut diacungi jempol. Warga Desa Nyerot Kecamatan Jonggat ini mampu mengubah daun kelor menjadi teh.


M HAERUDDIN – PRAYA


RAHMAWATI tidak pernah membayangkan sebelumnya jika daun kelor itu bisa menjadi teh. Terlebih basis keilmuanya saat kuliah bukan sebagai sarjana pertanian. Saat kuliah, Rahmawati bahkan mengambil jurusan ilmu politik di Universitas Muhammadiyah Mataram. Tapi kesehariannya sebagai ibu rumah tangga yang bergelut dengan masakan membuat dirinya mendapatkan inovasi baru.

Ia menceritakan, awalnya ia hanya melakukan budidaya tanaman kelor di pekarangan rumahnya. Daun kelor itu biasanya untuk dijual. Tapi melihat banyaknya minat warga untuk membeli kelor, ia mulai berpikir untuk bisa mendatangkan penghasilan yang lebih banyak. “Kalau saya hanya menjual ke pasar, maka nilai tambahnya tidak ada dan uang yang saya hasilkan tidak seberapa. Makanya kita berbincang-bincang sama keluarga untuk menjadikan daun kelor ini seperti apa,” ungkap Rahmawati saat ditemui Radar Lombok di kediamannya, Selasa (25/6).

BACA JUGA: Kerajinan Tikar “Mendong Paok Pondong” yang Nyaris Punah

Ia menceritakan, inovasinya itu mulai dilakoni sejak awal tahun 2019 lalu. Saat itu ia memasak daun kelor, tapi selang beberapa waktu malah air masakannya berubah menjadi merah. Itulah yang membuatnya berkeinginan untuk menjadikannya teh. Apalagi ia mengetahui jika daun kelor memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. “Ternyata setelah saya coba rasanya sangat enak, saya terus membuat teh ini dan banyak disukai warga,” terangnya.

Disampaikan, jika dirinya membutuhkan waktu tiga hari untuk bisa membuat teh dari daun kelor. Awalnya ia mengambil daun kelor dan kemudian mencucinya. Baru diiris serta menaruh daun kelor itu di pengovenan dilapis dengan kain warna hitam. Dia memilih kain warna hitam agar penyerapan air bisa cepat dilakukan. “Kita masih melakukan dengan metode sederhana saja, sehingga hasil yang kita dapatkan masih alami dan teh ini tidak ada campuran bahan kimianya. Bahkan daun kelor yang kita gunakan juga tidak sembarangan, akan tetapi daun kelor yang murni kita tanam dengan menggunakan pupuk alami juga. Makanya rantingnya tidak cepat rontok,” tegasnya.

BACA JUGA: Mengenal Produk Pipet Bambu Produksi KWT Insan Mandiri

Rahmawati mengaku, teh yang dibuat dinamakan “Moringo”. Dia meyakini jika teh yang dibuat itu mengandung banyak manfaat. Teh ini merupakan cara praktis dalam menjaga tubuh dari radikal bebas yang berasal dari populasi udara, makanan dan minuman tidak sehat. “Daun kelor memang banyak khasiatnya, makanya kita selain menjadikannya sebagai makanan. Namun bagaimana kita membuat dia sebagai minuman juga,” terangnya.

Saat ini, ia belum memproduksi dalam skala besar, karena lahan untuk daun kelor mereka juga tidak begitu luas. Dia berharap kepada pemerintah untuk bisa memfasilitasi lahan dan perdagangan terkait teh ini. “Kalau sekarang satu bungkus berisi 10 teh kita jual dengan harga Rp 10 ribu. Kita belum bisa menghitung omzet karena baru mulai,” tandasnya. (**)

Komentar Anda