Inilah Pemenang Lomba Baca Puisi Pelajar JMSI NTB Dalam Rangka HUT ke- 64 NTB

Para peserta saat membaca puisi secara virtual (ist)

MATARAM – Lomba Baca Puisi Pelajar (LBPP) tingkat SMA sederajat memeriahkan Hari Ulang tahun (HUT) ke 64 Provinsi NTB menelorkan pemenang. Diikuti 109 peserta dari 35 sekolah, Dewan Juri memutuskan pemenang masing-masing juara 1, 2 dan 3 serta 7 nominasi.

Juara I diraih Baiq Fitrah Diana dari MAN 1 Mataram, disusul juara II Wahda Intan Tamara dari SMAN 1 Sumbawa Besar dan juara III Bintang Fairus dari SMAN 1 Madapangga Kabupaten Bima. Sedangkan tujuh nominasi masing-masing Risqi Fadilathul Jannah dari SMAN 1 Utan, Kabupaten Sumbawa, Rahma Azizah (SMAN 1 Kayangan, Lombok Utara), Muhammad Ilham Putra Ananda (SMAN 1 Dompu), Siti Qirani Annur (SMAN 1 Sumbawa Besar), Reghina (SMAN 1 Alas Sumbawa), Haliza Humayra (SMAN 1 Narmada), dan Lita Citra Dewi (SMA Negeri 5 Kota Bima).

LBPP yang inisiasi Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) NTB bekerjasama dengan Pemprov NTB itu disambut antusias siswa termasuk dari pihak sekolah. Terlebih lomba dilakukan secara virtual yang memberi peluang untuk terus memperbaiki penampilan saat membaca puisi.

LBPP tingkat SMA sederajat memeriahkan Hari Ulang tahun (HUT) ke 64 Provinsi NTB yang diikuti 109 siswa, sekira 77 persen pesertanya merupakan pelajar perempuan. Mereka berasal dari sekolah negeri maupun swasta, bahkan dari madrasah.

Terdapat 12 karya puisi penyair nasional asal Sumbawa, H.Dienullah Rayes yang disediakan untuk dipilih. Puisi itu masing-masing NTB Tegak di Dua Kaki :HUT ke 64 NTB Gemilang, Pohon Berbuah Cinta, Dangau Kecil di Pucuk Ombak, Puisi Itu, Bumi Ini Adalah Kita Jua, Datang dan Pergi Menanting Makna. : Ytc.Prof.Dr.Azyumardi Azra,Cendekiawan Muslim mumpuni, Dua Gunung di Mata Dunia, Museum, Rumah Puisi Taufiq Ismail, Buku Itu Pintu Hati yang Terbuka, Operasi Bedah Urologi : Ytc. dr. Pandu Ishaq Nandana, Sp.U, Tambora 1815-2015, Dr. Putri Maryam, pelindung Asih Mbojo. Salah satu puisi tersebut dipiih untuk dibacakan dalam ajang lomba secara virtual itu.

Beberapa puisi pilihan menjadi favorit siswa yang menunjukkan kedekatan emosional seperti Tambora 1815-2015 (Dr. Putri Maryam), Dua Gunung di Mata Dunia dan Puisi Itu. Pilihan dominan terhadap puisi-puisi tersebut menunjukkan siswa ingin lebur dalam membangun karakter daerahnya.

Berdasarkan catatan panitia, sebagian besar peserta adalah perempuan, yaitu 77 persen atau 83 peserta dan peserta laki-laki hanya 23 persen atau 26 orang. Apa penyebab mayoritas peserta dari kalangan perempuan, Ketua Panitia, Riyanto Rabbah, belum mengetahuinya. Lomba itu sendiri tidak dibagi dalam katagori berdasarkan jenis kelamin.

Peserta berasal dari seluruh kabupaten/kota di NTB, masing-masing Kota Mataram sebanyak 12 orang, Lombok Barat 19 orang, Lombok Tengah 15 orang, Lombok Timur 5 orang, Lombok Utara 5 orang, Kabupaten Sumbawa 25 orang, Kabupaten Sumbawa Barat 2 orang, Kabupaten Dompu 8 orang, Kota Bima 15 orang, dan Kabupaten Bima sebanyak 3 orang.

Lomba yang berlangsung secara virtual itu tidak lepas dari kondisi transisi pasca pandemi Covid 19 yang masih menghantui masyarakat. Meskipun sudah dalam status endemi, prokes harus tetap dijalankan.

“Baca puisi virtual juga sekaligus sebagai upaya memanfaatkan teknologi yang ada agar kita bersahabat dengan teknologi,” ungkap Ketua Panitia, Riyanto Rabbah.

Lomba baca puisi secara virtual yang dibuka tanggal 10 November hingga tanggal 10 Desember 2022 merupakan hal baru di NTB. Dalam LBPP, pembaca merekam diri secara audio visual ketika membacakan karya puisi Dienullah sehingga peserta bisa mempersiapkan diri lebih lebih matang sekaligus menilai penampilan terbaiknya.

Kriteria penilaian dari aspek vokal, penampilan, penghayatan maupun kualitas audio, tidak lepas dari penafsiran terkait karya tersebut. Semua faktor itu berhulu pada bagaimana daya tafsir sang pembaca.

Ketua Dewan Juri, Winsa Prayitno, mengemukakan bahwa kriteria kualitas audio tidak harus ditafsirkan dengan menghadirkan mike di depan pembaca. Demikian halnya dengan penampilan yang tidak harus menggunakan pakaian tertentu.

Hal terpenting adalah penafsiran terhadap puisi yang akan membawanya pada penghayatan dan cara penyampaian pesan saat pembacaan. Penafsiran dan penghayatan menjadi faktor utama yang diperkuat dengan artikulasi (vokal).

“Sebenarnya dengan melakukan pembacaan puisi secara virtual siswa memiliki persiapan yang luas karena bisa menyeleksi dirinya sendiri setelah melakukan perekaman, apakah pembacan puisinya akan diulang atau tidak,” kata Sukran Hasan, juri lainnya.(rl)

Komentar Anda