Rentetan prestasi Zohri ini tak terlepas dari sentuhan tangan dingin dan kesabaran Komang Budagama dan Made Budiasa melatih Zohri. Kedua orang inilah yang selalu kompak dan memberikan dukungan kepada anak asuhnya yang baru berusia 18 tahun itu. Pasalnya, kedua orang ini sadar kemampuan Zohri sejak masuk PPLP NTB.
Meski terdapat kekurangan sejak awal masuk Zohri, namun Komang dan Made selalu menempanya dengan penuh semangat. Sehingga Zohri sukses lahir sebagai pelari tercepat dunia yang mencatat sejarah. ‘’Sejak awal bergabung di PPLP NTB, dia mempunyai kans untuk menjadi terbaik,’’ ingat Komang ketika pertama kali melihat Zohri masuk PPLP NTB.
Karenanya, Komang mengaku sangat bangga dengan anak asuhnya itu ketika menjadi juara dunia. Meski tak mengherankan baginya, tapi kesuksesan Zohri menjadi juara dunia betul-betul memukaunya. Karena itu sangat langka terjadi pada atlet Indonesia sejak puluhan tahun belakangan ini.
Diakuinya, sosok Zohri memiliki disiplin latihan sangat tinggi. Semangat juangnya bagus, mental juara juga sudah kelihatan pada sosoknya. Dan, sosok Zohri juga selalu menuruti nasihat dan arahan pelatih. ‘’Awal mula bergabung di PPLP NTB, dia berani tahan sakit. Boleh dibilang jalanya saja susah, namun program tetap jalan. Itu bagusnya dia,’’ akunya.
Komang juga mengakui, resep yang diberikan kepada semua atlet-atletik binaanya di nomor sprinter memantapkan koordinasi gerakan karena merupakan dasar-dasar lari. Untuk Zohri sendiri, tangannya agak melengkung di awal pembinaan. Kemudian mulai disempurnakan dan terus diperbaiki sehingga setiap mengikuti event selalu berhasil. ‘’Yang pertama kali saya ingat adalah tangan melengkungnya. Itu yang kita sempurnakan sehingga hasilnya siginifikan,’’ ujarnya.
