Indikator Penanganan Covid-19 Menunjukkan Tren Perbaikan

Airlangga: Kita Tetap Harus Waspada

Airlangga Hartarto

JAKARTA—Beberapa indikator penanganan kasus covid-19 di Indonesia menunjukkan tren positif dan perbaikan. Namun hal ini masih membutuhkan kewaspadaan terkait dengan peningkatan signifikan jumlah kasus dan Bed Occupancy Ratio (BOR) di sebagian besar provinsi di Sumatera, dan ditemukannya beberapa kasus varian baru yakni B.117 Inggris dan B.1.617 India. Terlebih sejak berakhirnya periode libur Idulfitri, kasus harian terkonfirmasi mulai mengalami tren peningkatan dalam beberapa hari terakhir sehingga kasus harian pada kisaran 5 ribu kasus per hari.

“Kita terus memonitor, dalam 1 minggu ini kita melihat ada tren peningkatan kasus. Kasus Aktif nasional, setelah turun menjadi 87.514 kasus pada 18 Mei, mengalami tren kenaikan dan per hari ini sebanyak 93.393 kasus. Walaupun masih terkontrol, namun harus meningkatkan kewaspadaan kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Konferensi Pers usai Rapat Terbatas di Istana Merdeka, Senin (24/5/2021), seperti dikutip dari laman ekon.go.id.

Meskipun kasus aktif nasional menurun -47,5% dari puncak kasus di 5 Februari 2021 sebanyak 176.672 kasus menjadi 92.847 kasus pada 23 Mei 2021, namun sejak 19 Mei 2021, khususnya dalam 5 hari terakhir, telah terjadi kenaikan jumlah kasus aktif. Oleh karena itu, sangat penting untuk mewaspadai potensi lonjakan/kenaikan kasus aktif setelah pelaksanaan libur panjang Idulfitri minggu yang lalu.

Kasus aktif 56,4% berasal dari Pulau Jawa dan 21,3% dari Pulau Sumatera. 5 provinsi dengan kasus aktif terbesar berkontribusi atas 65% kasus aktif tingkat nasional, antara lain yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Papua, Jawa Tengah, dan Riau.

Saat ini paling tidak terdapat 10 provinsi yang menunjukkan peningkatan kasus aktif dan 24 provinsi menunjukkan penurunan. 10 provinsi yang kasus aktifnya meningkat antara lain Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, NTB, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara.

Sejumlah Provinsi Non-PPKM Mikro (Gorontalo, Maluku, Maluku Utara) mengalami peningkatan kasus aktif. Oleh karena itu, bagi 4 provinsi yang belum menerapkan PPKM Mikro (Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat) akan mulai diterapkan PPKM Mikro pada tahap selanjutnya yaitu pada tanggal 1 s.d 14 Juni 2021.

Secara nasional, BOR masih berada di level yang aman yakni 31%. Dengan adanya kenaikan  tren kasus aktif di sejumlah provinsi di Sumatera, menyebabkan BOR di seluruh provinsi di Sumatera (kecuali Bengkulu) lebih tinggi dibandingkan BOR nasional. BOR tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat (60%), kemudian di Sumatera Utara (58%), dan diikuti di Riau (55%).

Baca Juga :  Airlangga: Pandemi, Permintaan Buah untuk Dalam dan Luar Negeri Meningkat

Ada beberapa variabel yang menyebabkan kasus aktif meningkat terutama sesudah lebaran, yakni eksternal faktor dan endogen faktor. “Kombinasi antara faktor eksternal berupa mobilisasi dan faktor endogen berupa mutasi dari virus akan menyebabkan kasus ini akan meningkat beberapa saat ke depan. Kita mesti tetap menjaga protokol kesehatan,” tegas Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.

Pasca libur Ramadan dan Idulfitri, terbentuk beberapa klaster baru penularan Covid-19, diantaranya yang menjadi perhatian adalah klaster perumahan di Griya Melati Kelurahan Bubulak Kota Bogor dengan 46 Warga yang positif, juga klaster kegiatan halalbihalal warga di Kelurahan Cilangkap Kecamatan Cipayung Jakarta Timur dengan 81 warga yang positif, serta beberapa klaster lain sebelumnya, yaitu klaster tarawih di Pati, Banyumas, Banyuwangi, dan Malang; klaster pemudik di Klaten, Cianjur, dan Garut; juga beberapa klaster di daerah lainnya.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus pasca libur lebaran, Pemerintah melakukan pengecekan acak (Random-Test) terhadap pelaku perjalanan darat dari provinsi di Jawa menuju Jakarta. Hasil pemeriksaan kesehatan tanggal 15-22 Mei 2021 dilakukan terhadap 156.162 orang dengan Rapid-Test Antigen di titik penyekatan, menunjukkan hasil positif Covid-19 sebanyak 1.064 orang (0,6%). Sedangkan pemeriksaan kesehatan dengan GeNose di titik keberangkatan terhadap 340.047 orang menunjukkan 6.925 orang (2,0%) positif Covid-19.

Sedangkan pelaksanaan Mandatory-Check untuk pelaku perjalanan darat dari Pulau Sumatera ke Jawa, pada periode 15 – 24 Mei 2021 dilakukan di 7 titik sebelum penyeberangan dan di Pelabuhan Bakauheni (Lampung). Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap 59.967 orang dengan RT-Antigen menunjukkan 532 orang (0,89%) dengan hasil positif Covid-19. Oleh karena itu, telah diputuskan akan diberlakukan perpanjangan pemberlakuan Mandatory-Check s.d. 31 Mei 2021, untuk pelaku perjalanan dari Sumatera ke Jawa.

Pemerintah juga mewaspadai adanya Variants of Concern Virus Covid-19 dari luar negeri, salah satunya adalah kasus klaster Kapal MV Hilma Bulker di Cilacap, yang mengakibatkan 14 ABK positif Covid-19 varian B.1.617. Hasil tracing terhadap Nakes dan Kontak Nakes sebanyak 179 orang juga menunjukkan ada 47 orang yang positif. Kasus ini menjadikan perhatian serius untuk pengetatan terhadap kapal yang datang dari negara yang sedang mengalami kenaikan kasus sangat tinggi dan negara asal varian baru Covid-19.

Baca Juga :  Airlangga: Transisi Energi Jadi Salah Satu Pondasi Menjaga Ketahanan Energi Berkelanjutan

Hasil pelaksanaan vaksinasi, Indonesia termasuk salah satu negara yang terbanyak dalam hal penyuntikan yang dilakukan oleh negara yang bukan produsen vaksin. Saat ini, total vaksinasi sudah mencapai lebih dari 24,81 juta dosis. Penduduk Indonesia yang telah menerima vaksin Covid-19 secara lengkap sejumlah 9,88 Juta. Kedatangan vaksin Covid-19 selanjutnya akan tiba pada 25 Mei 2021 sebanyak 8 juta dosis bulk vaksin Sinovac. Sehingga total vaksin yang diterima akan menjadi sebanyak 83,9 juta dosis.

Terkait perkembangan pemulihan ekonomi nasional, sejumlah leading indicators menunjukkan tren perbaikan. Pada April 2021 PMI Markit Indonesia menggapai 54,6. Penjualan kendaraan bermotor pada April juga meningkat menjadi 227,5% (yoy). Indeks Keyakinan Konsumen pada April 2021 mencapai 101,5%. Ditambah lagi, tren kenaikan pertumbuhan penjualan ritel, konsumsi listrik, dan pengeluaran konsumen yang juga terus meningkat.

Indikator ketenagakerjaan juga menunjukkan perbaikan dimana dampak pandemi Covid-19 telah berkurang terhadap tenaga kerja Indonesia. Pengangguran di Indonesia kembali menurun menjadi 6,26% dari sebelumnya 7,07% di bulan Agustus 2020. Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 juga menurun dari 29,12 juta orang di Agustus 2020 menjadi 19,10 juta orang pada Februari 2021. Jumlah pekerja terdampak yang mengalami penurunan paling banyak adalah pekerja yang mengalami pengurangan jam kerja, dari 24,03 juta di Agustus 2020, menjadi 15,72 juta pekerja.

Neraca Perdagangan April 2021 mencatatkan surplus $2,19 M dengan pertumbuhan ekspor yang mencapai 51,94%, sementara impor tumbuh 29,93%. Surplus didorong oleh pertumbuhan ekspor sektor industri yang dapat tumbuh sebesar 25,96% (yoy) pada periode Januari – April 2021. Secara kumulatif, Neraca Perdagangan pada Januari hingga April 2021 menunjukkan surplus $7,72 M, tertinggi sejak 2016. Surplus yang terjadi pada Neraca Perdagangan April 2021 telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengalami surplus selama 12 Bulan berturut-turut.

Senada dengan Airlangga dan Dante, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo juga mengajak masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. “Walaupun secara menyeluruh tren kenaikannya relatif kecil dibanding tahun lalu, kami dari Satgas di bawah arahan Bapak Menko dan petunjuk Bapak Presiden, tetap waspada dan kita tidak boleh lengah, selalu menaati protokol kesehatan. Kepatuhan kepada protokol kesehatan jangan kendor dan harus ada kelompok masyarakat yang saling mengingatkan,” tuturnya. (*/gt)

Komentar Anda