IFSCA Motivasi Petani KLU

IFSCA Motivasi Petani KLU
BELAJAR: Manager Program IFSCA KLU Lukman Taufik menghadirkan para narasumber untuk memberikan motivasi kepada petani serta memberi pemahaman kepada petani untuk senantiasa menjaga keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.( IFSCA KLU FOR RADAR LOMBOK)

Ajarkan Jaga Kesehatan dan Keselamatan dalam Bekerja

 TANJUNG–Melalui Program East Indonesia Innovative Farming Systems & Capability for Agribusiness Activity (IFSCA), puluhan petani di Kabupaten Lombok Utara (KLU) diberikan motivasi menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja pada kegiatan yang berlangsung 26 September 2019. Total ada 39 peserta, yang terdiri perwakilan kelompok tani binaan IFSCA dan peserta perempuan.

Pelatihan menghadirkan Pimpinan Pondok Pesantren Asshohwah Al Islamiyah Bilatepung H. M. Taesir Al Azhar Lc,.MA, Perusahaan Pestisida PT Bayer dan Field Officer Program IFSCA. Materi dan metode pelatihan diselaraskan dengan kasus lapangan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dalam menjawab permasalahan dalam kesehatan dan keselamatan kerja.

Manager IFSCA KLU Lukman Taufik menerangkan, pelaksanaan pelatihan, esensinya adalah pengembangan hortikultura dalam upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan kapasitas, dan keterampilan petani.

Pada tahun keempat implementasi, diharapkan program ini dapat terus memberi pembelajaran kepada petani kaitannya dengan budi daya, penanganan hama, dan penyakit tanaman. Termasuk sistem pemasaran produk hortikultura. Begitu juga soal pemahaman petani dalam menjaga keselamatan kerja agar tak cedera dalam menyediakan buah dan sayuran dengan kualitas bagus, aman, dan berkelanjutan untuk pasar hotel maupun regional. “Pembelajaran kali ini lebih fokus tentang kesehatan dan keselamatan kerja dibarengi dengan kegiatan pemberian motivasi agar petani dapat melakukan recovery ekonomi setelah bencana beberapa waktu silam,” terangnya, Senin (30/9).

Dalam kegiatan ini, peserta diharapkan termotivasi untuk melakukan budi daya hortikultura dalam rangka recovery ekonomi pascagempa, memiliki wawasan dan keterampilan dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di tempat kerja, dan peserta memiliki wawasan atau keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama terhadap penyakit mendadak dan kecelakaan kerja yang muncul saat melakukan budi daya, penanganan hama dan penyakit tanaman, serta panen dan pascapanen tanaman hortikultura.

Program Manager IFSCA KLU, Irma Fauzi menegaskan, setelah pelatihan, diharapkan pengembangan hortikultura dapat berjalan sebagaimana biasanya sebelum terjadi gempa. Serta dapat dikembangkan dalam skala yang lebih luas dengan komoditas yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Petani melakukan kegiatan budi daya dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dengan menggunakan pestisida yang aman dikonsumsi (grow safe).

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Asshohwah al Islamiyah Bilatepung TGH. M. Taesir Al-Azhar, LC.,MA mengatakan, Allah senantiasa memberikan jalan guna mengatasi ragam ujian yang diberikan. Kaitan dengan budi daya, sering kali ada hama atau penyakit diturunkan sebagai wujud ujian dan harus dilawan dengan ikhtiar untuk memperoleh hasil yang baik. “Jangan pernah menyerah sebelum jasad berkalang tanah dan harus ada perpaduan usaha yang maksimal dengan doa yang optimal. Usaha tanpa doa itu sombong, doa tanpa usaha namanya bohong,” imbuhnya.

Sementara itu, Andre Kusumahadi dari PT Bayer Indonesia mengungkapkan, lokasi kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan produktivitas. Untuk itu seyogyanya diawali dengan identifikasi bahaya dengan baik dan benar. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dimulai saat melakukan aktivitas seperti saat mencampur atau mengaplikasikan bahan atau pestisida. Sebab dalam situasi ini, petani langsung kontak dengan bahan yang memiliki kekentalan tinggi. Selain zat beracun, risiko dari lingkungan seperti sengatan panas matahari dan dehidrasi juga bisa terjadi. Untuk itu penting menggunakan alat pelindung diri (APD).

Terkait dengan kasus lapangan tentang keselamatan kerja, isu yang banyak disampaikan peserta adalah tentang tanda-tanda keracunan berikut cara penanggulangannya. Menurut Andre, keracunan pestisida dapat dikenali melalui dampak yang dirasakan seperti terasa kulit perih jika melalui kulit, pernapasan sesak bila melalui sistem pernapasan, perut terasa mulas dan muntah jika keracunan melewati makanan. Kaitan dengan itu maka pesan-pesan keselamatan dalam bekerja sangat penting disampaikan dengan memberikan pelatihan untuk memperjelas dan meningkatkan pemahaman petani.

Lebih lanjut tentang penggunaan pestisida harus secara benar dan bijaksana dengan residu minimum. Untuk memenuhi tuntutan dimaksud, maka penerapan SOP merupakan hal yang perlu dilakukan. Selain itu upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap petani menjadi bagian yang tidak bisa diabaikan. Serta penggunaan pestisida dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman merupakan alternatif terakhir. Untuk memperkecil dampak negatif pestisida,  seyogyanya menggunakan pestisida yang sudah terdaftar, mudah terurai, waktu aplikasi yang tepat, dosis, dan konsentrasi tepat sasaran dan gunakan alat aplikasi yang tepat.

Melalui pembinaan IFSCA, petani diharapkan memperhatikan agar sisa pestisida tidak dibuang di saluran air, sumber air. Kemudian wadah bekas pestisida dikubur di tempat yang aman dan senantiasa mencuci peralatan sebelum disimpan. Dengan demikian maka kesehatan dan keselamatan kerja akan tetap terjaga sehingga kontinuitas produk akan dapat dipelihara dengan mutu produk yang aman untuk dikonsumsi serta mampu  bersaing dengan produk dari tempat lain. (flo/luk)

Komentar Anda