
GIRI MENANG – Banjir yang sering terjadi di kawasan wisata Senggigi menimbulkan keprihatinan. Dalam beberapa tahun terakhir ini Senggigi kerap diterjang banjir yang parah. Salah satu penyebab utamanya diduga karena kondisi hutan di kawasan perbukitan Senggigi rusak parah. Bukit dipenuhi bangunan vila terutama vila tak berizin.
Terbaru, banjir terjadi Kamis lalu. Banjir dan longsor terjadi di Dusun Kerandangan Desa Senggigi dan menyebabkan 10 Kepala Keluarga (KK) mengungsi. Titik banjir parah juga terjadi di depan hotel Sheraton.
Kepala Desa Senggigi Mastur menyebut banjir dan longsor diduga dipicu tidak hanya karena debit air hujan yang tinggi, tetapi karena kerusakan alam.”Penyebab banjir karena curah hujan yang tinggi, kayu yang di atas gunung sudah tidak ada yang nahan, karena sudah gundul di atas,” kata Kades kemarin.
Saat ini kondisi hutan di bagian atas Senggigi sudah gundul karena dialihfungsikan. Ia meminta Pemerintah Kabupaten Lombok Barat lebih ketat lagi menerbitkan izin atau memperhatikan Amdal terhadap pembangunan villa di kawasan Senggigi.” Pemerintah perlu memperhatikan Amdal dalam memberikan izin pembangunan hotel atupun vila di kawasan hutan atau gunung di Senggigi, “ pintanya.
Banjir berdampak terhadap aktivitas masyarakat dan juga wisatawan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kawasan depan Hotel Sheraton dan juga di Dusun Kerandangan Desa Senggigi menjadi langganan banjir. Di depan Sheraton, air mencapai sekitar 50-70 cm. Pengguna jalan terpaksa harus berhati-hati. “Tak hanya banjir, tanah longsor juga terjadi di Dusun Kerandangan, dan merusak satu unit rumah warga,” jelasnya.
Tahun 2022 banjir bandang terjadi di Dusun Kerandangan dan banjir merusak rumah warga. Camat Batulayar Afgan Kusumanegara mengatakan beberapa titik terdampak gempa seperti di Pusuk, Sengigigi, Batulayar Barat dan Batulayar. Di dusun Teloke Desa Batulayar kata dia, sejumlah rumah warga tergenang air. Termasuk salah satu hotel di desa Sengigigi. Pihaknya bersama pemerintah desa dan BPBD turun melakukan penanganan.
Dikatakan Camat, banjir yang terjadi di kawasan Senggigi disebabkan karena kondisi Hutan Kemasyarakatan (HKM) di atas yang tidak mengimbangi penanaman pohon.”Tetapi tidak semua HKM. Ada sebagian HKM yang berbuat seperti itu. Ini informasi yang kami dapat dari warga,” ungkapnya.
Untuk langkah pencegahan, pihak Pemkab Lombok Barat melalui kecamatan akan melakukan edukasi kepada masyarakat yang mengelola HKM agar mereka mau menanam tanaman pohon yang keras yang memiliki daya serap air. “ Kami akan kumpulkan ketua kelompok tani HKM dan minta mereka agar menanam pohon keras. Kita akan hubungi juga pemangku hutan resort Rinjani Barat, “ jelas Camat.(ami)