HUT NTB Momentum Evaluasi Kemiskinan

BERKEMBANG TAPI MASIH MISKIN: Sektor pariwisata NTB terus berkembang. Wisatawan yang datang berkunjung semakin banyak. Namun berkembangnya sektor pariwisata ini belum mampu menurunkan angka kemiskinan di NTB yang tergolong masih tinggi (Dalaah/Radar Lombok)

MATARAM – Hari Ulang Tahun (HUT) NTB ke-58 jatuh pada hari ini, Sabtu (17/12). Meskipun gema HUT tahun ini tidak sebesar tahun lalu, namun tetap dijadikan sebagai momentum untuk melakukan introspeksi diri dan evaluasi masalah kemiskinan di NTB.

Ketua Tim Penanggulangan  Kemiskinan Daerah (TPKD) H Muhammad Amin yang juga Wakil Gubernur,  mengakui kemiskinan belum bisa  diturunkan secara signifikan. Masalah kemiskinan dinilai paling penting untuk dievaluasi. Pasalnya, di tengah pesatnya kemajuan pariwisata, angka kemiskinan malah bertambah. “Kita akui penurunan angka kemiskinan  sangat lambat, tidak sejalan dengan kemajuan pariwisata,” ujar Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin kepada Radar Lombok, Jumat kemarin (16/12).

Oleh karena itu, momentum HUT sebagai ajang mengukur sampai sejauh mana kehadiran negara dalam rangka menyejahterakan rakyat. Terutama yang paling terlihat nyata dengan cara menurunkan angka kemiskinan. Mengingat, data terakhir yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2016 mencapai 804.440 orang atau bertambah 2.150. Fakta ini menjadi persoalan tersendiri di tengah pertumbuhan ekonomi NTB yang sangat tinggi dan pesatnya kemajuan pariwisata.

Dikatakan Wagub, untuk tahun 2017, anggaran untuk menurunkan angka kemiskinan cukup besar mencapai Rp 1,3 triliun. Anggaran sebesar itu haruslah mampu membawa perubahan signifikan. “Tahun 2017 kita ingin lebih menukik dan memastikan bahwa kita akan turun lansung ke lapangan. Program harus dirasakan oleh masyarakat yang terdata miskin,” katanya.

Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi juga mengakui jika kemajuan pariwisata NTB belum berkontribusi signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. “Sektor pariwisata hasilnya memang tidak mungkin bisa dirasakan sepenuhnya dalam waktu dekat,” ucap gubernur.

Sebuah daerah bisa memetik hasil dari pariwisata membutuhkan waktu yang panjang. Sementara, gubernur merasa daerah NTB masih baru dalam hal dunia pariwisata. Hal itulah yang menyebabkan kemiskinan masih tinggi meski pariwisata NTB sudah cukup maju.

Untuk bisa menuai hasil sektor pariwisata, haruslah dengan komitmen yang kuat. NTB bisa belajar dari Provinsi Bali yang telah lama bergerak di sektor pariwisata. “Bali seperti sekarang ini karena fokus pada pariwisata sejak satu abad lalu. Bali dibicarakan di Eropa jauh sebelum Indonesia merdeka,” jelasnya.

Hal penting yang harus diperhatikan agar pariwisata bisa terus berkelanjutan dan tahan lama yaitu bersatu dengan masyarakat setempat. Para pelaku pariwisata harus memfasilitasi sumber daya lokal baik produk maupun Sumber Daya Manusia (SDM)-nya.

Salah satu cara menurunkan angka kemiskinan tentunya dengan menyiapkan lapangan kerja. Gubernur sangat menyadari hal tersebut. Oleh karenanya, kedepan Pemprov NTB memastikan program-program yang dijalankan melibatkan masyarakat. “Termasuk soal investasi, yang akan kita prioritaskan dalam bentuk padat karya. Sehingga investasi tidak hanya pada modal yang meningkatkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) saja, tetapi juga investasi bisa membuka peluang kerja yang besar,” katanya.

Hari Ulang Tahun (HUT) NTB ujarnya, menjadi momentum bersyukur dan introspeksi diri. Bersyukur disini karena selain NTB aman dan tentram, berbagai aspek pembangunan juga cukup memuaskan. Namun,  pada saat yang sama juga sebagai momentum introsfeksi diri. “Yang perlu kita introspeksi, apakah pembangunan fisik ini juga diiringi dengan merawat nilai-nilai yang baik seperti kekompakan, persaudaraan dan gotong royong ?. Fisik maju tapi semangat kebaikan hilang itu tidak ada artinya,” ujar gubernur.

 Selanjutnya introspeksi juga penting untuk mengetahui apakah pembangunan fisik selama ini sudah dapat dinikmati hasilnya oleh seluruh lapisan masyarakat atau tidak. Gubernur yakin, pembangunan daerah tidak akan baik jika program pembangunan hanya dinikmati sekelompok masyarakat.

Tidak jauh berbeda, Kepala Bappeda NTB Ridwan Syah juga mengakui pariwisata belum bisa menurunkan angka kemiskinan. “Kemiskinan itu multi sektor dan penyebabnya tidak tunggal. Penanganannya  melalui banyak pendekatan, bisa ekonomi, sosial, infrastruktur dan juga pariwisata,” terangnya.

Ridwan Syah yakin, langkah pemprov yang fokus mengembangkan pariwisata akan bisa menuai hasil manis nantinya. “Seiring pariwisata maju, pasti hotel bertambah, tamu makin banyak. Tamu terus membeli produk-produk souvenir yang dijual masyarakat. Tentu itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Dikatakan, semua tinggal menunggu waktu saja. Pemprov yakin, dengan terus berupaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, maka ekonomi masyarakat bisa meningkat. Apalagi jika nantinya pariwisata NTB sudah merata di seluruh wilayah, maka peran sector pariwisata dalam menurunkan angka kemiskinan bisa dirasa dengan jelas. (zwr)