Hingga Akhir Tahun Bisnis Hotel Masih Lesu

TETAP BUKA : Salah satu hotel di Kota Mataram yang sudah mulai beroperasi beberapa bulan lalu, dan mengandalkan kegiatan MICE instansi pemerintah dan swasta di dalam daerah. (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK )

MATARAM -Kondisi bisnis perhotelan tiga bulan kedepan di NTB diproyeksi akan tetap stagnan belum ada perkembangan yang membanggakan.

Pasalnya, kasus penyebaran wabah Covid-19 terus meningkat drastis di seluruh Indonesia. Kondisi tersebut tentu saja membuat orang untuk berpikir dua kali untuk pergi keluar daerah berwisata, khususnya wisatawan luar daerah maupun mancanegara.
“Akhir tahun kita tidak banyak berubah, keadannya turun naik saja okupansinya. Ya ada hotel yang bertahan dan tutup atau tidak beroperasional lagi,” kata Ketua Kehormatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB I Gusti Lanang Patra.

Menurutnya, untuk tiga bulan kedepan tak banyak hotel bisa bertahan. Sebagian diantaranya akan memilih tutup untuk sementara. Bahkan saat ini sudah ada beberapa hotel tidak bisa oeprasional, melainkan lebih menutup untuk sementara sampai kembali normal, terutama pada hotel bintang satu atau hotel melati. Karena harus menanggung biaya operasional hotel meskipun tidak buka. “Seperti di Senggigi banyak hotel bintang satu maupun hotel melati itu tutup semua, tidak beroperasional. Karena memang kondisinya masih sepi dari wisatawan,” terangnya.

Saat ini hotel hingga resort hanya mengandalkan wisatawan lokal saja. Terutama resort di tiga Gili, Senggigi, Kuta Mandalika, dan Sembalun hanya mengandalkan wisatawan lokal. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara sudah tidak ada lagi sekarang ini. begitu juga wisatawan luar daerah NTB, juga hampir sudah tidak ada. Hanya beberapa orang saja, itu pun untuk kepeninigan dinas kantor.

“Sekarng ini kita hanya mengandalkan lokal saja. Kalau resort seperti di Sembalun, Kuta, Senggigi dan gili, itu orang-orang lokal diandalkan.
Terutama weekend, karena disuguhkan harga yang sangat murah,” jelasnya.

Lanang menyebutkan, bulan ini sudah semestinya memasuki kondisi high season jika dalam kondisi normal. Apalagi dengan banyaknya kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) hingga Desember mendatang. Tetapi untuk kunjungan wisatawan, khususnya wisman tidak ada sekali bisa dikatakan 0 persen.

“Okupansi sekarang ini hanya dipenuhi oleh MICE lokal saja. Kalau wisatawan segmen pasarnya kecil sekali. Justru yang ada ini ya kegiatan MICE dari pemerintahan dan bisnis lokal saja,” ungkapnya.

Sementara itu, okupasi pada posisi September tidak ada yang berbeda dengan bulan sebelumnya. Terlebih untuk okupansi resort di daerah-dearah diperkirakan tidak lebih dari 30 persen. Lain halnya di kota yang lumayan rata-rata 40 persen.

“Memang ada hotel yang okupnasinya sampai 60 persen di kota. Tapi itu belum bisa dibilang menggeliat, itu juga karena hanya ada meeting saja,” imbuhnya.

Di sisi lain, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang Agustus 2020 2020 tercatat 27,05 sebesar persen, naik sebesar 4,77 poin dibandingkan keadaan Juli 2020 dengan TPK sebesar 22,28 persen. Sedangkan TPK hotel non bintang Agustus sebesar 16,69 persen ini berarti mengalami kenaikan sebesar 1,64 poin dibanding Juli 2020 dengan TPK hanya sebesar 18,33 persen.

“Jumlah tamu menginap di hotel bintang pada Agustus tercatat 29.932 orang, terdiri dari 29.473 orang tamu dalam negeri (98,47 persen) dan 459 orang tamu luar negeri (1,53 persen). Hotel non bintang tercatat 43.659 orang, terdiri dari 43.587orang dalam negeri (99,84 persen) dan 72 tamu luar negeri (0,16 persen),” kata Kepala BPS NTB Suntono, kemarin. (dev)

Komentar Anda