Pulau Lombok dikenal dengan kuliner khas pedas. Rasa pedas identik dengan sambal. Dengan kreativitas dan inovasi, sambal disulap menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Ahmad Yani — Mataram
Tak pernah disangka, produk sambal yang dihasilkan akan menjadi produk UMKM terbaik tingkat nasional. Dengan kreativitasnya Nifus Muthmainah berhasil mengangkat sambal menjadi produk UMKM menjanjikan nilai ekonomi tinggi. Produk sambalnya berhasil jadi juara nasional terbaik kategori produk UMKM dengan omzet Rp 3 juta – 5 juta perbulan yang digelar salah satu BUMN belum lama ini. ” Surprise, produk kami keluar sebagai pemenang,” tuturnya kepada Radar Lombok, Rabu kemarin (12/7).
Dengan kemenangannya ini makin menjadi semangat dan spirit bagi dirinya untuk terus mengembangkan dan memajukan produk tersebut.
Dituturkan, usaha produk sambal dilakoni sejak tahun 2003 lalu. Sehari-hari pembuatannya dilakukan di rumahnya di Ampenan, Kota Mataram. Namun sambal yang hasilkan masih biasa dan belum dilakukan pengemasan. Sambal yang dihasilkan pun adalah sambal kering. Namun melihat ada potensi pasar yang terbuka luas dan permintaan pasar terus meningkat,dia pun mulai melakukan inovasi. Produk sambal kering yang dihasilkan dibuat dalam bentuk kemasan mulai awal tahun 2016. ” Dengan sambal kering kita kemasi, bagian dari upaya kita menarik dan memperluas pangsa pasar ada,” ucapnya.
Keputusan yang diambil pun sangat tepat. Permintaan dan pangsa pasar produk sambal pun kian meluas. Usaha sambal yang dilakoni dengan modal awal hanya sebesar Rp 200 ribu di tahun 2003, kian diminati pasar.
Usaha sambal kering ini tidak terlepas dari keputusan dirinya untuk berwirausaha. Ia menuturkan, dengan keputusan berwirausaha sebagai bagian dari upaya mendukung pemerintah daerah mencipatakan wirausaha baru. Dengan terbatasnya lapangan pekerjaan dan tingginya tingkat pengangguran, pilihan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha, menjadi realistis dilakoni.
Pulau Lombok dikenal dengan kuliner makanan pedas, membuat dirinya menjatuhkan pilihan kepada sambal kering sebagai produknya. Produk sambal kering dihasilkan pun awal hanya dijual dengan kantong plastik.” Belakangan di tahun 2016 sambal ini kita buat dalam bentuk kemasan dan bertahan lama,” ujarnya.
Produk sambal kering itu pun dinamakan produknya Lalada Sambal Lombok. Ia pun menjamin produk sambal miliknya tanpa bahan pengawet dan kesehatan tetap terjaga.
Adapun sambal tersebut bahan baku dari Pulau Lombok. Mulai cabai sebagai bahan baku utama sampai bawang merah. Untuk menjamin ketersediaan dan kebutuhan bahan baku untuk pembuatan produk sambal, ia sudah menjalin kemitraan dengan petani lokal. Sehingga pasokan bahan baku tetap terjamin aman. ” Semua bahan baku menggunakan produk lokal. Dengan Lalada Sambal Lombok ini kita ingin angkat juga nama Lombok,” imbuhnya.
Kini, dalam sebulan dari produk sambal itu Nifus  setiap bulan mengantongi pendapatan rata-rata sebesar Rp 3 juta lebih. Untuk pemasaran produk sambal ia aktif memanfaatkan media sosial . Meskipun saat ini dirinya lagi mengurus izin bagi pemasaran produk dengan menggunakan e- commerce.
Usaha yang dilakoni bukan tanpa hambatan dan kendala. Kenaikan harga acap kali fluktuatif dengan modal sangat terbatas membuat pihaknya kelimpungan. Namun ia sadar pilihan untuk berwiraswasta akan menghadapi berbagai kendala dan hambatan. Pihaknya pun terus melakukan inovasi dan kreasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses packing bagi pengemasan produk. “Prinsipnya, jangan kita mudah menyerah,” katanya seraya menambahkan, bahwa pihaknya pun terus memperoleh dukungan terutama dari dinas UMKM dan Koperasi. ” Tentu apa produk kami raih semua akibat dukungan semua pihak,” pungkasnya.(*)