Harga Cabe dan Bawang Merah Anjlok, Sumbang Deflasi NTB

Ilustrasi Cabai
Ilustrasi Cabai

MATARAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat pada September 2018 NTB mengalami deflasi sebesar 0,28 persen.

Deflasi 0,28 persen tersebut membuat inflasi di tahun kalender dari Januari-September 2018 sebesar 1,78 persen dan year on year (yoy) atau September 2017-September 2018 sebesar 3,09 persen.

BACA JUGA: Harga Cabai Anjlok, Petani Merugi

Kepala BPS Provinsi NTB, Suntono mengatakan deflasi ini terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan dengan penurunan indeks pada kelompok bahan makanan. Untuk wilayah NTB, Kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,29 persen dan Kota Bima sebesar 0,22 persen.

“Deflasi ini disebabkanya terjadinya penurun harga sejumlah komoditas, seperti ayam ras terjadi penurun harga mencapai 0,187,” Suntono, Senin kemarin (1/10)

Terjadinya deflasi di NTB pada bula September ini disebabkan, karena penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,27 persen, kelompok sandang sebesar 0,18 persen; kelompok transport, komunikasi, jasa keuangan sebesar 0,13 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga sebesar 0,02 persen. Secara keseluruhan terjadi 0,28 persen deflasi selain itu ada cabai rawit terjadi deflasi 0,0662 persen kemudian bawang merah 0,0586 dan komoditas lainnya.  Seperti ikan tongkol, pindang 0,027 dan pisang lebih relative kecil lagi.

Baca Juga :  BPJS Edukasi Jaminan Sosial Anak TKI

“Kalau Kita amati secara kelompok, pada September yang menyumbang deflasi terbesar itu adalah daging ayam ras, cabai rawit dan bawang,” terangnya.

Selain itu, ada juga kelompok makanan jadi yaitu gula pasir dan kopi bubuk yang mengalamai deflasi. Sedangkan kenaikan indeks terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar sebesar 0,12 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau sebesar 0,06 persen.

Baca Juga :  Waduh, Cabe Melambung Lagi

Sementara itu, untuk penyumbang inflasi itu ada dikelompok makanan yaitu beras, jeruk dan ikan bandeng atau bolu. Kemudian ada juga yang menjadi inflasi itu ada di kontrak rumah seperti seng, besi dan beton.

Sementara itu, Laju inflasi NTB tahun kalender September 2018 sebesar 1,78 persen lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender September 2017 sebesar 2,38 persen. Sedangkan laju inflasi “tahun ke tahun” September 2018 sebesar 3,09 persen, lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi “tahun ke tahun” di bulan September 2017 sebesar 3,47 persen.

BACA JUGA: Rupiah Anjlok, Penjualan Elektronik Normal

Perbandingan di Kota Mataram, 2016-2018 terjadi deflasi, tetapi tidak terlalu dalam dibandingkan dengan 2016 mengalami inflasi.

“Harapan kita tidak terlalu melejit ke atas, sehingga secara total berada di dalam batas normal,” tutupnya. (cr-dev)

Komentar Anda