Bagi Fiqhan Makrifatullah untuk menjadi seorang hafidz atau penghafal Aquran tidak sesulit yang dibayangkan orang. Dengan ketekunan dan kesungguhan, maka bisa menghafal Alquran.
SAPARUDDIN— PRAYA
Fiqhan Makrifatullah terus teringat dengan sebuah hadits qudsi, bahwa barang siapa yang menghafal Alquran maka hidupnya akan dimudahkan, termasuk orangtuanya juga akan diberikan singgasana oleh Allah SWT kelak. Dia lalu tergugah untuk menjadi seorang hafidz. Remaja kelahiran Desa Ubung Kecamatan Jonggat Lombok Tengah tanggal 24 Mei 1998 lalu masuk ke Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hakim, Kediri Lombok Barat tahun 2010.
Saat itu ia menempuh pendidikan di MTs Nurul Hakim. Secara kebetulan di Ponpes Nurul Hakim, ada sejumlah program ekstrakurikuler yang diikuti santri. Fiqhan sendiri lalu mengambil program tahfidz. “Sebenarnya sejak kecil niat menjadi seorang hafidz telah ada. Apalagi ada motivasi dari orang tua saya yang seorang guru,” katanya kepada Radar Lombok, Senin kemarin (29/5).
Ayahnya seorang guru ini selalu memberikan motivasi agar Fiqhan tidak ragu-ragu menjadi hafidz. Fiqhan pun dibimbing ayahnya. Dia mulai menghafal ayat-ayat pendek. Begitu tamat dari SDN 2 Ubung tahun 2010 lalu, Fiqhan sudah hafal juz 30. Setelah itu, dia ingin melanjutkan pendidikan ke ponpes yang ada program tahfidznya agar bisa lebih intensif lagi menghafal. Di Ponpes Nurul Hakim, Fiqhan terus meningkatkan hafalannya.
Baginya, menjadi seorang hafidz tentu ada hambatan dan rintangannya. Maklum, memasuki usia remaja, Fiqhan kerap tergoda dengan kehidupan remaja lainnya. Dia juga sering dihinggapi rasa malas yakni malas mengulangi hafalannya.
Lalu, dia merasa sulit mengatur waktu. Selama di ponpes, bukan hanya harus menghafal yang ia kerjakan, namun program lainnya seperti belajar pelajaran lainnya. Kendati sibuk, namun Allah SWT selalu memberikan jalan keluar. Akhirnya, Fiqhan merasa dipermudah.
Selain itu, kesulitan seorang hafidz adalah belum fasihnya membaca Alquran baik dari segi mkharijul huruf hingga tajwid. Sehingga pihaknya menyarankan siapapun yang ingin menjadi seorang hafidz, maka perbaiki bacaan dulu. Sebab jika bacaan sudah fasih, maka menghafal akan jauh lebih mudah.
Namun semua kesulitan dan hambatan itu jika dikembalikan pada niat awal, maka rintangan tadi bisa diatasi. Fiqhan menceritakan, temannya yang mau menjadi hafidz hanya ingin jadi orang terkenal.“Saat menghafal saya pernah menemukannya masalahnya. Saya akui teman saya itu lebih duluan menghafal 30 juz, namun beberapa bulan setelah itu, ternyata dia kurang lancar,” bebernya.
Fiqhan menargetkan dalam setahun bisa menghafal 10 juz. Karena itu, dia bertekad bisa melakukannya. Ternyata belum setahun di ponpes, Fiqhan sudah hanya 10 juz. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkannya ke juz berikutnya.Ketika naik ke kelas VIII, ia sudah mampu menghafal 25 juz dan sebelum ujian nasional MTs lalu, hafalannya sudah 30 juz. “Alhamdulillah setelah saya jalani, ternyata menghafal itu mudah,” akunya.
Banyak hikmah yang diperoleh Fiqhan setelah memutuskan menjadi hafidz. Menurutnya hidupnya menjadi terarah dan ketika ada kesulitan selalu ada saja diberikan petunjuk oleh Allah SWt. (*)