Gubernur NTB Potensial Jadi Pengganti Jokowi

BERSAMA PRESIDEN JOKOWI: Gubernur NTB, Zulkieflimansyah terlihat akrab bersama Presiden Joko Widodo di Istana Negara.  (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

MATARAM–Nama sejumlah kepala daerah mulai mengemuka sebagai figur yang peluang didorong sebagai calon presiden pada pemilihan umum presiden (pilpres) 2024 mendatang. Salah satunya adalah nama Gubernur NTB, Zulkieflimansyah.

Wacana kemunculan pencapresan orang nomor satu di NTB itu mulai hangat dibicarakan publik di nusantara. Ada beberapa hal membuat Zulkieflimansyah dinilai punya potensi sebagai figur alternatif didorong maju di pilpres 2024. Di antaranya, rekam jejak Zulkieflimansyah sebagai politisi nasional. Dengan pengalaman tiga periode sebagai anggota DPR RI dapil Provinsi Banten dan Gubernur NTB periode 2018-2023. Publik sudah cukup mengetahui dan mengenal sepak terjang dari politisi PKS tersebut. ‘’Selain itu, Zulkieflimansyah juga punya PKS sebagai parpol tempat bernaung. Dia punya pengaruh kuat di PKS,’’ ujar pengamat politik Universitas Mataram, Saipul Hamdi kepada Radar Lombok, Kamis (22/4).

Selain itu, Zulkieflimansyah juga relatif jadi kader PKS paling menonjol sebagai kepala daerah di Indonesia. “Dengan posisi tawar Zulkieflimansyah relatif kuat di internal PKS, membuat dirinya peluang diusung parpol tersebut,” tandas alumni UGM Jogjakarta tersebut.

Walau demikian, ada beberapa hal penting jadi catatan kemunculan figur dari NTB di panggung pilpres 2024, khususnya Zulkieflimansyah. Yaitu, secara geopolitik NTB tidak terlalu diperhitungkan di pilpres. Dengan jumlah pemilih relatif 3,5 juta jiwa, membuat posisi NTB tidak terlalu seksi sebagai daerah harus digarap untuk mendulang suara meraih kemenangan di pilpres.

Relatif jumlah pemilih di NTB hampir sama jumlah pemilih satu kabupaten di Jawa Barat. Sehingga tidak terlalu menarik digarap kandidat maupun partai sebagai basis dukungan untuk menunjang kemenangan di pilpres. “Figur kepala daerah dari daerah jumlah penduduk besar itu lebih kuat dilirik maju di pilpres,” paparnya.

Dia juga melihat belum ada gebrakan maupun program Zulkieflimansyah sebagai Gubernur NTB bisa menarik perhatian secara nasional. Dengan program itu, Zulkieflimansyah akan jadi pembicaraan tingkat nasional. Sehingga memori publik di tingkat nasional pun makin kuat dengan Zulkieflimansyah.

Misalnya, saat Jokowi jadi Wali Kota Solo mampu menasional dengan program Esemka. “Saya kira ini belum ada. Program ada relatif masih datar-datar saja. Belum ada gebrakan lebih,” imbuhnya.

Baca Juga :  Hari Bumi, Johan Desak Pemerintah Wujudkan Lingkungan dan Hutan Berkualitas

Lain halnya diungkapkan pengamat politik UIN Mataram, Ihsan Hamid, program zero waste dan industrialisasi sebagai Gubernur NTB bisa jadi inovasi maupun program pintu masuk Zulkieflimansyah untuk isu di tingkat nasional. Kedua program tersebut dari sisi isu sudah sangat menasional. ‘’Nah tinggal bagaimana kedua program ini diakumulasikan untuk menjadi isu nasional,’’ ujarnya.

Menurutnya, untuk menasionalkan zero waste dan industrialisasi dari NTB itu sangat bisa. “Karena kita punya peluang melalui MotoGP, KEK Mandalika. Itu peluang besar sekali untuk memasukkan nama Zulkieflimansyah ke dalam memori publik Indonesia,’’ imbuhnya.

Dia juga memberikan catatan kepada Zulkieflimansyah jika memang benar serius untuk melenggang ke pentas pilpres. Maka saat ini dia harus bisa menjadi media darling dan publik darling. Sehingga dia bisa makin dikenal lebih luas. “Nah, langkah dia ketemu dengan Anis (Gubernur DKI), Ketum DPP Demokrat AHY, dan tokoh-tokoh nasional lainnya itu sudah tepat untuk sebuah hajatan ke sana (pilpres). Jangan hanya fokus bicara NTB,” pungkasnya.

Zulkieflimansyah yang dikonfirmasi terkait kemunculan namanya sebagai salah satu calon alternatif pada pilpres 2024 mendatang mengaku hal wajar dalam dinamika politik. Bahkan ia menganggap dicalonkan ataupun mencalonkan diri adalah hal yang sah-sah saja terjadi dalam dunia politik. “Itu bukan hal yang mustahil juga. Tapi kita tidak kebelet, nggak ngotot juga. Artinya nama kita diperhitungkan sah-sah saja,” ujarnya.

Bahkan jika nanti dirinya ditawarkan capres apakah menerima? Katanya, tidak ada penarawan hal-hal seperti itu. Karena semua partai nanti akan realistis saja. Mengingat pemilu lagislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilres) 2024 nanti secara bersamaan. Maka semua partai nanti akan berusaha menampilkan calon-calon itu bukan hanya sekadar memenangkan pilpres tetapi untuk menyelamatkan suara pileg juga.

Ia bahkan memberikan contoh saat 2019 lalu. Dimana ada dua partai politik besar yang panen dari pilres, yakni Gerindra sama PDIP karena kedua partai ini masing-masing memiliki calon saat itu. “Siapa kenal calon Gerindra di satu kabupaten tapi dapat kursi. Karena ada Prabowo sebagai capresnya. Nah sekarang kita juga demikian,” katanya.

Baca Juga :  Roadshow ke Lombok, TKN Fanta Ingin Angkat Kebudayaan Indonesia

Zulkiefli juga menegaskan, bahwa PKS yang juga kendaraan politiknya dalam pileg maupun pilres 2024 mendatang tidak main-main, karena PKS akan serius agar partai ini diperhitungkan. “Contohnya Anies pernah jadi ketua senat UGM, dia Gubernur Jakarta sekarang. Kita juga pernah jadi ketua senat di UI juga, jadi gubernur juga kita. Jadi bukan hal yang mewah-mewah juga dan semua itu teman. Kita juga tiga periode di DPR RI dikenal banyak orang gitu, maksud saya jadi capres dan cawapres itu bukan terlampau mewah juga buat kita. Ya biasa-biasa saja,” imbuhnya.

Disinggung soal apakah pengabdian di NTB sebagai gubernur hanya cukup satu periode saja? Zulkieflimansyah secara tegas mengatakan pemilihan gubernur (pilgub) ini masih lama dan belakangan tidak sama dengan pileg dan pilpres. “Jadi nanti kita lihat. Karena kita juga belum tentu masih hidup besok. Ini kan cita-cita ingin jadi ini itu kita,” katanya.

Ia juga menyadari masih banyak tokoh-tokoh NTB yang juga diperhitungkan di kancah politik nasional dan bisa jadi capres dan cawapres. “Banyak yang bisa, Tuan Guru Bajang (TGB) bisa yang lain juga. Jadi orang NTB itu ada Hamdan Zoelva, Fahri Hamzah dan Pak Din Samsuddin juga bisa. Jadi jangan kerdilkan tokoh-tokoh kita dalam kolam yang kecil, jadi biasakan supaya nanti orang mengatakan orang NTB jadi capres itu ya biasa saja. Jadi bukan hal wow gitu, biasa saja,” pungkasnya.

“Kita harus mulai berpikir begitu, kenapa kita sekolahkan anak-anak NTB ke luar negeri, supaya mereka itu ya biasa saja gitu. Nggak ngeliat hebat benar baru jadi. Gimana kalau alam bawah sadar kita tidak diciptakan untuk membiasakan hal-hal yang besar,” sambungnya. (yan/sal)

Komentar Anda