Gempa 6.6 SR Telan Korban Jiwa

RUMAH DUKA: Suasana di rumah duka lingkungan Bedi Kelurahan Manggemaci yang meninggal dunia karena panik gempa bumi, Jumat kemarin (30/12) kemarin

KOTA BIMA-Gempa bumi berkekuatan 6,6 SR mengguncang Kota Bima pada pukul 06.30 Wita Jumat (30/12) kemarin.

Gempa tersebut mengakibatkan Siti Hajar 36 tahun warga Bedi Kelurahan Manggemaci Kota Bima meninggal dunia karena panik. Korban terjatuh dan tersungkur di gang saat meloncat pagar rumahnya karena pintu pagar terkunci.

"Saat loncati pagar Siti Hajar terjatuh dan tersungkur di gang depan rumah. Dia langsung tidak sadarkan diri dan tidak bangun lagi," cerita Rifaid yang juga saudara ipar almarhumah saat ditemui di rumah duka.

Menurut dia, kerabat dan warga sekitar berusaha melarikan korban ke rumah sakit lapangan di Paruga Nae Convention Hall. Namun nyawa korban sudah tidak bisa tertolong lagi. "Kita hanya berusaha, tapi Allah berkehendak lain," ujar Rifaid yang menjadi saksi mata kejadian memilukan itu.

Sementara saudara sepupunya Dedi Rosadi MSi mengaku almarhumah sedang tidak enak badan karena bekerja membersihkan rumah dan perabot akibat banjir. "Kemungkinan besar almarhumah kena serangan jantung karena kaget dan panik. Karena terlihat tidak ada luka yang serius dari kepala korban," katanya.

Almarhumah meninggalkan suami dan dua orang anak. Anak pertamanya seorang putri yang masih duduk di kelas satu SMP dan seorang putra yang baru berusia 1 tahun. "Almarhumah ini sementara tinggal bersama orang tuanya karena suaminya Darwis tengah merantau di Malaysia," jelasnya.

 Dituturkan dosen STKIP Taman siswa ini, almarhumah bersama suaminya sekarang tengah membangun rumah di lingkungan Bedi. Hasil dari mencari nafkah sebagai TKI di negeri jiran. Pasangan ini kata dia, kehidupannya mulai merangkak naik karena sang suami pulang 3 hingga 6 bulan sekali.  "Saya sempat menghubungi suaminya, dia sangat shock dan lemas mendengar kabar itu. Dia mengaku akan segera pulang usai menyelesaikan izin di tempat kerjanya," terang Dedi. Almarhumah akan dikebumikan di TPU Samporo Kelurahan Manggemaci usai salat Jumat (30/12).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, Muhammad Rum menyampaikan, warga yang meninggal dunia akibat gempa tersebut atas nama Siti Hajar Binti Ridwan asal Kota Bima. “Meninggal dunia karena panik, terus lompat pagar,” terangnya, Jumat kemarin (30/12).

Siti Hajar meninggal dunia pada usia 25 tahun. Alamat lengkapnya berada di RT 08, Kelurahan Manggemaci, Kecamatan Mpunda Kota Bima. Korban yang meninggal dunia sedang berada di dalam rumah saat gempa terjadi, kemudian berlari keluar dan lompat pagar hingga membuatnya pingsan sampai meninggal dunia.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto menyampaikan, sebagian besar wilayah NTB dan NTT memang diguncang gempa bumi tektonik. Analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi pukul 06.30 Wita dengan kekuatan 6,2 Skala Richter.

Lebih detail dijelaskan, episenter terletak pada 9,19 Lintang Selatan dan 118,61 Bujur Timur, tepatnya di laut pada jarak 79 kilometer arah selatan Kota Bima pada kedalaman 98 kilometer. “Makanya di Kota Bima sangat terasa gempanya,” kata Agus.

Berdasarkan peta tingkat guncangan, dapat diketahui bahwa gempa tersebut dapat berdampak terhadap kerusakan. Terutama di daerah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi seperti Sumba bagian barat dan utara, serta daerah Bima bagian selatan.

Selain itu, gempa bumi ini juga dirasakan luas di wilayah lain dengan intensitas lebih kecil antara II SIG BMKG atau III MMI di Lombok, Sumbawa Barat, Sumba Timur, Ende dan Maumere. “Gempa bumi ini merupakan gempa bumi berkedalaman menengah yang terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng,” sebutnya.

Diterangkan, lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Lempeng Eurasia dengan laju 67 melimeter per tahun. Hal itulah yang memicu deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia di Zona Benioff pada kedalaman 98 kilometer di bawah Cekungan Lombok bagian timur laut.

Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dan analisis yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami. “Hasil monitoring BMKG selama 1 jam paska terjadinya gempa bumi, baru terjadi satu kali gempa bumi susulan dengan kuatan 4,4 skala richter. Kami akan terus melalukan monitoring perkembangan aktivitas gempa bumi susulan dan hasilnya akan disampaikan kepada masyarakat. Untuk itu kepada masyarakat pesisir di NTB diimbau agar tetap tenang,” tutupnya.

(rul/dam/zwr)