Tidak hanya terhadap rumah warga yang berada di pinggir pantai, melainkan 50 meter dari pesisir juga terkena imbasnya. ‘’Air pasang itu sebenarnya mulai terasa itu Selasa malam. Tapi semakin besar sejak Rabu subuh itu. Kami tetap waspada dan memilih untuk tidak keluar rumah dulu. Karena sewaktu-waktu air lautnya bisa naik lagi,’’ katanya.
Karena air pasang terjadi setiap tahun. Warga berharap dan meminta kepada pemerintah untuk dibuatkan tanggul di bibir pantai. Hal ini diyakini bisa menjadi solusi ketika air pasang terjadi.
BACA JUGA: Kepanikan Warga Taman Ayu Ketika Gelombang Pasang Datang Menerjang
Samad mencontohkan, pemerintah sudah membuatkan tanggul di wilayah Tanjung Karang. ‘’Di Tanjung Karang itu walaupun ada ombaknya. Pasirnya nanti akan melebar ke tengah laut. Disini kan sama sekali tidak ada tanggul. Kalau air laut pasang ya bisa cepat naik airnya ke rumah warga,’’ ungkapnya.
Camat Sekarbela, Cahya Samudra mengatakan, meskipun air laut sudah mulai surut. Namun kondisi gelombang masih cukup tinggi. Sedangkan air laut yang memasuki perkampungan warga sudah tidak ada. Meski demikian, tim masih tetap stand by di wilayah pesisir pantai.
‘’Air yang masuk ke kampung-kampung sudah mulai surut dibandingkan kemarin. Tagana dan BPBD tetap memonitor dan stand by dilokasi,’’ katanya.
Mengenai harapan warga, Wakil Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana mengakui, Pemkot Mataram selalu berupaya untuk membuatkan tanggul (GT). Diakuinya, GT itu sangat penting sekali dibangun di pesisir. Namun, anggaran yang dimiliki Kota Mataram tidak mampu untuk membangun. Melainkan butuh bantuan langsung dari pemerintah pusat.
‘’Kalau menggunakn anggaran kita. Kita tidak mampu. Biayanya terlalu besar. Sehingga nanti bisa mengganggu pembangunan prioritas-prioritas yang lain,’’ katanya.