Gelogor tak Jadi Kampung TKI Lagi

GIRI MENANG – Desa Gelogor Kecamatan Kediri sejak lama dikenal sebagai kampung Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Alasannya, banyak warga Gelogor mengadu nasib ke luar negeri menjadi TKI, baik laki maupun perempuan. Beberapa negara tujuan adalah Malaysia, Brunei Darussalam dan Saudi. Dalam empat tahun terakhir, jumlah warga yang menjadi TKI terus menurun. Ini karena mereka bisa mengolah uang hasil kerja mereka di luar negeri sebagai modal di rumah. Pemerintah desa setempat menyodorkan data. Sebelumnya jumlah TKI ada sekitar 800 orang. Kini hanya 430 orang.” Itupun TKI yang lama, 4 tahun terakhir tidak TKI baru yang berangkat. Ini kami data tahun 2016. Maka kita sudah tidak pantas disebut kampung TKI,” ungkap Kepala Desa Gelogor Safwan kepada Radar Lombok, Jumat (12/8).

Sesuai data, di tahun 2016 jumlah pekerja ke luar negeri menurun menjadi sekitar 430 orang. Memang dulu katanya, banyak yang berangkat. Namun pihak desa bekerjasama dengan pihak ketiga berupaya menekan angka. “Terutama perempuan yang berangkat ke Timur Tengah. Eks TKI bekerja di daerah sendiri,” ungkapnya.

Berdasarkan data desa. Jumlah penduduk Gelogor mencapai sekitar 6 ribu jiwa. Terdapat sekitar 387 orang berprofesi sebagai petani, 386 orang buruh, 357 pengusaha, buruh lepas 568 orang, pertukangan 112 orang, peternak 63 orang, PNS 160 orang, Polri 3, karyawan swasta 348, BUMN 3 orang, pembantu rumah tangga 59 orang, tukang ojek 30 orang, perajin 11 orang. Sedangkan berpendidikan S3 sebanyak 4 orang, S2 sebanyak 16 orang, S1 sebanyak 387 orang, D3 sebanyak 144 orang.” Yang belum kerja ada 2.369 orang,” jelasnya.

Desa terus berupaya menekan angka TKI dengan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan di desa. Pembinaan eks TKI dilakukan bekerjasama dengan sejumlah lembaga swasta, termasuk LSM Pancakarsa. Dari Pemkab melalui Dinas Sosial juga ada pembinaan. Diakui, setiap tahun ada 2 mantan TKI yang diberikan modal usaha. Termasuk pemerintah desa memberikan pembinaan melalui PKK, Karang Taruna dan lain-lain. “ Kita sudah poskan lewat Karang Taruna untuk pemberdayaan,” terangnya.

Sejak dulu banyak warga Gelogor yang menjadi TKI. Diantara mereka, ada yang menetap lama di negara tujuan. Pulang dan pergi mereka tidak terlalu bisa dikontrol oleh desa. “ Ini kesulitan kami, kadang mereka tiba-tiba sudah ada di rumah atau berangkat,” ujarnya.

Selain sebagai desa TKI, Gelogor juga dikenal sebagai penghasil kerupuk dan lain-lain. Pekerjanya adalah mantan TKI. “ Kita terus berupaya menurunkan angka TKI, termasuk angka pengangguran,” akunya.

Dana pembinaan diambilkan dari DD dan ADD. Tahun ini Gelogor tidak menganggarkan kegiatan Bintek luar daerah bagi perangkat desa seperti Kades, PKK dan BPD. Dana Bintek diarahkan ke program-program yang lebih bermanfaat.

Bintek menurutanya tentu ada manfaatnya untuk desa, tapi mengingat masing-masing desa memiliki kebutuhan yang berbeda, maka itu tidak dilaksanakan.(flo)

Komentar Anda