GELLEN MARTADINATA, Musisi NTB Yang GO Internasional

Lagu "Jika Jodoh" Dimainkan Musisi Berbagai Negara

GO INTERNASIONAL : Gellen Martadinata, musisi NTB yang mulai go internasional berkat lagu
GO INTERNASIONAL : Gellen Martadinata, musisi NTB yang mulai go internasional berkat lagu "Jika Jodoh". ISTIMEWA/RADAR LOMBOK

Bagi kalangan pemusik dan pencipta lagu di Lombok Timur, nama Gellen Martadinata sudah tidak asing lagi. Lajang yang tinggal di desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik ini, memiliki talenta yang patut diperhitungkan. Belum lama ini, Gellen diboyong oleh seorang produser untuk rekaman ke negara Singapura. 

AZWAR ZAMHURI – MATARAM 

MENJADI musisi adalah cita-cita Gellen Martadinata. Bermain musik merupakan sumber kebahagiaannya. Musik benar-benar telah mengalihkan dunia pemuda kelahiran 27 Juli 1994 ini. Totalitas, adalah kata yang tepat diberikan kepada Gellen dalam bidang musik. Bagaimana tidak, pendidikan yang menurut sebagian besar orang sangat penting untuk menggapai mimpi, ditinggalkan oleh Gellen. 

Belum ada gelar Sarjana yang disandang Gellen. Sudah dua kampus tempatnya menimba ilmu. Namun, musik dipilih untuk ditekuninya. “Sempat saya kuliah dua kali. Di STMIK Bumi Gora dan Unram. Tapi saya milih fokus ke musik. Makanya kuliah saya cuti dulu,” tutur Gellen kepada Radar Lombok, Senin (23/3).

Gelar yang disandang Gellen hanya tamatan SMA. Namun kecerdasan dan kepiawaiannya dalam bermain musik, perlu diacungi jempol. Bisa jadi, putra pasangan Acep Suherlan dengan Gita Purnawati Hakim ini terinspirasi dari beberapa musisi besar yang pendidikannya tidak tinggi karena totalitas dalam bermusik. 

Belasan lagu telah diciptakan oleh Gellen. Beberapa kali pernah melakukn tour ke luar daerah. Tahun 2017 lalu ke Bima, Dompu, dan Sumbawa Besar. Tahun 2019 dilanjutkan ke Pulau Jawa, Jogja, Kebumen dan Surabaya. “Kalau yang dirilis resmi secara digital, sudah ada 13 lagu saya ciptakan,” ucapnya. 

Keseharian Gellen, selalu tentang musik. Gellen juga membuka studio rekaman di Masbagik dengan nama Pepadu Badjang Records. Gellen langsung sebagai soundeginernya. Tidak ada ikhtiar tanpa hasil. Itulah kalimat yang patut didengungkan dalam kisah Gellen. Totalitas yang diberikan dalam dunia musik, membawanya kini bukan sekadar musisi Indie atau nasional, namun telah go internasional. “Awal tahun kemarin saya sempat rekaman di Singapura. Kolaborasi sama penyanyi dari sana, dan beberapa pemusik dari negara lain juga,” ungkapnya. 

Beberapa lagu ciptaannya yang dinyanyikan sendiri, memang mendapat respons positif dari pencinta musik tanah air dan negara tetangga. Itulah yang membuat seorang produser asal Singapura kemudian memboyongnya untuk rekaman di negeri Singa.

Awal karir bermusik Gellen bersama group The Badjang. Karena kesibukan personelnya, akhirnya Gellen memilih bersolo karir dan telah merilis 13 lagu yang seluruh karyanya dikerjakan sendiri, mulai dari tracking, mixing dan mastering.

Rupanya, kemampuan itulah yang dilirik seorang produser asal Singapura, Amyr Abadawn. Lagu berjudul ‘Jika Jodoh’ mengundang perhatian produser ini. Amyr Abadawn kemudian mempertemukan Gellen dengan Eriy Ryzale, seorang penyanyi Singapura  jebolan ajang pencarian bakat Dangdut Academi 3 di Indosiar.

Oleh Amyr Abadawn, Gellen pun diboyong ke Singapura. Bersama Helmy Prastowo Budi, manager Gellen Martadinata, keduanya berangkat ke Singapura pada tanggal 5 Januari lalu untuk melakukan sesi rekaman di studio milik Amyr Abadawn, di bawah bendera Yaz Media Production.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memberi warna pada lagu tersebut, Amyr Abadawn mengajak pemusik dari beberapa negara. Drum dipercayakan kepada Afiq asal Singapura, gitar dan bass dipercayakan kepada dua pemusik asal Serbia, Vanja Grastic dan Miroslav Cvetkovic’. Violin dimainkan oleh Maria Grigoryeva asal Russia, alat musik Harva dimainkan oleh Mercedes Bralo Cisternas asal Argentina, dan Hey Longman asal Hongkong memainkan alat musik Erhu.

Pembuatan video clip lagu Jika Jodoh mengambil dua lokasi, Indonesia dan Singapura. Lagu yang diluncurkan ke pasaran melalui beberapa digital musik store di seluruh dunia tanggal 21 Maret lalu, ternyata mendapat sambutan hangat dari pencinta musik.  

Bagi Gellen, musik adalah kehidupannya. Meskipun secara materi, belum memberikan keuntungan layak. “Saya menikmati saja karena main musik itu menurut saya jangan dibikin jadi beban. Tapi untuk bersenang-senang. Untuk materi atau semacamnya, memang di NTB masih perlu diedukasi agar menghargai karya atau pelaku seni musik. Tapi menurut saya, berkarya dulu yang penting. Terkenal dan materi, cuma bonus dari Tuhan,” ujar Gellen. 

Bakat bermusik Gellen Martadinata, sudah terlihat sejak kecil. Di usianya yang sangat belia, Gellen yang saat itu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Taliwang, sudah mampu memainkan alat musik gitar dengan melodi-melodi indahnya. Gellen bernyanyi sambil memainkan gitar. 

Menurut ayahnya Acep Suherlan, Gellen pertama kali mengenal alat musik gitar setelah dia dikhitan. “Saya memberi hadiah gitar kulele usai Gellen dikhitan” ujar Acep.

Bakat bermusik dan bernyanyi Gellen turun dari kedua orang tuannya. Ayahnya seorang pemain musik di Tete Batu cafe pada tahun 1997 sampai 1998.  “Gellen sering datang melihat saya bermusik, terkadang dia sampai tertidur di belakang drum yang saya mainkan,” ungkap Acep yang berprofesi sebagai jurnalis televisi. (**)

Komentar Anda