Gawat, Kasus HIV/AIDS di NTB Meningkat Tajam

Dijelaskan, majunya pariwisata NTB akan membuat banyak orang luar daerah dan luar negeri berdatangan. Orang yang datang sebagai wisatawan, bisa saja sudah terkena HIV/AIDS di daerahnya, lalu dibawa penyakit tersebut ke NTB.

Begitu juga dengan orang yang datang memang dengan tujuan menjadi Wanita Pekerja Seksual (WPS). “Wisatawan yang datang, kadang kencan dengan orang disini. Kalau tidak gunakan pengaman padahal sudah terkena, maka teman kencannya akan kena juga. Apalagi WPS yang datang dari luar daerah, mereka disini memang tidak lama sekitar 3 bulan lalu berpindah. Tapi saat disini, sudah berapa teman kencan mereka, itu sangat bahaya jika tidak gunakan pengaman,” terangnya.

Baca Juga :  Meningkat, Kasus HIV/AIDS di Mataram

Penyebaran HIV/AIDS di sekitar objek wisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Senggigi dan gili-gili, sulit diantisipasi. Pasalnya, meskipun NTB menerapkan wisata syariah namun tidak ada payung hukum untuk memfilter masuknya penyakit HIV/AIDS.

Bebasnya wisatawan dan WPS atau Pekerja Seks Komersil (PSK) datang ke NTB, sudah saatnya menjadi perhatian bersama. “Saya sudah minta KPA kabupaten/kota untuk mendata tempat-tempat yang rentan tersebarnya HIV/AIDS. Tapi, kita berharap juga kepada pemerintah desa agar gunakan dana desa membentuk kelompok warga peduli HIV/AIDS,” kata Soeharmanto.

Baca Juga :  Kasus HIV/AIDS di Lotim Mengancam

Kepedulian pemerintah desa sangat penting untuk menjaga penyebaran HIV/AIDS. Misalnya dengan membuat awik-awik (aturan adat) desa untuk mengantisipasi HIV/AIDS. “Kan bisa pakai dana desa untuk bentuk kelompok, nanti kita juga bantu. Terutama di desa-desa yang banyak didatangi wisatawan,” ujarnya.

Beberapa waktu terakhir saja, ada 9 pekerja wisata yang sudah terkena HIV/AIDS. Jumlahnya bisa saja bertambah namun belum ditemukan. “Seperti guide itu yang kena, kan mereka yang kerjaannya bawa wisatawan kesana-kemari,” pungkasnya. (zwr)

Komentar Anda
1
2
3