Festival Desa Inovatif Pertama di Indonesia

Festival Desa Inovatif Pertama di Indonesia
INOVATIF : Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, ditemani istri Erica Majdi, Kepala DPMPD-Dukcapil H Rusman dan pejabat terkait membunyikan sirine sebagai tanda dibukanya Festival Desa Inovatif di Taman Budaya, Kamis kemarin (30/3). (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Festival Desa Inovatif telah resmi dibuka oleh Gubernur  TGH M Zainul Majdi di Taman Budaya, Kamis kemarin (30/3).

Festival ini merupakan yang pertama diselenggarakan di Indonesia dan akan menjadi kegiatan rutin setiap tahun. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil (DPMPD-Dukcapil) provinsi NTB, H Rusman dalam laporannya menyampaikan, festival desa inovatif yang pertama kali digelar ini diikuti oleh 34 peserta dari 7 kabupaten. “Yang terdaftar awalnya lebih dari 60 inovasi, tapi setelah diverifikasi hanya 34 yang layak ikuti festival,” ucapnya di atas panggung, Kamis kemarin (30/3).

[postingan number=5 tag=”festival”]

Dikatakan Rusman, selama ini banyak ditemukan inovasi di tingkat desa. Namun, belum banyak yang mengetahuinya. Melalui festival ini, maka inovasi yang ada bisa ditiru oleh desa-desa lainnya di provinsi NTB.

Rusman berharap kegiatan ini menjadi model pengelolaan serta pertukaran pengetahuan dan inovasi antar desa. Kegiatan inovatif yang dimaksud disini merupakan upaya masyarakat, fasilitator atau pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten yang menerapkan cara-cara kreatif dalam menghadapi sebuah kesulitan. “Peluang di desa itu sangat banyak, tapi belum bisa dimanfaatkan dengan baik saja,” katanya.

Baca Juga :  Disbudpar Gelar Festival Pesona Ramadan

Peserta yang ikut pada festival kali ini dari Kabupaten Dompu. Perwakilan inovasi yang ikut yaitu kontrak bidan untuk Posyandu pemekaran di dusun Tempo Jaya, desa Tolakalo. Kemudian kontrak sehat dengan keluarga Bawah Gris Merah (BGM) yang berada di Desa Lanci Jaya, Kecamatan Manggalewa. Inovasi berikutnya menggandeng lembaga keuangan dalam kredit jamban desa di kecamatan Hu’u dan inovasi model Posyandu remaja di Puskesmas kecamatan Pajo.

Kemudian peserta inovasi dari Lombok Barat diwakili oleh advokasi penyusunan regulasi daerah, BPJS Desa Mandiri di desa Kuripan Selatan, inovasi kelompok Perduli Air Susu Ibu (ASI) desa di desa Kuripan Selatan, inovasi konselor sebaya dalam bidang kesehatan di desa Lingsar, menghidupkan kembali tabungan persalinan (Tabulin) di dusun Tanggu Lawang Desa Kuripan Selatan, mengubah sampah menjadi tabungan pendidikan dan kesehatan di desa Saribaye Kecamatan Lingsar, inovasi menumbuhkan minat baca di desa Kekait kecamatan Gunung Sari, MoU warga desa dengan Puskesmas di desa Kekeri dan lain-lain.

Selanjutnya peserta dari Lombok Tengah dengan 8 inovasi, Kabupaten Lombok Utara diwakili 3 inovasi, Lombok Timur 3 inovasi, Sumbawa dengan 4 inovasi dan Sumbawa Barat diwakili 2 inovasi. “Sudah saatnya kita wadahi semua potensi yang ada di desa,” kata gubernur  saat memberikan sambutan.

Baca Juga :  Festival Seni Qasidah, Lotim Juara Umum, KLU Juara 2

Gubernur sendiri sangat mengapresiasi inovasi-inovasi yang ada di desa. Hal itu menunjukkan kemampuan masyarakat desa dalam menyelesaikan masalahnya. Masyarakat desa terbukti bisa mengidentifikasi dan mencari solusi masalah yang ada di desa. “Menariknya, inovasi yang menjadi solusi ini bukan berbiaya tinggi atau rumit. Tapi praktis dan sederhana,” puji gubernur.

Dengan banyaknya inovasi yang dilakukan oleh masyarakat desa, harus menjadi pembelajaran bagi masyarakat kota. Jangan lagi ada stigma bahwa masyarakat desa terbelakang, sudah saatnya masyarakat desa bisa dijadikan tempat belajar oleh masyarakat kota.

Adanya festival ini menurut gubernur sebuah langkah dan terobosan yang patut dibanggakan. Gubernur bahkan meminta agar festival ini diadakan setiap tahun. “Kita jadikan festival ini jadi acara tahunan dan akan ada apresiasi dari pemprov. Kedepan harus ada festival-festival yang lain seperti festival pariwisata atau festival lainnya,” kata gubernur. (zwr)

Komentar Anda