GIRI MENANG-Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid meminta semua pihak untuk tidak menjadikan bencana menjadi di luar masalah kemanusiaan. Hal tersebut untuk menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan warga yang meminta kejelasan penanganan pasca banjir di Kecamatan Sekotong dan Lembar ke Kantor Bupati Lobar belum lama ini. “ Bencana itu jangan dijadikan di luar masalah kemanusiaan. Daripada demo, mari kita bantu. Coba yang demo bantu. Luar biasa manfaatnya,” ungkap Fauzan.
Ia menyampaikan, Minggu malam (9/4) sebelum demo warga, ada dua kepala desa yang desanya dibawa-bawa dalam persoalan demonstrasi banjir, mendatangi dirinya. “Mereka menyatakan diri tidak ikut dan tidak akan pernah ikut masalah demo-demo, karena mereka merasa sudah dibantu oleh Pemda,” ungkapnya.
Ditegaskan Fauzan, masalah berikutnya berkaitan dengan kerusakan infrastruktur, itu bukan dibiarkan. Bahkan pihaknya secara sangat cepat mengumpulkan data di tengah masayarakat. “Saking cepatnya (mengumpulkan data), kami di BNPB, Kementerian PU dianggap ngakalin,” jelasnya.
[postingan umber=3 tag=”lobar”]
Bagaimana tanggapan bupati terkait anggaran tidak terduga Rp 1 miliar yang dinyatakan sudah habis untuk mengatasi bencana? Dijawabnya, itu akan ditambah lagi nanti. Namun yang terpenting, semuanya terpenuhi. “Jadi sekali lagi, dua Kades ini datang dan menjamin tidak ada warganya, dan mereka menyatakan tidak ada masalah. Karena kita juga menjelaskan langkah yang dilakukan pemerintah,” jelasnya.
Tentu di dalam mengajukan usulan bantuan ke BNPB dan Kementerian PU, tidak cepat. Misalnya saja untuk banjir yang terjadi di Kecamatan Labuapi dan Batulayar awal Januari 2017. Bantuan dari pusat rencananya akan keluar pada minggu ini untuk di Kecamatan Labuapi dan Batulayar. Sehingga tentu tidak bisa disamakan, antara banjir di Labuhan Tereng Kecamatan Lembar yang baru terjadi, dengan bantuan banjir yang sebelumnya. Butuh proses untuk pencairannya. “Jadinya bertahap prosesnya,” terangnya.
Fauzan sendiri pada Selasa kemarin mengundang 10 perwakilan demonstran ke Kantor Bupati Lobar. Fauzan diketahui tidak bisa menemui mereka pada saat demo karena sedang mengikuti acara lain yang tidak bisa diwakilkan. Diskusi berlangsung sangat interaktif, hangat dan diselingi dengan tawa canda. Salah satu koordinator aksi, Faisal, mengklarifikasi bahwa aksi demonstrasi mereka sungguh-sungguh untuk menyuarakan persoalan penanganan banjir. “Penolakan kami untuk kegiatan forest trekking hanya shock theraphy saja. Itu akumulasi karena Bupati tidak hadir saat kemarin,” ungkapnya.
Koordinator aksi lainnya, Erwin, menyatakan bahwa bencana banjir beberapa minggu lalu tidak hanya terjadi di Labuan Tereng. Sekotong pun terkena imbas banjir yang tidak kalah dahsyatnya dari pada di Labuan Tereng. “Buwun Mas dan Cendi Manik adalah daerah yang pertama terkena banjir. Sama halnya dengan di Lembar, warga tidak cukup dibantu dengan tindakan darurat itu. Saat ini warga sangat butuh infrastrukturnya diperbaiki. Rumahnya yang hanyut diperbaiki. Jalan menanjak di Grepek yang rusak parah pun sampai saat ini belum diperbaiki,” ungkap Erwin sambil menegaskan tindakan mereka bukan politis seperti yang dituduhkan kepada mereka.
Kepala Desa Buwun Mas Rochidi yang juga hadir dalam kesempatan itu juga mengungkapkan kondisi wilayah desanya yang rusak parah akibat banjir dan keinginan merehabilitasi namun terhambat oleh prosedur Musrenbang. Hal senada pun menjadi aspirasi beberapa orang yang dijamu dengan hangat tersebut. Fauzan menanggapi dengan senyum seluruh materi yang disampaikan oleh Erwin Cs. “Saya tidak punya kepentingan pribadi di Sekotong. Tapi Sekotong ini sangat diharapkan berkembang. Masa depan pariwisata Lombok Barat di Sekotong,” ungkap Fauzan.(zul)