Fans Bola dan Fans Idola

Oleh: Mujaddid Muhas, M.A.*

Dari seorang kawan, penggemar bola mengatakan saat pandemi pun, tayangan bola tetap bisa ditonton dan ditunggu-tunggu, kendati dari gawai atau televisi masing-masing. Keadaan pandemi yang masih mengalami fase grafik kurva berkutat pada garis lekung lambat-cepat-landai. Mengindikasikan kita mesti sigap dengan varian baru Corona Virus Diseases-19 (Covid-19). Pada saat bersamaan, kita tetap optimis bahwa pandemi segera bersemi, melandai dan normal kembali. Melalui upaya terpadu seluruh elemen bangsa dan multipihak kebencanaan hingga daerah.

Tayangan bola dianggap paling mendominasi hiburan penjeda di tengah berkecamuknya pandemi. Seminimalnya, penambah asupan imun. Bola merupakan fenomena atraksi kolosal yang bukan hanya pemain, manajerial official, strategi pelatih bertanding, melainkan para fans dan sponsor yang mengalegorisi pertandingan. Mengimpresi daya pukau serta decak kagum. Dari agenda terkini, setidaknya dua event final yang menggemuruhi belantika bola: Piala Euro yang memersus keseblasan Italy – England, serta keseblasan Argentina melawan Brasil pada ajang Copa America yang baru saja (saat ditulisnya artikel) dimenangkan Argentina dengan skor 1-0, melalui gol Angel Di Maria.

Dari sisi keterpengaruhan atmosfer fansnya. Diantara spirit kebanggaan keseblasannya. Pun termasuk dari sisi kemenangan bergengsi yang dimercusuarkan. Gemuruh gema tayangan membahana ke seantero jagat. Pada kisaran pandemi, tentu pertandingan, tak semudah pada saat keadaan normal. Inilah tampaknya yang menjadikan juara ajang grandfinal, terukir kelak sebagai keseblasan jawara yang berbeda dan fenomenal. Menang juara pada masa pandemi global.

Bola, fans bola dan wahananya merupakan kuadran lingkar hobi, lingkar hiburan, lingkar sugestif, serta lingkar kebanggaan terhadap keseblasan bola favorit. Bisa saja fans debar kalimpasingan dengan keseblasan atau idolanya yang berada pada keseblasan tersebut. Sugesti dari sekadar keinginan tumbuh kebanggaan, sesuai capaian idola hingga turut larut haru pada siklus dan performa keseblasan bola dan idolanya. Habit dan tuman, tanpa sedikit ingin melewati tayangannya. Ini barangkali tak lumrah, tetapi bisa lumrah bagi para fans bola.
Sebagaimana bila dipertautkan dengan adanya idola selebriti yang mengalbu pada benak para fansnya. Hal ini bisa dikomparasi dengan semacam sarana yang diinisiasi para fans Nike Ardilla, pada radius pusara makamnya. Dibangun tempat berkemah atau tempat ngaso bagi peziarah sang idola yang dielu-elukan. Nyaris tak berkurang aura histerianya, ketika sang idola masih hidup. Ini realita nyata dan tak terbantahkan. Lebaikah? Tidak bagi para fansnya. Justru, kini belantika musik Indonesia dibuat tercengang, ketika kemunculan “jelmaan milenial” dari Nike Ardilla: Amel. Menghiasi rubrik media baru-baru ini, dengan segurat kehebohan dan kemiripan paras serta bakat talenta musiknya.

Pada lain hal yang sejurus, fenomena para fans Rhoma Irama dengan “kefanatikan” fans-fansnya. Kita banyak mendengar komentar cerita fans Rhoma yang seolah begitu lekat dengan idola sekaligus lagunya yang mengiringi siklus para fans. Apapun dan sedang di mana saja berada. Rasanya baru beliau, Chrisye, Iwan Fals, dan Ebiet G Ade yang masih bisa sedemikian utuh relationship antara fans dan idola musisinya. Kerap kolosal, histeria serta berkesinambungan dekade ke dekade.

Apalagi, bila kita pernah melihat tayangan langsung maupun via medium, saat Iwan Fals yang berbarengan pentas di stadion atau studio televisi bersama Rhoma Irama. Konser Chrisye yang lagu-lagu hitsnya direproduksi ulang oleh komposer tangguh Erwin Gutawa via teknologi broadcasting audiovisual, konser Ebiet yang melo dan bernuansa balada featuring Segara dan Adera yang merupakan trah genre musiknya. Dengan aransemen genre kekinian. Deretan lantunan diimpresi lebih fenomenal dan mengalbu di benak para fans.

Guyonan penulis artikel ini, sebagai yang sesekali begadang, pun hingga kini. Berterima kasih kepada selebriti fenomenal Rhoma Irama, lantaran telah mencipta tembang “begadang”. Pada lagu tersebut, tak ada larangan begadang secara total dan terus-terusan (an sich). Seperti pada larik bait “…begadang boleh saja, kalau ada perlunya…” Dari lagu itu pula, kita seolah diminta untuk tidak terus-terusan begadang. Semacam morse pelugas nada, agar tidak begadang tiap saat: “…begadang, jangan begadang…”.

Kembali ke lorong narasi lapangan bola, antara fans idola dan fans bola tampak seperti linier pada simpul: nyaris semua bisa diprioritaskan untuk menyimak, mendengarkan, menonton, dan mengikuti tayangan oleh para fans. Ada atraksi pesona pukau: giring ayun goal indah bola, deretan lantunan hits dari para idolanya. Sebegitu relationship dan padunya. Tak dapat diabaikan, tak pelak pula dimungkiri. Sebegitunyalah para fans. Ala kulli hal, keseblasan manakah yang juara Euro? Izinkan penulis, kali ini tidak melakukan prediksi. Sebab keseblasannya, telah kalah pada fase semifinal. Mana nantinya keseblasan yang juara, secara sportif, kita ucapkan decak kagum salut selamat, kepada keseblasan yang juara dan para fansnya.

Kedua pertandingan final bergengsi tersebut, pertandingan segar. Pertandingan bola yang memukau, diawaki selebriti bola seperti Jorginho (Italy) yang sedang moncer. Kemudian tentu saja, Harry Kane (England) yang berobsesi menjadi top skor, bila ada penambahan goal pada laga final. Lantaran hingga kini, ajang Euro 2020, top skor masih diraih Cristiano Ronaldo (Portugal). Sedangkan pada ajang Copa 2021, seteru lama Argentina – Brasil dibintangi Lionel Messi (Barcelona) yang obsesinya ingin menjuarai Trofi Copa, tercapai sukses dari “kutukan” belum pernah menang final Copa. Empat kali pada laga final dari tahun 2007, 2015, dan 2016. Baru pada Copa America tahun ini dimenangkannya. Lionel Messi sekaligus dinobatkan sebagai pemain bola terbaik Copa 2021. Kendati Neymar (Paris Saint Germain), pengayun bola cekatan tim Samba ini, kandas meraih trofi pertamanya pada ajang Copa America. Pertandingan berlangsung alot.

Sementara itu, esok final Euro. Seyogianya, tetap jaga jarak menonton. Sembari ngeteh/ngopi atau mungkin ramuan herbal vitamin, penambah imun Covid-19. Selamat kepada para fans Italy–England. Kita saksikan sekali lagi: pukau piawai takjub bola.


  • Penulis adalah Koordinator Bidang Informasi dan Kehumasan
    KONI Lombok Utara, Penyimak Bola.
Komentar Anda