Enam Kabupatan Kota Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan

Sahdan (Faisal Haris/Radar Lombok )

MATARAM – Sebagian besar wilayah di NTB sudah mulai dilanda bencana kekeringan pada puncak musim kemarau tahun ini. Bahkan enam kabupaten kota telah menetapkan status siaga darurat kekeringan di wilayah masing-masing dan satu meningkatkan status jadi tanggap darurat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalak BPBD) Provinsi NTB, H. Sahdan berdasarkan update per 2 Agustus 2022. Enam kabupaten/kota dimaksud adalah Kota Bima, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan, Kabupaten Lombok Tengah, Kota Mataram, Kabupaten Dompun dan Kabupaten Bima belum menetapkan status siaga darurat. “Jadi sampai 2 Agustus 2022 sebanyak eman kabupaten kota di NTB telah menetapkam status status siaga darurat. Dan satu kabupaten yang meningkatkan status jadi tanggap darurat yakni kabupaten Sumbawa,” kata Sahdan kepada Radar Lombok saat ditemui seusai menghadiri sidang Paripurna di kantor DPRD NTB, Selasa (2/8).

Sementara untuk provinsi sendiri, sambung Sahdan, penetapan status siaga darurat kekeringan masih dalam proses. Begitu juga dengan kabupaten lain yang masih belum menetapkan status siaga darurat kekeringan. Terkecuali Kota Mataram yang tidak terdampak kekeringan. “Kita di provinsi sekarang masih sedang berproses untuk penetapan status siaga darurat,” sambungnya.

Berdasarkan laporan yang diterima, lanjutnya, sebagai kabupaten kota di NTB sudah melaporkan bahwa telah terjadi bencana kekeringan diwilayah masing-masing. Seperti Kota Bima, telah terjadi kekeringan di lima kecematan yang tersebar di 21 desa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) terdampak sebanyak 8.239 KK dan 25.640 jiwa. Kemudian, Dompu kekeringan terjadi di tujuh kecamatan yang tersebar di 30 desa dengan jumlah KK terdampak 8.899 KK dan 26.697 jiwa.

Selanjutnya, Kabupaten Sumbawa kekeringan terjadi di 23 kecamatan yang tersebar 41 desa dengan jumlah KK terdampak 17.419 KK dan 69.668 jiwa. Kabupaten Sumbawa Barat kekeringan terjadi di 3 kecamatan yang tersebar 9 desa dengan jumlah KK terdampak sebanyak 1.676 KK dan 6.702 jiwa. Kabupaten Lombok Timur kekeringan terjadi di 8 kecamatan yang tersebar di 53 desa dengan jumlah KK terdampak sebanyak 39.668 KK dan 119.009 jiwa. Kabupaten Lombok Utara kekeringan terjadi di 4 kecamatan tersebar 10 desa dengan jumlah KK terdampak sebanyak 4.464 KK dan 13.229 jiwa dan Kabupaten Lombok Barat kekeringan sudah terjadi di 5 kecamatan tersebar di 12 kecematan dengan jumlah jiwa yang terdampak sebanyak 13.360 jiwa. “Jadi total terdampak (kekeringan) sementera di 55 kecamatan, 176 desa, 80.383 KK dan 274.304 jiwa,” sebut Sahdan.

Baca Juga :  Daftar Haji, Urus SIM, STNK dan Jual Beli Tanah Wajib Tunjukkan Bukti Peserta BPJS Kesehatan

Dikatakan Sahdan, upaya sementara yang telah dilakukan pihaknya untuk mengatasi dampak kekeringan yang terjadi di NTB diantaranya, telah melakukan rapat koordinasi siaga kekeringan antar instansi terkait. Pemerintah Provinsi NTB juga telah  melakukan monitoring ke Kabupaten/Kota terkait kesiapan menghadapi bencana kekeringan. Serta beberapa Kabupaten/Kota sudah mulai melakukan pendistribusian air bersih ke
lokasi terdampak kekeringan. “Kita juga tetap berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota terkait perkembangan dampak bencana kekeringan dan melakukan koordinasi secara intens dengan BMKG terkait perkembangan cuaca serta kami di BPBD Provinsi NTB melakukan pelaporan dan penyebaran informasi,” ucapnya.

Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi NTB mencatat sebanyak 43 kecamatan yang masuk level siaga dan waspada kekeringan. Dengan rincian 13 kecamatan masuk level siaga kekeringan dan 30 kecamatan masuk level waspada kekeringan.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana menyebutkan 13 kecamatan yang masuk level siaga kekeringan. Antara lain, Kecamatan Wawo, Bolo dan Soromandi di Kabupaten Bima. Kemudian, Kecamatan Pringgabanya, Sambelia, Sakra Barat dan Swela di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya, Kecamatan Buer, Labuhan Pandan dan Lape di Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat, serta Kecamatan Huu dan Kilo di Kabupaten Dompu.

Sedangkan 30 kecamatan yang masuk level waspada kekeringan terdapat di Kecamatan Dompu, Kempo, Manggalewa, Pajo dan Woja di Kabupaten Dompu. Kemudian Kecamatan Bolo, Lambitu, Lambu, Madapangga dan Palibelo di Kabupaten Bima. Kemudian, Kecamatan Raba dan Rasanae Timur di Kota Bima, Kecamatan Gerung dan Lembar di Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Janapria, Jonggat, Praya Barat Daya, Praya Tengah dan Pujut di Kabupaten Lombok Tengah.

Baca Juga :  Arus Lalulintas Macet Total, Ribuan Penonton MotoGP Pulang Jalan Kaki

Selain itu, Kecamatan Jerowaru, Labuhan Haji, Masbagik, Montong Gading, Sikur dan Sukamulia di Kabupaten Lombok Timur, serta Kecamatan Batulanteh, Empang, Labangka, Lenangguar dan Moyo Utara di Kabupaten Sumbawa.

Dikatakan, Nindya, curah hujan di wilayah NTB pada dasarian III Juli 2022 seluruhnya masuk dalam kategori rendah yaitu di bawah 10 mm/dasarian. Curah hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah sebesar 10 mm/dasarian. “Sifat hujan pada dasarian III Juli 2022 di wilayah NTB didominasi kategori Bawah Normal (BN), namun sifat hujan Atas Normal juga terjadi di sebagian Kabupaten Lombok Barat bagian selatan, Lombok Tengah bagian selatan, serta sebagian kecil pesisir Lombok Timur bagian selatan,” katanya.

Sementara, lanjutnya, berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) provinsi NTB umumnya dalam kategori menengah yaitu 11 – 20 hari hingga panjang yakni 21 – 30 hari. Namun di beberapa wilayah sudah terpantau HTH dengan kategori sangat panjang yakni 31 – 60 hari. “HTH terpanjang terpantau terjadi di wilayah Perigi, Kabupaten Lombok Timur sepanjang 58 hari,” tambahnya.

Peluang curah hujan pada dasarian I Agustus 2022, sambungnya, Nindya, sudah semakin berkurang. Peluang curah hujan dengan intensitas di bawah 20 mm/dasarian terjadi merata di seluruh wilayah NTB dengan probabilitas di atas 80 persen. “Memasuki periode puncak musim kemarau 2022, masyarakat NTB perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, hingga suhu dingin yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,” ucapnya.

Namun demikian, masyarakat juga tetap perlu mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem bersifat lokal seperti terjadinya angin kencang dan hujan yang terjadi secara tiba-tiba. “Masyarakat juga diiimbau untuk dapat mengantisipasi terjadinya potensi kekeringan dengan membuat tampungan air terutama pada wilayah yang rentan,” imbaunya. (sal)

Komentar Anda