Enam Jalur Pendakian Rinjani Dibuka

DIBUKA : Pendakian gunung Rinjani resmi dibuka kembali dengan 6 jalur sejak 1 April 2021. (Istimewa/radar lombok)

MATARAM – Setelah ditutup sejak akhir tahun 2020 lalu, pendakian Gunung Rinjani sudah kembali dibuka tertanggal 1 April 2021. Tahun ini, jalur resmi pendakian bertambah menjadi 6 jalur.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Dedi Asriady menyampaikan, pembukaan gunung Rinjani memastikan protokol kesehatan diberlakukan secara ketat. “Kita buka 6 jalur sekarang sejak 1 April,” terang Dedi, Minggu (4/4).

Sebanyak 6 jalur yang dibuka, yaitu Sembalun, Tete Batu dan Timba Nuh di Lombok Timur. Kemudian Torean dan Senaru di Lombok Utara, dan dari Lombok Tengah dari jalur Aik Berik seperti tahun sebelumnya.

Tahun lalu, jalur yang dibuka hanya Sembalun, Senaru, Timba Nuh dan Aik Berik saja. “Tapi kuota yang berlaku 50 persen dari kuota normal. Karena menyesuaikan dengan situasi saat ini,” ucapnya.

Untuk kuota jalur Sembalun kuota normalnya 150 orang, sehingga saat ini hanya menerima 75 orang saja. Kemudian jalur Tete Batu dan Timba Nuh kuota yang dibuka saat ini 50 orang saja per hari.

Berikutnya jalur Torean 50 orang, jalur Senaru 75 orang, dan jalur Aik Berik 50 orang. “Kita juga buka destinasi wisata alam non pendakian. Ada 16 jumlahnya,” sebut Dedi.

Destinasi non pendakian yang dibuka, yaitu Otak Kokoq Joben, Joben Eco Park (JEP), Telaga Biru, Air Terjun Jeruk Manis, Gunung Kukus, Air Terjun Mayung Polak, Sebau, Savana Propok, Air Terjun Mangku Sakti, Treng Wilis, Ulem-Ulem, Tangkok Adeng, Bukit Gedong, Bukit Malang, dan Bukit Telaga dan jalur sepeda Sembalun.

Baca Juga :  Rinjani Ditutup, BTNGR akan Perbaiki Jalur Pendakian

Pembukaan pendakian Rinjani, diresmikan langsung oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah. “Saya berharap ini bisa meningkatkan geliat pariwisata NTB,” ujarnya.

Menurut gubernur, Rinjani sudah sangat tersohor keindahannya. Namun keindahan ini tak ada apa-apanya jika tidak diikuti kesadaran masyarakat menciptakan kebersihan dan keamanan. “Jangan biarkan sampah berserakan yang bisa mengganggu pemandangan,” pesan gubernur.

Tahun 2020 lalu, total Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) TNGR sekitar Rp 276.623.000. Angka tersebut merupakan PNBP paling rendah sejak 2016.

Sebanyak Rp 276,6 juta PNBP tersebut, bersumber dari karcis masuk kawasan Rp 261.923.000. Kemudian Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) Rp 2.000.000, Pungutan Hasil Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (PHUPJWA) Rp 12.100.000, dan Lain-lain Rp 600.000.

PNBP terbanyak bersumber dari PNBP karcis masuk kawasan TNGR. Baik di destinasi wisata pendakian maupun destinasi wisata non pendakian.

Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, nilai PNBP saat ini melorot tajam. Misalnya saja PNBP tahun 2017 bisa mencapai Rp 10,5 miliar lebih. Sedangkan tahun 2020 hanya Rp 276 juta.

Jumlah pengunjung juga menurun. Tercatat hanya 22.719 orang saja. Terdiri dari wisatawan nusantara 22.596 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 123 orang. Hal itu disebabkan pandemi Covid-19.

Imbas dari pembukaan ini objek wisata di kawasan wisata Senaru Kecamatan Bayan pun ikut merasakannya meskipun jalur pendakian Senaru tidak seramai jalur pendakian di Sembalun, Lombok Timur. “Ada sedikit kemajuan dan harapan walaupun belum seramai waktu sebelum covid-19,” ujar pengelola wisata Senaru, Rudi Treker kepada Radar Lombok, Minggu (4/4).

Baca Juga :  Wisata Alam Nonpendakian Taman Nasional Gunung Rinjani Ditutup Sementara

Wisatawan yang mendaki pada saat ini masih didominasi domestik, sedangkan mancanegara yang masih menetap di Indonesia. Sampai hari ini (kemarin) sudah ada empat group yang memboking, group pertama sudah turun yang terdiri dari 3 warga Negara asing (WNA) dan satu orang domestik dari Jakarta, group berikutnya 17 April sebanyak 11 orang semuanya lokal dari Jakarta, group ketiga sebanyak 8 WNA yang bekerja di Jakarta, group keempat sebanyak 6 orang yang terdiri dari 4 lokal dan 2 WNA. “Mudah-mudahan kondisi terus bertambah,” harapnya.

Diakui, jalur Sembalun lebih ramai 75 orang perhari sesuai kouta ditengah covid-19 karena tujuan langsung ke puncak, di sana aksesnya lebih dekat ke puncak dibandingkan jalur Senaru. Saat ini pelaku wisata hanya menungg setelah tamu mancanegara dibuka kembali bertahap pada Juni mendatang di kawasan wisata Bali, tentu Lombok Utara bakal kena imbas dari pembukaan tersebut. “Soal dekat dan jauh tidak menjadi acuan, sekarang ini sama-sama menunggu kedatangan tamu mancanegara, kalau domestik diyakini akan terus bertambah,” katanya.

Yang menjadi kendala juga, aturan bepergian menyebabkan masyarakat atau wisatawan berat dengan melakukan rapid antigen dengan batas waktu yang singkat. Aturan tersebut perlu diubah supaya tetap bebas bepergian asalkan tentu mematuhi protap covid-19 di setiap objek wisata. “Kita ingin aturan sekarang diubah, itu yang membuat berat bepergian,” terangnya. (zwr/flo)

Komentar Anda