Empat Rumah Hancur Diterjang Gelombang Pasang

MATARAM – Gelombang pasang mengamuk di pesisir pantai Ampenan. Ada empat rumah ditemukan hancur diterjang gelombang pasang di Lingkungan Pondok Perasi, Kelurahan Bintaro Jaya, sekitar pukul 01.21 Wita, Kamis (19/12).

Atas peristiwa alam itu, tampak warga masih terlihat panik hingga pagi harinya. Warga terpaksa harus mengemas barang-barang berharaga mereka untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Gelombang pasang setinggi lima meter lebih menghantam tembok rumah dan talud di sepajang pesisir.

Selain di Lingkungan Pondok Perasi, yang terkena dampak juga Lingkungan Kampung Bugis. Rumah warga diterjangan gelombang pasang hingga hancur. Tak hanya itu, jalan beraspal di sekitar lingkungan itu juga terkelupas digulung ombak. Warga terpaksa mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya ombak susulan yang lebih tinggi.

Salah satu warga Muhammad Ridwan menuturkan, gelombang pasang sudah sepekan ini berlalu. Namun, tidak separah Kamis dini hari kemarin. Air laut sudah masuk ke halaman rumah sudah sepakan. Ini terparah sampai rumah hancur, tembok rumah hancur, katanya, kepada Radar Lombok, Kamis (19/12).

Kata Ridwan, warga memilih mengungsi keluarganya, terutama bayi, ibu hamil, dan lansia. Sedangkan para nelayan yang masih bertahan menjaga perahunya. Kita sudah mulai mengungsikan keluarga, ada sebagian yang bertahan karena jaga rumah maupun perahu yang diparkir di tepi pantai. Kita selamatkan barang yang bisa diselamatkan, ucapnya.
Ridwan mengaku sudah sering menyampaikan infromasi ke Pemerintah Kota Mataram. Namun selalu lamban dalam memberikan respons. Bahkan, tidak diperhatikan sekali setiap tahun gelombang pasang menghantui warga.

Informasi awal yang didata Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat puluhan rumah warga terdampak gelombang tinggi air pasang. “Masih informasi awal ada sekitar 50 warga,” kata Plt Kepala BPBD Kota Mataram, Irwan Rahadi.

Baca Juga :  Tanpa Pawang Hujan, WSBK Mandalika Tetap Cerah

Gelombang tinggi itu terjadi sore hingga malam hari. Gelombang melandai sekitar pukul 8.00 Wita, meski sudah melandai, warga tampak was-was dan waspada. Mereka memperkirakan gelombang tinggi berpotensi kembali terjadi berdasarkan perhitungan pasang-surut air laut. “Mereka punya perhitungan sendiri berdasarkan (pergerakan satelit bumi) bulan sehingga lebih tahu waktu-waktu tertentu naiknya gelombang pasang ini,” ucapnya.

Sejumlah warga yang rumahnya dihantam gelombang pasang mengamankan barang-barang isi rumah ke tempat yang aman. Ada juga yang mengungsi ke rumah keluarga. Mereka khawatir gelombang pasang terjadi saat malam hari dan mengakibatkan banjir rob.

“Ya (mengungsi mandiri), mereka mengantisipasi perubahan yang terjadipada malam hari. Situasi melandai, karena air laut sedang surut. Mereka mewaspadai saat terjadinya air laut pasang lagi,” jelasnya.
BPBD mengerahkan anggotanya membantu warga. Antara lain membuat tanggul dari karung-karung khusus. “Kami droping sebanyak 450 karung sebagai tanggul sementara,” ucapnya.

Sampai saat ini BPBD masih mendata kerugian yang dialami akibat air pasang tinggi. “Sebanyak empat rumah warga rusak parah. Tapi yang kami kedepankan dulu adalah penyelamatan jiwa masyarakat,” singkatnya.

Dalam kesempatan berbeda, Pemkot Mataram tetap memberikan bantuan untuk warga terdampak abrasi akibat terjangan banjir rob yang terjadi hari Rabu (18/12). Terjangan air rob merusak 4 unit rumah yang mengalami kerusakan berat di Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan. Selain itu, 35 Kepala Keluarga (KK) terdampak dengan genangan air setinggi 15 sentimeter. Sedangkan panjang area terdampak sekitar 400 meter.

Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana mengatakan, intervensi sudah dilakukan dimulai dengan bantuan untuk pencegahan abrasi dan lainnya. “Kita siapkan karung segala macamnya. Kemudian bagi selanjutnya ketersedian untuk pangannya dan logistik,” ujar H Mohan Roliskana.

Baca Juga :  Aplikasi Meeting Virtual "SmeetOn" Besutan Diskominfotik NTB

Tindakan lainnya melihat kondisi di lapangan. Sedangkan air rob susah mulai surut dan relatif normal. “Nanti BPBD bersama Dinas Sosial turun ke sana untuk mendistribusikan bantuan,” katanya.

Kepala Dinas Sosial Kota Mataram, Lalu Samsul Adnan mengatakan, pihaknya sudah mulai melakukan asesmen melibatkan kelurahan tentang warga yang terdampak abrasi.

“Memang sudah ada datanya masuk. Mudah-mudahan secepatnya kita droping bantuan kepada mereka yang sangat membutuhkan,” ungkapnya.
Dari hasil pendataan, kerusakan terparah ada di tiga lokasi di Kota Mataram. Antara lain di Kelurahan Bintaro di Lingkungan Kampung Bugis. Berikutnya di wilayah Mapak Kecamatan Sekarbela yang juga terdampak. “Pendataan kita ada di tiga lokasi,” terangnya.

Jenis bantuan yang diberikan Dinas Sosial adalah untuk kebutuhan pokok warga. Yaitu seperti makanan dan lainnya. Sementara jenis bantuan lainnya dikordinasikan dengan BPBD. “Contohnya ada beberapa warga kita yang minta dibuatkan tanggul sementara dari pasir kita mintakan karung di BPBD,” jelasnya.

Sementara untuk pembukaan atau penyiapan dapur umum hasil kajian Dinas Sosial belum dibutuhkan. Karena dapur umum bisa disiapkan jika warga mengungsi dampak dari banjir rob dan sebaginya. “Untuk sementara ini kalaupun ada yang keluar dari rumahnya itu belum mengungsi. Tapi ada beberapa rumahnya yang dibantu oleh teman-teman Tagana dan BPBD untuk dievakuasi barang-barang yang terkena air. Tapi sekarang mereka masih tinggal di rumahnya karena tidak full kena rumahnya,” katanya.

Tapi jika eskalasi air rob dan cuaca ekstrim meningkat. Bantuan yang lebih banyak tentunya makan disalurkan pemerintah. Termasuk dengan menggunakan dana Biaya Tak Terduga (BTT) yang bisa untuk penanganan dampak bencana. “Bisa itu ketentuannya boleh,” terangnya. (dir/gal)